Pukul 04.00 Saat Adzan Subuh sebentar lagi berkumandang. Dua Mobil Mewah datang, keluarlah sepasang paruh baya yang terlihat menawan, di mobil belakang ada beberapa Bodyguard yang turut hadir.
Aurora semakin takut, dia beringsut di sudut Masjid, dia merasa bingung. Apakah lebih baik dia bunuh diri saja? menyusul sang nenek yang berpulang karena ulahnya?.
Pengurus Masjid datang, mempersilahkan keluarga itu duduk di teras Masjid. Menyuguhkan kopi dan teh hangat, Pemuda itu juga duduk di sana dia terlihat datar-datar saja.
Pak Kyai datang menemui mereka setelah selesai sholat Subuh, memberitahu detil kronologis. Pihak keluarga itu nampak prihatin, mencari dimana Aurora.
Mereka melihat gadis yang terlihat rapuh, beringsut di sudut Masjid, menatap ke arah keranda dengan tatapan kosong. Ibu dari pemuda itu datang menghampiri dengan hangat.
"Halo, kamu yang namanya Aurora?." Ucapnya lembut.
Deg.
"I-iya Tante." Aurora nampak gugup.
"Pasti berat ya jadi kamu, nggapapa Alvian bakal tanggung jawab kok." Ucapnya.
"Alvian?." Bingung Aurora.
"Oh kalian belum kenalan? nama anak Tante Alvian Donovan." Jawab wanita modis itu ramah.
"Anu.. Tante, kita ngga nglakuin apa yang mereka tuduhkan kok. Lagian kita juga beda agama, mending di batalkan saja." Ucap Aurora Lirih.
"Sayangnya nggabisa, pengurus Desa sudah memutuskan. Lagian sebagai orangtua, kami ingin mengajarkan apa itu tanggung jawab pada anak kami, mungkin saja berkat kejadian ini, dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Apalagi kamu sekarang sebatang kara kan? memiliki suami tidak buruk juga." Ucap Nya.
"Tante serius?." Aurora menatap heran.
"Iya, untuk masalah Agama. Tentu saja Alvian yang akan mengikuti Agama mu, sejak lahir dia memang mengikuti Agama keluarga Ayahnya. Sekarang dia bebas memilih, dan keputusannya tentu saja harus mengikuti hukum disini." Ucap wanita itu tenang.
"Maksud Tante?." Aurora masih mencerna informasi.
"Tante Islam, Suami Tante dulunya Nasrani. Dia mengikuti Agama Tante, cuma ya keluarga besar maunya Alvian ikut agama mereka, meskipun Alvian ngga pernah sekalipun ibadah, dia bener bener kaya Atheis." Ucapnya berbisik.
"Maaf Tante, anak Tante ngga bersalah. Ini semua Fitnah, takutnya nanti anak Tante jadi nggabisa sekolah dan kehilangan masa depan." Ucap Aurora.
"Hahahaha, kamu polos banget ya. Tenang aja, suami Tante itu banyak duitnya, dia bisa tetep menyekolahkan kalian berdua meskipun sudah menikah. Ya tapi, kalian harus backstreet." Ucap Ibu Alvian, mengedipkan mata.
Aurora tidak berkata apa apa lagi, tepat sebelum Ijab Qobul, Alvian di tuntun mengucapkan kalimat syahadat, sebagai bukti bahwa dirinya memeluk Agama Islam.
Aurora sudah memakai kebaya hitam disanggul simple, itu pakaian milik anak Bu RT. Aurora terlihat manis dan cantik, meskipun polos tatapannya itu tajam.
Alvian sudah memakai baju adat mahal, yang dibawa oleh keluarganya. Dia terlihat sangat berwibawa sekali, sangat jomplang dengan Aurora yang polosan tanpa makeup.
Meja kecil sudah di siapkan di samping Keranda, diatasnya sudah ada 5 gepok uang, Set Perhiasan dan Sertifikat Rumah. Sebagai Mahar yang di berikan pihak orangtua Alvian, pada Aurora.
"Baik Mas Alvian, silahkan ikuti kalimat saya." Ucap Kyai menuntun Alvin, mengucapakan 2 kalimat syahadat.
"Ashadu...................... 2X.
Semua orang berdoa dan mengucapkan selamat pada Alvian, Alvian tetap datar sedangkan Aurora merasa tangannya gemetar hebat.
"Ya Allah.... mahar nya banyak banget, ini beneran di kasih apa nanti di kembaliin?." Batin Aurora.
Setelah Alvian resmi memeluk Agama yang sama dengan Aurora. Kini saatnya mereka mengucapkan ijab qobul, Aurora rasanya ingin pingsan, jantungnya berdegup kencang sekali, parfum Alvian di sebelahnya bahkan tercium olehnya.
Alvian sudah siap berjabat tangan, diawali dengan penyerahan dan keikhlasan Aurora untuk menikah kepala wali hakim. Kini saatnya Ijab Qobul di langsungkan.
" Alvian Donovan."
"Ya saya."
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, dengan Aurora Navarro binti Ahmad, untuk dirimu sendiri sebagai Istri. Dengan Maskawin Logam Mulia 50gram, Sertifikat Rumah dan Uang tunai sebesar 100.000.000 rupiah dibayar TUNAI."
"Saya terima nikah dan kawinnya, Aurora Navarro binti Ahmad, untuk saya sendiri. Dengan maskawin tersebut di bayar TUNAI."
"Bagaimana para Saksi.. Sah?!.'"
SAHHHH!!!!
"Alhamdulillah."
Semua orang berdoa, tentu saja ada ibu-ibu yang tidak senang dan merasa iri dengan maskawin yang diterima Aurora. Siapa sangka, perkawinan paksa itu mendapatkan maskawin yang fantastis.
Mereka pikir Aurora hanya akan mendapat Maskawin perangkat alat solat, atau uang sepuluh ribu.
Penghulu meminta Aurora mencium tangan Alvian sebagai Suami. Aurora dengan keringat dingin mencium tangan Alvian, dirinya berdoa semoga pernikahannya Sakinah, Mawadah, warahmah.
Alvian mengecup Ubun Ubun Aurora, karena dipaksa perintah penghulu. Setelah beberapa kali sesi foto menggunakan buku nikah, mereka kembali duduk untuk menandatangani buku nikah.
"Baik, karena ijab qabul telah dilaksanakan. Sekarang sudah waktunya memakamkan mendiang Mbok Sri, mohon para warga membantu prosesnya." Ucap Kyai.
Sebagai Cucu Mantu, Alvian di tugaskan memanggul keranda bersama beberapa pemuda Desa. Alvian sudah melepaskan Jasnya, dirinya kini memakai kemeja putih dan celana bahan hitam.
Keranda di gotong menuju tempat pemakaman Umum. Aurora di temani Ibu dari Alvian, berjalan mengikuti keranda sambil melempar bunga yang berisi koin. Salah satu adat di Desa itu saat mengantar Jenazah ke Pemakaman.
Lailahailallah....
lailahailallah...
lailahailallah...
Mereka pun sampai di pemakaman, di sana sudah ada beberapa orang penggali makam. Pemakaman berlangsung dengan sangat sakral, Alvian turun ke liang lahat menerima Jazad Mbok Sri. Di perintahkan untuk meminta maaf sambil meletakan Jazad itu ke tanah.
Aurora menatap dengan pedih, melihat jazad neneknya sudah tertutup tanah. Dia berdoa dan meminta maaf pada Neneknya, belum sempat dirinya membalas Budi, dia justru menjadi alasan neneknya berpulang ke sisi Ilahi.
"Ampuni dosaku ya Allah." Batin Aurora.
Pemakaman berlangsung dengan lancar, semua orang kembali kerumah masing masing. Aurora membawa Suaminya berserta keluarga ke rumah reyot Mbok Sri.
Rumah itu masih berlantai tanah, berdinding anyaman bambu. Alvian bahkan sampai Mengkrenyitkan dahi melihat rumah yang ditinggali Aurora.
Mereka kembali dibuat semakin heran, saat melihat Aurora di suruh memasak dan melakukan ini itu oleh Ibu-ibu.
"Maaf, Aurora kan sedang berduka. Alangkah baiknya jika tidak memintanya memasak." Ucap Ibu Alvian menegur.
"Aduh dasar orang kota, di Desa kalo ada keluarga yang meninggal ya masak buat njamu pelayat sama buat Yasin Tahlil." Jawabnya sewot.
"Ini, saya bayar. Jangan suruh suruh menantu saya lagi." Ucapnya.
Ibu-ibu dengan berbinar menerima uang itu, Aurora akhirnya duduk dengan tatapan kosong dan sendu. Dia kebingungan, merasa asing dan perlu beradaptasi dengan situasi saat ini.
"Sebelum ini kamu sekolah dimana? biar kita urus kepindahanmu." Ucap Ibu Alvian.
"Em.. saya udah ngga sekolah, Tante." Lirih Aurora, merasa malu.
"Oh udah lulus?." Ibu Alvian salah paham.
"Iya, lulus SMP." Aurora mengangguk.
Ibu dan Ayah Alvian saling pandang, mereka tidak menyangka Aurora putus sekolah. Mungkin di Desa memang banyak yang bersekolah hanya sampai jenjang SMP, tapi mereka tetap saja merasa terkejut.
"Loh? SMP? kamu umur berapa sekarang?." Kagetnya.
"17 tahun, Tante." Jawab Aurora.
"Berarti udah 2 tahun kamu ngga sekolah lagi? Yaudah setelah ini kamu bakal lanjut sekolah di kota ya?." Ucap Ibu Alvian ramah.
"Eh? N-ngga usah Tante." Aurora sungkan.
"Loh, kenapa? Setelah ini kan semua tanggungan hidup kamu ya tanggung jawab Alvian, kamu kalo mau minta pesawat juga Alvian harus mengusahakan." Ucap Ibu Alvian, terlihat santai.
"Alvian, kenapa kamu ngga ngajak istrimu ngobrol? kalian ini suami istri, bukan musuh." Ucap Ayah Alvian, menatap putranya dengan teduh.
"Apa? ngga ada yang pengen Alvian tanya, Yah." Jawab Alvian, cuek.
Ibu Alvian menatap putranya dengan sedih, dia tau watak putranya memang minim empati. Memiliki ide, mungkin jika ditinggalkan berdua, mereka akan mengobrol.
"Ayah, temenin Ibu ke warung Yuk." Ajaknya.
"Kebetulan, Ayah juga mau beli sesuatu." Keduanya pun beranjak keluar dari rumah.
Aurora dan Alvian dilanda keheningan, Sebenarnya Aurora itu bukan anak yang polos. Dia juga suka mengumpat kasar, suka melawan anak anak nakal, dia bahkan bisa berkelahi. Hanya saja dia punya sifat introvert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Babyme
semangatttt! alurnya bagus, semoga Auora dan Alvain menemukan kebahagiaan mereka💪
2025-10-18
5
Mellisa Gottardo
Haii, Apa kabar? terimakasih yang sudah like 😍 Kalian dari mana? salam dari Cilacap ya😍
2025-10-14
3
Pecinta Novel
masih oke nihhh😍
2025-10-18
1