Mawar yang berlari dengan kaki mungil nya,kini sampai terlebih dahulu dari Paman dan bocah laki-laki yang menyampaikan pesan tadi.
Dia melihat Ayah nya berdiri angkuh dihadapan Ibunya yang lemah,sembari menggandeng seorang wanita yang pernah dilihat nya tidur dengan Ayah nya.
Ketika dia ingin mendekat,dia langsung berhenti karna mendengar kata 'monster' terucap dari mulut Ayahnya.
"Aku tidak akan berlama-lama dengan mu.Aku telah mengajukan pembatalan pernikahan kita,karna aku akan menikahi Aulia secara resmi,minggu depan.
Dengan begitu,monster itu tidak akan lagi masuk didalam catatan kartu keluarga ku."
Kejam tanpa ampun.
Tangan mungil Mawar terkepal dengan erat.
Meskipun biasanya dia diabaikan olah Ayah nya,namun dia msih menyimpan sedikit rasa rindu pada Ayahnya.
Namun pagi ini semua sirna karna kalimat tanpa perasaan yang terucap dari mulut Ayah nya.
Apalagi ketika dia melihat wajah Ibu nya yang menggambarkan kehancuran,sementara wanita sialan itu tersenyum dengan penuh kegirangan.
Kakinya ingin kembali melangkah,namun kembali terhenti ketika Sang Ibu menarik rambut wanita itu dengan kuat.
Tanpa sadar bibir mungilnya tersenyum tipis,karna Sang Ibu mampu membalas wanita itu,meski hanya dengan menarik rambut nya saja.
Tapi setidaknya itu lebih dari cukup.
Hanya saja senyum yang baru merekah itu kembali sirna ketika dia melihat Ayahnya membentak Ibunya demi membela wanita perusak itu.
"Hanna lepaskannn"
Begitu panik nya sang Ayah melihat wanita itu kesakitan,padahal dia dan Ibu nya pernah mengalami hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini.
Tangan nya kembali mengepal erat,bahkan mata hitam nya yang bagai lubang tanpa dasar itu,menajam ketika tangan Ayah nya melayang ke wajah Ibu nya.
Plak
Mata nya terpejam begitu melihat tubuh sang Ibu yang terpelanting tanah dengan kuat.
"Ibu" lirih nya dengan kelu.
Tetapi mimpi buruk itu hadir ketika dia melihat,Sang Ibu yang bangkit dan segera berlari untuk menghalangi mobil Ayah nya yang akan pergi.
Kekuatan penuh dari mobil itu tidak mampu di hentikan tepat waktu oleh Sang Ayah,sehingga terjadilah tabrakan yang sangat kuat.
Brug
Akhhh
Tubuh Mawar mengigil ketika tubuh ringkih Ibunya terhantam dan terlempar kuat ke arahnya.
Mata Mawar melebar ketika melihat banyak nya darah yang memuncrat dari mulut Ibunya,bahkan ada yang sampai mengenai wajahnya.
Sekeliling nya tampak membeku,hanya tubuh Ibu yang berkedut yang ada di hadapan nya.
Bau anyir darah langsung menghantam indra penciuman nya,sementara air mata sudah membasahi wajah mungil nya.
"Ibu" bisik nya.
Tapi kaki dan tubuh nya tidak mampu bergerak untuk lebih dekat kearah Sang Ibu.
"Hhiduph denngan bbaik,nak."
Mata nya Ibu nya mendelik lebar sebelum tubuh nya berhenti bergerak.
Namun ada senyum lega yang tersungging dari bibir yang pucat tidak bernyawa itu.
"Bu." dengan sekuat tenaga Mawar mengucapkan kalimat itu,sebelum tubuh kecil nya luruh ketanah.
Diam-diam dia merangkak kearah Ibu nya dan mencoba meraih jemari nya yang mulai mendingin.
Namun sebelum tangan nya bisa meraih jemari Ibunya,sepasang tangan kekar mengangkat tubuh mungil nya dan masuk ke dalam pelukan hangat Sang Paman.
"Jangan Nak,kemarilah bersama Paman."
Suara Paman nya yang bergetar hebat dapat di dengar oleh Mawar,kepala nya menjadi pusing dan semuanya gelap.
Sebelum benar-benar hilang kesadaran sepenuh nya,Mawar dapat mendengar suara Ayahnya yang bajingan tengah ketakutan.
"Bukan aku,bukan.Salah dia sendiri,itu salah nya."
Suara itu perlahan-lahan menghilang ditelan kegelapan malam.
♧♧♧♧♧♧
Ketika Mawar membuka mata nya,dia sudah berada di sebuah padang rumput nya luas dan hampa.
Tidak ada apapun kecuali padang rumput dan dirinya.
Mawar kecil mengedarkan pandangan nya ke segala arah,dan memang benar bahwa hanya dia sendiri di tempat itu.
Kaki mungil nya berjalan tanpa arah,berharap ada yang dapat dia temui atau dia lihat selain dari pada padang rumput ini.
Lama kaki nya melangkah namun semua tempat yang dia lalui hanyalah padang rumput.
Karna kesal,Mawar memilih duduk saja.
Matanya memandang ke arah langit yang cerah.
Du du du du
Tiba-tiba telinga nya mendengar suara dendangan merdu dari seorang wanita.
Namun ketika dia mencoba mendengar nya lebih jelas lagi,suara itu menghilang.
Dan kita dia mencoba menghiraukannya suara dendangan itu kembali terdengar.
"Siapa disanaaaa?" teriak nya namun Mawar langsung menutup mulut nya karna suara nya terdengar sangat serak,terlebih lagi tenggorokan nya sangat sakit hanya untuk mengucapkan sepatah dua patah kata.
Hening.
Mawar kembali terdiam,wajah mungil nya berkerut kebingungan.
Cup
Kecupan lembut itu membuat nya terkejut,apalagi saat kehadiran sosok yang tiba-tiba muncul di hadapan nya.
Mata nya yang bulat itu melebar karna terkejut.
"Ibu." panggil nya di tengah keterkejutan nya.
"Iya sayang.Ini Ibu,pulang lah Nak.Hiduplah dengan baik, jaga Nenek dan Paman mu.Jangan pernah sembarangan memberikan hati mu kepada orang lain,sayang.Jaga hati mu."
Ketika mata nya berkedip,sosok Ibu nya itu telah menghilang,membuat Mawar dilanda kepanikan.
"Buuu"
"Ibuuu"
"Mawar!!"
♧♧♧♧♧♧
Wajah kecil yang memerah itu berkerut tidak nyaman,bibir nya kering pecah-pecah.
Sementara suhu tubuh nya sangat tinggi.
"Buuu"
"Ibuuu"
"Mawar!!" teriakan kuat itu berhasil membuat gadis kecil itu membuka mata nya.
Demam tinggi yang tidak kunjung turun membuat mata nya merah dan kering.
Suara nya juga sangat serak.Mata Mawar memindai ruangan serba putih di tempat dia berada saat ini.
"Syukurlah kau bangun,Nak.Kau akan menakuti Nenek mu sampai mati jika tidak bangun lagi hari ini."
Perhatian Mawar langsung tertarik pada Nenek nya yang tampak letih,bahkan wajah tuanya tampak lebih menua dalam semalam.
Ini merupakan bukti yang nyata dari kemalangan yang menimpa mereka secara bertubi-tubi.
"Jangan terus menerus menangis,Bu.Ibu akan menakuti anak itu."
Suara Paman kecil nya juga terdengar serak di telingan Mawar,Mawar melihat ke arah Paman nya dan melihat wajah Paman nya yang di penuh lebam.
"Wajah Paman".
Panji yang sadar akan kondisi wajah nya,segera mencoba menutupi nya.
"Bukan apa-apa,Nak.Paman mu sangat ceroboh,sehingga dia bisa jatuh dan terluka seperti itu.Tetapi kau tenang saja,kulit Paman mu sangat tebal."
Sang Nenek mencoba menghibur Mawar.
Namun seperti nya Nenek dan Paman nya tidak menyadari jika Mawar di sebut MONSTER oleh Baskara,karna kepintaran dan kepekaan nya yang diatas rata-rata untuk anak seusia nya.
Jadi kebohongan yang di karang oleh Nenek nya tidak mampu mengelabui nya sedikit pun,terlebih lagi Mawar dapat melihat jika Paman nya tampak pincang saat berjalan.
Dan akan meringis setiap kali dia bergerak.
Tetapi karna dia tidak ingin menambah kekhawatiran Nenek dan Paman nya,Mawar lebih memilih untuk diam.
Siang hari nya,Mawar dibawa berjalan-jalan oleh Nenek nya.
Mereka duduk di bawah pohon rindang,yang ada di taman rumah sakit.
"Tunggu dulu disini,jangan kemana-mana.Nenek akan membelikan mu puding dulu."
Sang Nenek menasehati Mawar,lalu pergi ke arah kantin rumah sakit berada.
Mawar yang melihat kepergian Nenek nya yang tampak terburu-buru,langsung mengetahui jika Sang Nenek mungkin ingin melihat kondisi Paman kecil nya.
Mawar yakin akan hal itu.
Mawar bertekad jika dia akan menjadi kuat,dan kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang sialan itu.
Buk buk buk
Suara bola yang menggelinding tiba-tiba terdengar mendekat kearah nya.
Mata nya hanya menatap tanpa minat kearah bola tersebut.
Langkah kaki yang beriringan terdengar kemudian.
"Tuan muda,anda tidak boleh berlari seperti itu.Nanti saya dimarahi oleh Tuan Besar."
Tampak seorang bocah remaja cantik berlarian menuju ke tempat bola itu berhenti menggelinding.
Di belakang nya tampak seorang remaja yang mungkin seusia nya,sibuk mengejar si bocah cantik.
"Anak kecil,lemparkan bola nya kepada ku."
'Ternyata seorang remaja pria'
Batin Mawar namun hanya melirik sekilas sebelum membuang pandangan nya dari kedua remaja itu.
"Hey,kau dengar tidak?"
Suara muda itu penuh dengan kesombongan,namun bukan Mawar nama nya jika dia menurut begitu saja.
Dia tidak bergeming sama sekali,dan hal itu membuat remaja cantik itu marah.
"Kau mendengar ku tidak?? Kau ini masih kecil tetapi sudah tuli,benar-benar beban di dalam hidup."
"Tuan muda..."
Remaja muda yang datang bersama bocah cantik itu tampak nya merasa kurang nyaman dengan ucapan Tuan Muda nya.
Jadi dia hanya bisa meminta maaf pada Mawar.
Mawar yang dikatai 'tuli' dan 'beban' masih tidak memiliki perubahan di dalam wajah nya,namun dia segera berdiri dari duduk nya dan mengambil bola yang dua kali lebih besar dari kepalanya.
Remaja cantik itu benar-benar puas melihat Mawar yang menurut,tetapi ternyata dia salah besar.
Karna detik itu juga,bola itu di lemparkan dengan kuat kearah wajah nya yang cantik.
Duakhhh
Bug
Akhhh
Tubuh kurus remaja itu langsung terpelanting ketanah.
"Tuan mudaaa" remaja yang juga datang bersama remaja cantik itu berteriak panik,melihat Tuan Muda nya meringis kesakitan sembari menutupi hidung nya.
"Lainkali gunakan etiket dasar dalam hal meminta tolong,BOCAH."
Cantik dan manis namun sangat berduri.
Hanya itu yang mampu terlintas di benak remaja cantik itu,ketika melihat tingkah Mawar.
Apalagi ketika gadis kecil itu berlalu begitu saja setelah melukai nya dengan kejam.
"Tuan Muda,ayo saya bantu berdiri."
Remaja yang menjadi pelayan nya ini segera menarik Tuan Muda nya agar bisa berdiri.
"Lepas!!." temperament remaja cantik itu tampak sangat buruk sekali.
"Hei,gadis sialan,kau sangat galak sekali.Aku yakin tidak ada yang akan mau menikahi mu kelak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments