02. ANAK HARAM SANG KAKEK

Aroma kopi robusta menggantung di udara pantry yang lapang. Nadhifa menikmati secangkir kopi susunya di bar stool tinggi, mencoba menyegarkan pikiran di tengah jam istirahat yang singkat. Pikirannya masih berkutat pada laporan pemasaran ketika pintu pantry terbuka.

Sosok Renzo Alverio masuk dengan langkah santai. Mata mereka berpapasan.

“Siang,” sapa Renzo dengan senyum yang sama ramahnya seperti saat perkenalan pertamanya.

“Siang, Mas,” balas Nadhifa cepat.

Renzo mendekat, mengulurkan tangannya. “Renzo. Kita belum sempat berkenalan lebih dekat.”

Nadhifa melihat tangan yang terulur itu. Dalam sekejap, semua norma yang diyakininya berteriak. Dengan malu yang sopan, dia hanya mengangguk halus dan merapatkan kedua tangannya di pangkuan.

“Saya Nadhifa. Maaf, nggak apa-apa kalau cukup dengan anggukan saja?” ujarnya lembut.

Renzo menarik tangannya, tidak terlihat tersinggung. Malah, matanya berkedip penuh pengertian. “Oh, tentu aja. Nggak masalah. Jangan terlalu formal sama gue.”

Rasanya lega. Berbeda dengan Alaric yang aura jaga jaraknya begitu kuat, Renzo justru memancarkan energi yang hangat dan mudah didekati.

Dia lalu berpindah ke mesin kopi di sebelah tempat duduk Nadhifa, mulai menyeduh kopi untuk dirinya sendiri.

“Gue kuliah di Los Angeles,” ujarnya tiba-tiba, memecah keheningan. “Baru lulus, langsung disuruh pulang dan terjun ke sini. Jalur orang dalam, typical.” Renzo menambahkan dengan sedikit senyum kecut, seolah mengakui privilege-nya tanpa mau menyembunyikannya.

Nadhifa pun tak bisa menahan senyum kecil. Kejujurannya disampaikan dengan cara yang charming. “Itu bukan hal aneh lagi di sini. Banyak kok,” godanya ringan.

Renzo tertawa. “Benar. Tapi tetap aja, tekanan untuk langsung ‘bisa’ itu besar.” Dia kemudian menoleh kepada Nadhifa. “Kalo lo? Udah berapa lama di Alvera?”

“Aku? Baru tiga bulan. Tapi dulu pernah magang di Divisi Keuangan,” balasnya mulai terdengar lebih santai.

Renzo mengangkat alis, tertarik. “Oh? Kenapa sekarang malah pindah haluan ke Pemasaran? Biasanya orang Keuangan bakal bertahan di zona nyamannya.”

Nadhifa mendadak merasa didengarkan dengan sungguh-sungguh. “Aku suka tantangan. Di Pemasaran, kita nggak cuma berurusan sama angka, tapi juga dengan orang, tren, dan cerita. Rasanya lebih ... dinamis.”

“Alasan yang bagus.” Renzo mengangguk, mengangkat cangkir kopinya. “Selamat datang di dunia dinamis yang kadang bikin pusing tujuh keliling,” candanya.

Sambil tersenyum membalas candaan itu, di dalam hati Nadhifa, sebuah bayangan gelap muncul. 

Dia memperhatikan profil Renzo yang ramah, tawanya yang hangat, dan caranya membuat orang lain merasa nyaman. 

Dalam diam, pikirannya berteriak. Tidak bisa dibayangkan, pria yang tampak begitu normal, hangat, dan baik ini ... menyukai sesama jenis, bahkan dengan saudara sedarahnya sendiri.

Rasa penasaran yang lama dipendam bercampur dengan sedikit rasa kecewa dan kebingungan. Dia buru-buru menepis pikiran itu, merasa tidak pantas menghakimi.

“Terima kasih,” ucap Nadhifa akhirnya, lalu meneguk habis kopinya. “Maaf, aku ada laporan yang harus diselesaikan.”

Dia melompat dari bar stoolnya, memberikan senyum singkat sebelum berbalik pergi sambil membenarkan hijabnya. Jantungnya berdebar tidak karuan. 

Percakapan yang sebenarnya menyenangkan itu berakhir dengan pelariannya sendiri, karena dia tahu, semakin dekat dia dengan Renzo, semakin besar godaan untuk mengulik rahasia yang tidak seharusnya ia ketahui.

...***...

Cahaya lampu neon di langit-langit menerangi sepinya lantai 11. Hanya suara keyboard Nadhifa yang masih berdetak, memecah kesunyian. Dia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikiran yang kusut karena laporan akhir yang tak kunjung rampung.

Suara pintu terbuka membuatnya terjaga. Dari balik layar laptop, ia melihat Renzo keluar dari ruangannya, wajahnya terlihat lelah namun tetap tenang. Tanpa diduga, pria itu bukannya menuju lift, malah berjalan mendekati mejanya.

Nadhifa langsung tegang. Jantungnya berdebar kencang, tidak karuan. 

Ada apa? 

Kenapa dia mendekat? 

Apa dia tahu kalau Nadhifa melihat sesuatu yang tidak seharusnya?

Renzo dengan santai menarik kursi dari meja sebelah dan mendudukkannya persis di seberang Nadhifa, menghadap ke jendela yang sudah gelap. Dia duduk, dan tatapannya yang jernih namun tajam tertuju padanya.

“Masih bertahan?” tanya Renzo, suaranya serak karena kelelahan.

“I-Iya. Laporan ini harus selesai malam ini,” jawab Nadhifa, berusaha terdengar normal sambil jarinya masih mengetik cepat.

Renzo mengangguk. “Gue perhatiin lo keliatan panik. Biasanya, kalo ada anggota tim gue yang kerja sampai larut, gue cuma pengin nemenin. Supaya mereka nggak merasa sendirian.” Ia tersenyum kecil. “Lagi pula, gue selalu yang terakhir pulang.”

Nadhifa merasa dadanya sedikit lega. Ternyata, itu alasannya. Bukan karena hal lain. “Terima kasih, Mas,” bisiknya.

Diam sejenak, sebelum Renzo memulai percakapan lagi. “Gue perhatiin, lo suka menyendiri. Bahkan saat istirahat, lo lebih sering di sini atau di pantry kecil, bukan di kafetaria. Boleh tau alasannya?”

Nadhifa menunduk. Dia tidak menyangka diperhatikan sedetail itu. “Aku ... biasa bawa bekal. Dan kadang tatapan mereka terasa nggak nyaman bahas soal hijabku,” akunya pelan, merujuk pada beberapa rekan yang kerap menyorotkan pandangan aneh pada hijabnya dan sikapnya yang pendiam.

Renzo malah terkekeh. Suara tawanya hangat di tengah kesunyian malam. “Nadhifa, itu bukan karena hijab lo.”

Nadhifa mengangkat kepala, bingung.

“Mereka kaya gitu karena lo yang terbaik di tim ini. Data-analis lo tajam, presentasi lo bersih, dan ide-ide lo segar. Mereka bukan nggak suka, mereka takut. Mereka pengin mojokin lo karena lo bikin mereka terancam. Mereka pengin lo ‘tumbang’.”

Kata-kata itu seperti siraman air segar. Nadhifa merasa dadanya yang sesak tiba-tiba menjadi lapang. Rasanya, selama ini dia salah membaca situasi. 

Ada perasaan hangat dan haru yang menyelimutinya. Di balik senyum ramahnya, Renzo ternyata adalah seorang pemimpin yang sangat peduli.

Mungkin karena rasa lega dan kehangatan yang tiba-tiba itulah, atau mungkin karena beban yang terlalu lama dipendam, kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Nadhifa, tanpa filter.

“Kalau begitu, mereka akan semakin ingin menjatuhkanku jika tahu ... bahwa aku adalah anak simpanan Tuan Ravenshire Alverio."

BRAK!

Kursi yang diduduki Renzo terpelanting ke belakang begitu ia berdiri secara reflek. Wajahnya yang biasanya tenang dan ramah kini pucat pasi, matanya terbelalak seperti melihat hantu.

“Apa?!” ujarnya terdengar parau, penuh dengan keterkejutan yang tak terbendung. “Tuan Ravenshire ... kakek gue? Lo ... Lo berarti ... Tan-te?”

Dia berdiri terpaku, memandangi Nadhifa yang kini menggigit bibirnya, menyesali ucapannya yang terlanjur meluncur. Ruangan yang tadinya dipenuhi kehangatan, kini berubah menjadi sunyi yang mencekam, dipenuhi oleh beratnya sebuah rahasia yang akhirnya terkuak.

“Diam-diam, lo adalah bagian dari keluarga kami?” gumam Renzo, masih tak percaya. “Tapi ... itu berarti…” 

Pikirannya langsung melayang pada konsekuensi yang jauh lebih besar, pada posisi Nadhifa, dan pada rahasia keluarganya yang ternyata lebih dalam dan gelap dari yang ia duga.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt

2025-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 01. MEREKA BERCIUMAN
2 02. ANAK HARAM SANG KAKEK
3 03. DIKASIH TAS MAHAL
4 04. KERUDUNGNYA MAU COPOT
5 05. DITINGGAL SI ALIM
6 06. RENZO MABUK
7 07. DIAJAK DINNER MAS RENZO
8 08. DITINGGAL RENZO
9 09. TERJEBAK DI HALTE
10 10. DANA GELAP UNTUK NADHIFA
11 11. DIAJAK NIKAH RENZO
12 12. NASI GORENG NADHIFA DIREBUT
13 13. MENCARI CARA MENIKAHINYA
14 14. RESMI DILAMAR
15 15. BULAN MADU MANIS
16 16. SETELAH HALAL
17 17. ANAK ADOPSI NADHIFA
18 18. UNIT APARTEMEN SEBERANG
19 19. MASIH GUGUP
20 20. RENZO SUKA GOMBAL
21 21. MENJADI BUNDA DAN ISTRI
22 22. MALU TAPI MAU
23 23. BELUM DIKASIH ANAK
24 24. SUAMI IDAMAN BANGET
25 25. TERJEBAK KATA ‘GAY’
26 26. PIJATAN SUAMI
27 27. DI TANGAN YANG TEPAT
28 28. DIKEJAR PASUKAN KUCING
29 29. SETELAH PUASA WAKTUNYA UNBOX
30 30. GAYA ALA BIKSU
31 31. GADIS GILANYA
32 32. PINTUNYA TERBUKA DIKIT
33 33. KENANGAN SUSU STROBERI
34 34. AYAH IDAMAN
35 35. KECUP PELUK DI TAMAN HARAM GAK?
36 36. MALAM SETELAH AMARAH
37 37. KECUPAN ALA KANTOR
38 38. INSIDEN KUCING KAWIN
39 39. TANDA-TANDA KEHAMILAN
40 40. NADHIFA PINGSAN
41 41. MALU, ADUH MELOROT
42 42. JEALOUS DIKASIH ADIK
43 43. NYICIP SUSU
44 44. ADIK YANG POLOS
45 45. DIBENTAK, PINGSAN!
46 46. TERBUAI WANITA LAIN
47 47. PULANG KE ISTRI
48 48. KEUSILAN RENZO
49 49. YUDA X ARSHEN. ROMANTIS SIAPA?
50 50. MERAWAT BABY SALMA
51 51. BABY SITTER UNTUK SALMA
52 52. NADHIFA CEMBURU SAMA NANDINI
53 53. OM YANG POSESIF
54 54. SALMA BONEKA HIDUP
55 55. DIGIGIT SALMA
56 56. MANIS DAN GILA
57 57. BUTUH CHARGE
58 58. AYAH IDAMAN
59 59. ROMANTIS PAGI YANG TERGANGGU
60 60. PACAR IDAMAN
61 61. CALON MENANTU
62 62. SATU APARTEMEN, MASIH PACAR
63 63. TERLLAU INTIM DI DEPAN UMUM
64 64. MANDI SUCI
65 65. SALMA BISA JALAN
66 66. ABANG POSESIF
67 67. SOSIS JUMBO
68 68. JANJI DILAMAR
69 69. DISAAT SUAMI NAGIH
70 70. SI KECIL LIHAT OMNYA CIUMAN
Episodes

Updated 70 Episodes

1
01. MEREKA BERCIUMAN
2
02. ANAK HARAM SANG KAKEK
3
03. DIKASIH TAS MAHAL
4
04. KERUDUNGNYA MAU COPOT
5
05. DITINGGAL SI ALIM
6
06. RENZO MABUK
7
07. DIAJAK DINNER MAS RENZO
8
08. DITINGGAL RENZO
9
09. TERJEBAK DI HALTE
10
10. DANA GELAP UNTUK NADHIFA
11
11. DIAJAK NIKAH RENZO
12
12. NASI GORENG NADHIFA DIREBUT
13
13. MENCARI CARA MENIKAHINYA
14
14. RESMI DILAMAR
15
15. BULAN MADU MANIS
16
16. SETELAH HALAL
17
17. ANAK ADOPSI NADHIFA
18
18. UNIT APARTEMEN SEBERANG
19
19. MASIH GUGUP
20
20. RENZO SUKA GOMBAL
21
21. MENJADI BUNDA DAN ISTRI
22
22. MALU TAPI MAU
23
23. BELUM DIKASIH ANAK
24
24. SUAMI IDAMAN BANGET
25
25. TERJEBAK KATA ‘GAY’
26
26. PIJATAN SUAMI
27
27. DI TANGAN YANG TEPAT
28
28. DIKEJAR PASUKAN KUCING
29
29. SETELAH PUASA WAKTUNYA UNBOX
30
30. GAYA ALA BIKSU
31
31. GADIS GILANYA
32
32. PINTUNYA TERBUKA DIKIT
33
33. KENANGAN SUSU STROBERI
34
34. AYAH IDAMAN
35
35. KECUP PELUK DI TAMAN HARAM GAK?
36
36. MALAM SETELAH AMARAH
37
37. KECUPAN ALA KANTOR
38
38. INSIDEN KUCING KAWIN
39
39. TANDA-TANDA KEHAMILAN
40
40. NADHIFA PINGSAN
41
41. MALU, ADUH MELOROT
42
42. JEALOUS DIKASIH ADIK
43
43. NYICIP SUSU
44
44. ADIK YANG POLOS
45
45. DIBENTAK, PINGSAN!
46
46. TERBUAI WANITA LAIN
47
47. PULANG KE ISTRI
48
48. KEUSILAN RENZO
49
49. YUDA X ARSHEN. ROMANTIS SIAPA?
50
50. MERAWAT BABY SALMA
51
51. BABY SITTER UNTUK SALMA
52
52. NADHIFA CEMBURU SAMA NANDINI
53
53. OM YANG POSESIF
54
54. SALMA BONEKA HIDUP
55
55. DIGIGIT SALMA
56
56. MANIS DAN GILA
57
57. BUTUH CHARGE
58
58. AYAH IDAMAN
59
59. ROMANTIS PAGI YANG TERGANGGU
60
60. PACAR IDAMAN
61
61. CALON MENANTU
62
62. SATU APARTEMEN, MASIH PACAR
63
63. TERLLAU INTIM DI DEPAN UMUM
64
64. MANDI SUCI
65
65. SALMA BISA JALAN
66
66. ABANG POSESIF
67
67. SOSIS JUMBO
68
68. JANJI DILAMAR
69
69. DISAAT SUAMI NAGIH
70
70. SI KECIL LIHAT OMNYA CIUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!