Bab 4 – “Bangkitnya Sang pembisnis dalam Tubuh Alda”

Rumah sakit malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Entah karena pendingin udara atau karena satu hal yang tak bisa dijelaskan: seseorang yang sudah mati kini hidup kembali.

Aurora dalam tubuh Alda masih duduk di tepi ranjang, matanya menatap jendela yang tertutup tirai. Dari pantulan kaca, ia melihat wajah muda yang kini menjadi miliknya.

Lembut, polos, tapi… kuat.

Tubuh ini lemah, tapi jiwanya? Jiwanya adalah jiwa seorang wanita yang pernah memimpin kerajaan bisnis bernilai triliunan.

Di belakangnya, Bibi Ratna dan Paman Joko masih terpaku seperti melihat makhluk gaib.

“Kamu… kamu sadar?” suara Bibi bergetar. “Tadi dokter bilang kamu… meninggal!”

Aurora menoleh pelan, tersenyum tipis.

“Kalau aku mati, aku gak mungkin bisa lihat wajah Bibi yang kaget begini, kan?”

Nada suaranya ringan tapi menggigit. Paman Joko bahkan sempat melirik ke pintu, seperti siap kabur kalau ‘Alda’ tiba-tiba berubah jadi hantu.

Sinta bersembunyi di belakang ibunya, wajahnya pucat pasi.

“Dia… dia bukan Alda yang biasanya, Bu,” bisik Sinta, matanya bergetar.

“Ngawur kamu!” bentak Bibi, tapi nadanya sendiri penuh ketakutan.

“Dia cuma syok, ya kan, Nak? Kamu cuma… bingung, kan?”

Aurora menatap mereka dalam diam selama beberapa detik, lalu berkata pelan:

“Bingung, iya. Tapi bukan karena hidup. Tapi karena aku baru sadar… dunia ini terlalu penuh orang munafik.”

Bibi Ratna kaku.

Kalimat itu terasa seperti tamparan halus tapi mematikan.

---

Beberapa hari kemudian, Alda diperbolehkan pulang. Rumah yang dulu baginya seperti neraka kini terasa… seperti panggung teater.

Aurora berjalan menelusuri ruang tamu, memandangi foto keluarga di dinding foto di mana wajah kecil Alda berdiri di samping kedua orang tuanya, sebelum semuanya dirampas.

“Jadi ini… keluarga si gadis malang yang tubuhnya kupakai,” gumamnya pelan.

Bibi Ratna muncul dari dapur, wajahnya manis tapi senyumannya palsu.

“Alda, kamu sudah mendingan? Jangan banyak mikir dulu, ya. Istirahat aja di kamar, nanti Bibi buatin teh.”

Aurora menoleh, tatapannya menelusuri wajah bibinya itu.

“Oh, jadi sekarang Bibi perhatian?” Nada suaranya lembut, tapi ujungnya setajam pisau.

Bibi Ratna terdiam, senyumnya kaku. “Hehe… kamu ngomong apa sih? Bibi dari dulu juga peduli sama kamu.”

Alda tersenyum kecil. “Iya, aku tahu. Peduli banget. Sampai semua harta orang tuaku juga Bibi rawat baik-baik ya, Bi?”

PLAK!—gelas yang dipegang Bibi terlepas.

Tatapan Alda tidak berkedip. Tidak seperti Alda yang dulu selalu menunduk.

Kini ia seperti singa betina yang baru bangun dari tidur panjang.

“B-bibi gak ngerti maksud kamu apa, Alda…”ujar Bibi Ratna

“Ya, gak usah ngerti. Aku cuma ngingetin, jangan terlalu nyaman menikmati apa yang bukan milikmu."Nada Alda begitu kalem, tapi entah kenapa membuat bulu kuduk Bibi berdiri.

---

Sore harinya, Sinta datang dengan dandanan glamor dan parfum menusuk hidung.

Ia berdiri di depan cermin ruang tamu sambil mematut diri, lalu melirik Aurora dari ujung mata.

“Eh, kamu kenapa liat liat, iri ya liat ratu,” katanya sinis.

Alda melirik pelan. “Sayang banget ya, aku masih di sini. Jadi kamu gagal jadi ratu rumah ini.”

Sinta mendengus. “Ih, sombong banget! Gaya kamu sekarang kayak orang lain aja.”

Alda tersenyum dingin. “Mungkin emang gitu. Kadang orang yang pernah mati… belajar cara hidup lebih baik daripada mereka yang belum pernah jatuh.”

Sinta mengernyit. “Apa sih maksudmu?”

“Artinya…” Alda menatapnya tajam, “…kalau kamu masih coba cari gara-gara, aku pastikan kamu bakal nyesel.”

Sinta terdiam. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tak bisa berkata apa-apa.

Ada sesuatu di mata Alda, yang membuatnya ngeri. Bukan marah, tapi berkuasa.

---

Malam itu, Aurora duduk di balkon kamar sambil menatap langit. Di tangannya, ia memegang ponsel lama milik Alda. Ia mengutak-atiknya, mencoba mencari petunjuk tentang kehidupan si gadis sebelumnya.

“Kasihan kau, Alda,” bisiknya lirih. “Mereka habisi hartamu, harga dirimu, bahkan semangatmu. Tapi jangan khawatir. Sekarang aku yang memegang kendali.”

Ia tersenyum tipis, seperti menyusun rencana.

“Pertama, aku butuh kerja. Aku gak akan hidup dari belas kasihan keluarga parasit ini.”

Aurora membuka catatan, melihat beberapa iklan lowongan. Senyum miring muncul di bibirnya.

“Mulai dari bawah bukan masalah. Aku pernah bangun kerajaan bisnis dari nol. Sekarang, aku bakal bangun lagi dari tubuh baru ini.”

---

Keesokan harinya, suasana rumah seperti biasa, Bibi Ratna sibuk mengatur, Paman Joko menonton berita sambil merokok, Sinta sibuk selfie.

Aurora melangkah ke ruang makan dengan langkah mantap.

“Bibi, aku mau kerja,” ucapnya tanpa basa-basi.

Bibi terkejut. “Kerja? Kamu baru sembuh!”

Aurora mengangkat alis. “Justru karena aku udah sembuh. Aku gak mau jadi beban.”

“Beban? Ya ampun, kamu mikir apa sih? Di rumah aja dulu! Lagian… kamu bisa apa?”

Aurora tersenyum. “Banyak hal. Lebih dari yang Bibi kira.”

Bibi tertawa kaku. “Hahaha… iya deh. Tapi jangan bikin malu keluarga, ya?”

Alda menjawab datar, “Keluarga siapa dulu nih?”

Sinta yang duduk di meja langsung terbatuk-batuk minumannya.

“Uhuk! Uhuk! Ibu… lihat deh, dia tuh ngomongnya makin aneh!”

Alda menatapnya dingin. “Tenang aja, aku gak gila. Cuma berhenti jadi korban.”

Lalu ia melangkah keluar rumah.

Bibi Ratna dan Sinta hanya bisa saling pandang antara takut, bingung, dan jengkel.

---

Hari itu Alda memulai babak baru dalam hidupnya. Ia pergi ke pusat kota, menyusuri toko, kafe, dan perusahaan kecil.

Setiap orang yang ditemuinya memandangnya heran, karena gaya bicaranya tak seperti gadis SMA biasa ia berbicara dengan keyakinan, elegan, dan sedikit… intimidatif.

“Nama kamu siapa?” tanya seorang manajer restoran.

“Alda,” jawabnya. “Tapi panggil saja aku Aurora kalau sulit ingat wajahku.”

Manajer itu mengerutkan dahi. “Aurora?”

Aurora tersenyum, “Nama kecilku. Artinya cahaya fajar. Sama seperti masa depan tempat ini, kalau saya kerja di sini.”

Manajer itu terdiam beberapa detik… lalu mengangguk, entah kenapa terpengaruh oleh karismanya.“Baiklah, kamu mulai minggu depan.”

Aurora berjalan keluar dengan senyum puas. “Satu langkah kecil untuk Alda, satu langkah besar untuk Aurora.”

---

Sore harinya, ketika kembali ke rumah, Bibi Ratna langsung menyambut dengan suara tinggi.

“Kamu dari mana aja? pergi sampai sore gini!”

Aurora melepaskan tasnya santai. “Dari wawancara kerja. Minggu depan aku mulai.”

Sinta melotot. “Hah? Kamu kerja di mana? Jangan-jangan cuma tukang sapu!”

Aurora menatapnya sambil tersenyum. “Kamu iri ya, Sin? Tenang aja. Aku gak bakal rebut cowok kamu. Aku rebut dunia kamu aja.”

Sinta: “APA?!”

Bibi: “ ALDA!!”

Aurora: “Hehe, bercanda kok. Tapi serius juga sih.”

Paman Joko yang baru pulang ikut nimbrung. “Udah, udah. Jangan ribut. Kalau dia mau kerja, biarin aja. Siapa tahu akhirnya bisa ngasih uang ke rumah.”

Aurora menatapnya dengan senyum penuh arti. “Oh, tentu. Nanti malah aku yang beli rumah ini dari kalian.”

Semuanya mendadak terdiam.

Hanya Aurora yang meneguk teh dengan elegan, seolah sedang duduk di ruang rapat mewah, bukan ruang makan sempit keluarga pamannya.

---

Malam itu, ketika semua sudah tidur, Aurora berdiri di depan cermin kamar. Ia menatap refleksinya lama sekali.

“Aku bukan Alda. Tapi mulai hari ini, aku akan hidup untuknya,” bisiknya.

“Aku akan balas setiap ketidakadilan yang dia alami. Tapi dengan cara yang indah dan mahal.”

Ia tertawa kecil.

“Tunggu saja, dunia. Aurora sudah bangkit. Kali ini, dalam tubuh yang lebih muda dan lebih cantik.”

Angin malam berhembus masuk lewat jendela, meniup tirai putih pelan. Dari kejauhan, suara lonceng gereja berdentang tiga kali, seolah mengiringi kebangkitan sang ratu baru.

Bersambung

Terpopuler

Comments

hani chaq

hani chaq

katanya kekayaannya ada yg disembunyikan.ngapa ga siambil buat mulai bisnis

2025-10-24

0

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

aurora alda kembali dgn semangat baru buat dua wanita yg tersakiti

2025-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!