4.Lima belas tahun kemudian

Lima belas tahun berlalu.

Banyak waktu yang telah terlewati,kemajuan teknologi semakin berkembang,dan kehidupan manusi perlahan berubah.

Sama hal nya dengan hidup Mawar Paramitha,duka yang menyelimuti nya sewaktu kecil,kini berhasil mengubah nya menjadi sosok yang 'asing'.

Dia tumbuh menjadi gadis yang pemurung,pemarah,pendiam dan yang pasti pendendam.

Setiap malam dalam tidur nya,selalu dia ukir dengan sebuah nama 'Hanna',hal ini bertujuan untuk mengingatkan nya selalu tentang 'luka dan penghianatan'.

♧♧♧♧♧♧

Di desa Bulan.

Mawar pulang kembali ke desa Bulan,setelah pergi selama satu minggu penuh.

Di bahu nya terlampir ransel hitam dan lusuh,rambut sebahu nya dibiarkan tergerai bebas.Sementara di tangan nya ada beberapa paper bag.

Para tetangga yang sudah lama mengenal nya,hanya membuang muka jika melihat dia melewati mereka.

Karna meski desa ini sudah mengalami kemajuan dalam hal teknologi dan sebagainya,tetapi pemikiran kolot mereka masih tumbuh subur.

Apalagi melihat Mawar,seorang gadis yang suka pergi berhari-hari,lalu pulang akan membawa banyak uang.Hal ini sudah jadi buah bibir warga desa setiap hari nya.

Namun apakah Mawar peduli?

Jawaban nya sama sekali tidak.

Baginya,yang terpenting adalah hutang sang Nenek segera lunas,agar tuan tanah itu tidak lagi mengganggu mereka.Dan uang untuk operasi kaki Paman kecil nya segera terkumpul.

Apa yang dipikirkan oleh orang lain,bukan urusan nya.

Tok tok tok

Tangan nya yang kecoklatan mengetuk pintu kayu,rumah Nenek nya.

Tidak ada lagi kulit putih nan lembut,milik nya dulu.Kini dia tumbuh menjadi gadis montok dengan kulit coklat nya.

Ceklek

Pintu terbuka dan tampak lah wanita berambut abu-abu di depan matanya.

"Nenek aku pulang."

Datar dan kasar,tetapi ada pancaran kelembutan di kedua mata hitam legam nya,ketika melihat wajah sang Nenek.

"Sayang ku,akhir nya kau pulang,Nak.Jika besok kau masih tidak pulang,Nenek yakin,Paman kecil mu akan menyusul mu kesana."

Suara Nenek nya tetap tidak berubah,sama seperti dulu.Lembut dan menyenangkan.

Kedua nya pun masuk kedalam rumah.

Mawar meletakkan ransel nya di kursi kayu,yang sudah lapuk di makan usia,lalu tangan nya dengan cepat membuak isi dari paper bag yang dia bawa.

"Ini untuk Paman kecil." Mawar meletakkan sebotol anggur dengan kualitas yang terbaik ke atas meja.

"Pasti mahal,kenapa kau selalu membuang-buang uang.Sudah kukatakan tidak perlu..,"

"Jika Paman sakit lagi,Nenek akan sedih.Anak Nenek sudah mati satu,jadi jangan sampai Paman juga menyusul."

Ucapan nya kejam tanpa perasaan,memotong ucapan sang Paman.Namun tidak ada yang tersinggung atas ucapan nya.

Karna Mawar selalu berbicara seperti itu,walaupun kata-kata yang diucapkan nya merupakan ungkapan perhatian.

"Kau ini." meski berkata begitu,sang Nenek dengan lembut membelai rambut nya dengan jari keriput nya yang kapalan.

"Ini untuk Nenek,pakailah.Pakaian itu di beli untuk di gunakan Nek,bukan di simpan di lemari.Dan ini uang untuk melunasi sisa hutang kita kepada Tuan Bima.

Setelah ini aku akan mencari uang untuk merenovasi rumah ini,rumah ini tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi."

Ibu dan anak itu hanya mampu terdiam melihat,gadis kecil mereka telah melakukan begitu banyak hal untuk mereka berdua.

"Lalu dimana untuk mu?"

Sang Paman menatap Mawar dengan pandang sendu.

"Kau sibuk membelikan Paman dan Nenek mu barang-barang ini,tetapi untuk dirimu sendiri kau tidak membeli apapun?"

Bukan nya Panji tidak bersyukur karna memiliki keponakan yang cakap dan perhatian seperti Mawar.

Karna dia sangat bersyukur,maka terkadang Panji merasa sangat tidak berguna sama sekali sebagai seorang Paman.

Kakak nya yang malang hanya meninggalkan seorang putri,seharus nya dia sebagai Paman memanjakan nya,tetapi ini dia yang di manjakan oleh keponakannya.

"Aku memiliki nya Paman,tapi tidak bisa ku bawa hari ini.Itu akan sampai dua hari lagi,jadi bersabarlah."

Mawar paham jika Paman nya ini merasa sungkan terhadap nya,jadi dia tidak ingin membuat Paman nya semakin merasa rendah diri lagi.

"Baiklah,semua sudah di bagi.Aku akan kekamar dulu,Nenek,Paman."

Setelah berpamitan,Mawar meninggalkan kedua nya di meja makan yang sudah lapuk di makan usia.

"Mari kita hargai perjuangan keponakan mu,Panji.Setidak nya kita bisa menabung sedikit demi sedikit untuk mas kawin nya kelak.Jika kita menuruti anak itu,huh..,aku tidak tau lagi harus berkata apa."

Meski terdengar mengeluh,tetapi mulut wanita tua itu tersenyum dengan bangga.

"Ibu benar,setidak nya anggur ini pasti laku ratusan ribu jika aku menjual nya kembali.Sayang sekali anggur mahal ini hanya digunakan untuk meredakan rasa sakit di kaki yang cacat ini."

Panji juga berniat menjual anggur nya ini,seperti biasanya.Dengan begitu dia bisa menabung uang nya,jadi kelak ketika bocah nakal itu menikah,mereka mampu memberikan mas kawin yang layak.

♧♧♧♧♧♧

Di Ibu kota.

Tepat nya di kediaman Keluarga Paramitha,

Telah terjadi kekacauan yang besar.

Bagaiman tidak,dua hari lagi adalah pernikahan antara putri bungsu Paramitha dan pewaris dari keluarga Wijaya.

Namun tadi malam,seorang pelayan menemukan surat yang di tulis oleh Alea Paramitha,kepada seluruh keluarga nya,di meja rias milik Alea.

Maaf semua..

Aku belum siap jika harua menikah di usia yang masih muda.

Aku masih ingin menikmati masa lajang ku lebih lama.

Kumohon jangan mencari ku.

Alea.

Baskara meremas surat itu hingga tidak berbentuk lagi.

"Berengsek.!!" maki nya.

Sementara di ruang tamu itu,Aulia sang istri,kedua putra nya Adnan dan Bian,beserta sang Ibu kepala pemimpin Paramitha,memijat kening nya dengan pelan.

Wajah-wajah mereka tampak frustasi.

"Ini akibat kau terlalu memanjakan nya,kita akan di tuduh mempermainkan keluarga Wijaya nanti.Bodoh."

Ini adalah kali pertama Baskara mengamuk didepan anak-anak nya.

Aulia hanya diam menundukkan kepala nya.

Meski dia tidak suka di tegur seperti ini,tetapi apa yang diucapkan oleh sang suami benar adanya.

Keluarga Wijaya adalah keluarga nomor satu,di negara Matahari ini.Mereka merupakan keluarga dengan akar seratus tahun dalam memimpin perekonomian negara ini.

Banyak keluarga-keluarga besar yang bermimpi untuk berbesan dengan keluarga Wijaya,tetapi putri Paramitha malah menolak nya dengan alasan yang sangat klise,belum siap.

"Cepat kabari keluarga Wijaya,katakan yang sebenar nya,lalu meminta maaf lah."

Sintia Paramitha,akhir nya buka suara.

"Tapi,Bu.."

"Baskara Paramitha." suara sang ibu terdengar berat.

"Tidak ada solusi lain,kita tidak boleh menyinggung mereka,setelah ini tolong didik anak-anak mu dengan baik.

Aku tidak masalah jika harus membuang cucu ku LAGI.".

Kata 'Lagi' sengaja di ucapkan dengan penuh penekanan.

Ini merupakan peringatan langsung dari sang Ibu,dan ucapan yang muncul dari sang Ibu,biasanya bersifat final.

Sartika langsung meninggalkan ruang keluarga setelah berbicara seperti itu.

Keheningan yang sempat terjadi langsung pecah.

"Aku tidak setuju dengan ucapan Ibu,Alea adalah putri kita satu-satu nya,Bas."

Aulia sama sekali tidak ingin jika putri nya harus dibuang sama seperti anak dari 'wanita itu'.

"Kalau begitu panggil putri mu pulang."

Baskara sama sekali tidak mau repot dengan kekhawatiran receh istri nya.

"Kau tau aku tidak mengetahui dimana keberadaan nya,Bas.Jadi dimana aku bisa mencari nya?"

"Karna itu aku harus menuruti ucapan Ibu ku.Jadi jika kau merasa keberatan untuk meminta maaf kepada keluarga Wijaya,maka bawa putri mu kembali.

Ingat! Kita hanya memiliki waktu dua hari,Aulia.Jika keluarga Wijaya tidak senang,maka lupakan kehidupan nyaman yang selama ini kau rasa kan."

Baskara meninggalkan anak dan istri nya.

Masih banyak hal yang perlu dia urus,selain dari pada anak yang tidak patuh itu.

Sepeninggalan Baskara,Adnan putra sulung nya juga ikut buka suara.

"Kami baru saja menandatangani proyek pembangunan villa mewah dengan perusahaan WiJAYA CORPORATIONS,Bu.Jadi jika Alea tidak ditemukan juga,kita bisa bangkrut saat itu juga."

Adnan CEO muda, di PARAMITHA CONSTRUCTION.

Pria lajang yang masuk ke dalam kriteria sepuluh pemuda yang paling diminati,dalam survei majalah khusus Lajang.

Tampak berwibawa,dia duduk dengan punggung tegak dan kaki dilipat.

Di pangkuan nya ada sebuah laptop,bahkan ketika dia sedang duduk berdiskusi dengan keluarga,dia masih sibuk dengan pekerjaan nya.

Tampan,dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh centi meter,hidung mancung dan berkulit putih,persis seperti Baskara sewaktu muda.

Putra yang selalu menjadi kebanggaan di keluarga ini,kini berbicara dengan Ibunya seperti berbicara dengan rekan bisnis.

Hanya menekankan keuntungan bukan kekeluargaan.

Adnan adalah pembuktian bahwa darah Paramitha mengalir di nadi nya.

"Kak,bisakah kau meninggalkan pekerjaan mu dulu.Kita sedang membahas tentang Alea,Kak."

Putra kedua Baskara,Bian.Seorang pembalap profesional,menegur sang Kakak yang dianggap terlalu sibuk.

"Oh,aku tidak memiliki banyak waktu bermain,Bian.Jika saja kita bisa bertukar posisi,maka aku akan sangat senang sekali."

Kalimat sindiran itu membuat kepala Aulia semakin pusing.

Bukan nya mendapat solusi,mendengar pertengkaran kedua putra nya,membuat kepala Aulia serasa ingin meledak.

"Sudah! Kalian berdua ini.Lebih baik kalian segera mencari adik kalian,waktu kita hanya ada dua hari lagi."

Aulia menasehati kedua putranya yang selalu memiliki perbedaan pendapat dalam hal apapun.

Susah payah dia meraih posisi ini,bukan untuk menjalani hidup penuh dengan tekanan seperti ini.

"Aku tidak ada waktu.Alea adalah putri kesayangan Ibu.Dua kali dua puluh empat jam,dia selalu bersama Ibu.Jadi ibu seharusnya lebih mengetahui siapa saja dan dimana saja teman-taman Alea."

Usai mengatakan hal itu,Adnan segera pergi meninggalkan Ibu dan Adik nya.

"Astaga!!" Bian bahkan tidak habis pikir dengan sikap Kakak sulung nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!