"Kamu bohong kan?." Gadis itu menatap Alvian dengan terluka.
"CK... intinya kita putus. Kalo Lo ganggu hidup gue lagi, awas aja." Alvian berbalik, pergi ke kamarnya.
Gadis itu duduk mematung, tidak percaya Alvian akan meninggalkannya. Selama ini, dia sudah melakukan banyak hal agar Alvian jatuh hati padanya.Tapi kenapa semuanya sia sia, sudah 2 tahun dirinya memohon agar Alvian tidak meninggalkannya.
Ibu Alvian, harus pergi karena menerima panggilan penting. Aurora berjalan santai melewati ruang tamu, hendak kembali ke kamar Alvian.
Aurora berjalan lurus, tanpa melirik sama sekali. Seakan tidak ada siapapun di sana, jalannya juga santai tidak tergesa gesa, dia benar benar terlihat santai.
"Eh Lo!! Lo siapa nya Alvian? Gue tegasin ya, Alvian itu pacar gue!! selamanya dia cuma punya gue." Ucap gadis itu, mencengkeram tangan Aurora.
Aurora hanya menatap dengan polos, tidak ada guratan ekspresi apapun. Dia menatap dengan lurus, seakan ancaman itu hanya angin lalu.
"Iya , ambil aja." Cuek Aurora.
"Pftt.. Lo juga di cuekin ya? Bagus deh... Lo harus sadar diri, Alvian cuma punya gue." Tegasnya sinis.
"ALVIAN." Teriak Aurora keras.
Alvian yang terkejut, buru buru turun. Mengira mantan pacarnya berkelahi dengan Aurora, dia juga terkejut kenapa suara Aurora sebesar itu.
"Apa lagi sih, kan gue bilang jangan ganggu gue. Sekarang mending Lo pergi dari sini, gue muak sama Lo." Ucap Alvian, terlihat kesal.
Aurora yang sudah melihat Alvian turun, langsung melangkah pergi dari sana. Dia malas sekali meladeni orang NPD, dia ini malas berinteraksi, dia suka ketenangan dan kesendirian. Dia pekerja keras, tapi dia tidak suka hal yang berisik atau menguras emosi.
"Mau kemana?." Alvian menoleh ke arah Aurora, yang sudah Mulai menaiki tangga.
"Berak." Jawab Aurora santai.
"hah?." Alvian syok, kenapa gadis itu tidak menjaga image sama sekali.
Broottttttt
Bahkan Aurora sempat terkentut dengan santai, Alvian dan mantan pacarnya mematung. Baru pertama kali melihat spesies wanita seperti ini, kenapa... kenapa unik sekali.
Alvian gampang ilfeel, dia mudah sekali ilfeel dengan wanita maupun pria. Saat dia pacaran dengan mantannya ini, memang berlangsung selama 2 tahun, tapi hanya pihak wanita yang menganggap hubungan itu pacaran. Alvian itu gampang bosan dan ilfeel bahkan dengan hal hal kecil.
Anehnya, dia justru merasa ingin tertawa. Saat melihat Aurora kentut dengan percaya diri, bahkan kentutnya sebesar itu. Cukup unik dan membuatnya terhibur.
Mantan pacar Alvian, melihat senyum tipis di wajah Alvian. Dia terperangah, tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, mana mungkin... mana mungkin seorang Alvian tersenyum.
"K-kamu pasti ilfeel sama dia kan?." Ucapnya.
"Bacot, pergi sana. Gue bakal panggil satpam buat seret Lo keluar, ini peringatan terakhir dari gue." Ucap Alvian, tajam menusuk.
Deg.
"Lo bakal nyesel Alvian!!!." Teriaknya, berlari keluar dengan linangan air mata.
Alvian tidak peduli, dia berjalan dengan santai kembali ke kamarnya. Dia melihat kamarnya kosong, artinya Aurora masih berak, teringat suara kentut Aurora dirinya diam diam menahan senyum.
"Gila, kok bisa kentutnya segede itu." Batin Alvian.
Ceklak ~||~
Pintu kamar mandi terbuka, Aurora keluar dengan santai tanpa merasa malu. Dia langsung duduk di sofa, membuka Tas nya, lalu mengeluarkan sebuah buku.
Alvian diam mengamati, merasa tertarik dengan gadis misterius yang kini menjadi istrinya. Jarang sekali dirinya tertarik dengan wanita, kebanyakan wanita lah yang tertarik padanya.
"Woi, pijitin kaki gue." Ucap Alvian.
Aurora tidak menjawab, dia hanya mengambil minyak angin dan duduk di tepian ranjang. mulai mengoleskan minyak, dan memijak kaki suaminya dengan tenang.
"Lo diapain sama dia?." Tanya Alvian.
"Ngga ada." Jawab Aurora, tetap fokus memijat.
"Terus kenapa Lo teriak manggil gue?." Heran Alvian.
"Karena aku pengen berak, ga enak kalo tamu di tinggal sendirian." Ucap Aurora.
Alvian menatap tak habis pikir, harga dirinya sedikit terluka, karena menurutnya Aurora sama sekali tidak tertarik padanya. Tatapan mata Aurora yang tenang dan polos, sepertinya menyimpan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, kamu kan dari kota. Ngapain bisa sampe ke desa pelosok? Naik motor lagi." Aurora merasa penasaran.
"Masalah cowok." Ucap Alvian.
"Biasanya cowok gerombolan, kenapa kamu sendirian? Jangan bilang Kamu nyasar." Tuding Aurora.
Mata Alvian terlihat bergetar, artinya dugaan Aurora benar. Aurora sangat bisa melihat bahasa mata, dia senang mengamati orang dan jadi tau banyak watak manusia.
Aurora tidak membahas apa apa lagi, keduanya di selimuti keheningan. Aurora mulai mengantuk dan tangannya pegal, Alvian yang tau Aurora lelah pun akhirnya angkat bicara.
"Udah deh, pijetan Lo ga enak. Tidur sana, besok harus bangun pagi buat pindahan." Usir Alvian.
Aurora langsung beranjak, cuci tangan dan bersiap tidur. Aurora selalu terlihat santai, tapi ada satu hal yang sangat ingin Alvian tanyakan.
"Kok Lo ngga sholat sih." Celetuk Alvian.
"Imamnya ngga ada, lagian dosa aku ditanggung suami." Jawab Aurora santai.
Deg.
"Hah?." Alvian tersentak dan menoleh.
Alvian mulai mencaritau di artikel, dirinya tidak mau di tipu begitu saja. Tapi anehnya, artikel yang muncul sama dengan yang di ucapkan Aurora.
Alvian mulai gelisah, dulu dirinya tidak pernah ibadah karena meyakini jika dirinya Atheis. Sampai akhirnya, Alvian memutuskan memeluk agama Islam, untuk menikahi Aurora.
"Baru juga sehari, tuhan pasti maklumin. Aku juga ngga bisa ibadahnya." Batin Alvian.
Embun pagi menetes, menambahkan kesan sejuk pagi hari yang indah dan asri. Matahari mulai turun, masuk lewat celah jendela dan menerangi kamar mewah.
Aurora mengerjap, merasa ada cahaya yang menyilaukan matanya. Dia terbangun, merasa sedikit nyaman. Dulu hidupnya susah dan dia hanya tidur diatas dipan, setiap hari dia harus bekerja demi sesuap nasi. Menikmati hari santai seperti ini, tidak buruk juga baginya.
"Bangun, siapin air mandi gue." Suara serak Alvian terdengar.
Aurora bangun dengan loyo, sempat melamun sebentar lalu beranjak dengan rambut berantakan dan wajah lesu.
Alvian melihat itu dengan senyum tipis. Kehadiran Aurora, sedikit menghibur hidupnya yang monoton dan membosankan.
Aurora memang menyiapkan air mandi untuk Alvian, tapi dia mandi terlebih dahulu. Saat Alvian masuk ke kamar mandi, Aurora membuka kotak make-up dan skincare yang diberikan oleh Ibu mertuanya.
Aurora membaca aturan dan cara pakainya dengan seksama, menggunakan skincare dan merasa kulitnya jadi lembab dan sehat.
Karena dirinya belum mengerti makeup, Aurora memilih menggunakan lip glossy dan lipteen untuk mempersehat bibirnya. Alis dan bulu matanya sudah bagus tanpa harus di gambar.
Aurora menatap pantulan dirinya di cermin, merasa jauh lebih cantik. Rambut panjang Aurora memang lurus, hanya saja jika di gerai akan terlihat kusut.
Aurora memilih mencepol rambutnya rapih, Aurora terlihat sangat imut menggemaskan, Pipi nya memang tidak terlalu cubby, tapi Aurora memang cantik hanya kurang terawat Dana saja.
Aurora belum memiliki baju yang layak, hari ini dia meminjam baju suaminya dulu. Memakai kaos Oversize warna hitam dengan gambar rumit, lalu memakai kolor dalaman Alvian yang tertelan kaos Oversize.
Kaki Aurora memang jenjang, meksipun tidak terlalu tinggi. Hanya 163cm, dengan tubuh Kurang gizi. Untung saja kulitnya terawat dengan baik, jadi tidak ada bekas luka.
Aurora duduk di sofa dengan lesu, merasa Alvian lama sekali mandinya. Begitu Alvian keluar, dia sudah memakai kaos hitam dan celana pendek hitam. Terlihat tampan, Aurora merasa terpana tapi dia menepis perasaan kagum itu.
Menatap dengan datar ke arah Alvian, Alvian jadi merasa tidak nyaman. Kenapa respon Aurora selalu saja cuek, dirinya sendiri juga cuek dan dingin tapi dia tidak suka di cuekin.
"Kenapa?." Tanya Alvian datar.
"Lama banget, katanya disuruh bangun Pagi." Lirik Aurora.
Tanpa menjawab Alvian langsung keluar membawa Dua Koper, Aurora mengerti ternyata Alvian lama karena packing. Tas lusuh Aurora sudah dibuang oleh Alvian, karena memang tidak ada yang layak di pakai lagi.
Sampai di lantai bawah, Alvian meletakan Koper di samping pintu keluar. Lalu kembali ke ruang makan, untuk sarapan sebelum pergi. Di meja makan sudah ada Ayah dan Ibu Alvian, mereka menyambut dengan hangat.
"Kalian jadi pergi hari ini?." Tanya Ibu dengan ramah.
"Iya.. Tante." Jawab Aurora, merasa sungkan.
"Kok masih panggil Tante, panggil Ibu dong." Ucap Ibu tersenyum.
"Iya, Ibu." Aurora kikuk.
"Yasudah, hati hati di rumah baru. Harus jalan komunikasi yang baik, jangan sampai kalian ngga tau, salah satu dari kalian ngga ada dirumah." Ucap Ayah, menasihati.
"Tenang aja Ayah, kan ada Cctv." Jawab Alvian.
"Satu lagi Alvian, rumah itu punya Aurora. Kamu cuma numpang di sana." Ucap Ibu, tersenyum manis.
"Hm.. tau kok." Cuek Alvian.
"Nah Aurora, di sana kamu memilik rumah. Jadi jangan sampai perintahmu kalah sama Alvian." Ucap Ibu, memberikan dukungan.
"Iya Bu." Aurora hanya menurut.
Alvian melirik sinis ke arah Aurora ,di depan orangtuanya saja dia seperti anak polos dan penurut. Tapi jika padanya selalu menatap dingin, cuek, ketus dan bahkan mengumpat kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Pecinta Novel
Saran thor, coba ganti visualnya dengan gambar yang lebih kecil. Di Ip ke potong😭
2025-10-18
3
Mellisa Gottardo
Haloo 😍🙏
2025-10-14
3