Si Pengkhianat

Part 4

Sebuah lencana merah bertuliskan nama Vincent dan angka sebelas di baliknya berada dalam genggaman tangan seorang pemuda yang duduk menghenyakkan diri di kursi kantoran. Ruang bercahaya temaram itu cukup rapi di mana terdapat rak berisi jejeran berbagai jenis buku tebal di belakang kursinya. Sedangkan di meja terdapat sebuah buku bersampul hitam yang ditengarai sebagai buku diary. Di sebelahnya tergeletak sebuah peta yang cukup besar berukuran A6.

Tidak butuh waktu lama bagi dirinya untuk menyadari apa yang sedang terjadi. Dibandingkan dua tokoh sebelumnya, ia cukup santai menerima kenyataan. "Menarik," gumamnya sambil memainkan lencana tadi. "Gak ada 'sistem' atau ... sebenarnya ada? Masih tanda tanya. Lumayan aneh sih kalau gak ada. Soalnya mana mungkin gue yang lulusan IT bisa ngerti isi buku ini." Ternyata di bawah buku diary tadi masih terdapat buku bersampul merah yang berisi banyak penelitian. "Vincent ini ilmuwan dibidang bio teknologi farmasi dengan basic pendidikan yang yah begitulah. Dia genius dan agak gak waras. Begitu yang gue baca di biografinya. Hero rank merah yang kemampuannya di game terbilang standar aja. Tapi di dunia ini, dia pusatnya. Berarti skill yang didapat itu adalah job dari si hero itu sendiri. Kalau gak salah ada satu lagi kan hero rank merah yang baru rilis. Dan jobnya itu ... dokter. Padahal di rank ungu udah ada hero dengan job dokter umum. Kenapa dirilis lagi hero dengan kemampuan job yang sama?" Matanya melirik pada potongan artikel yang melekat di dinding bersama artikel penelitian milik ilmuwan lain, berharap ada setitik petunjuk di sana.

Headline:“Ilmuwan Muda Asal Swiss Membuat Terobosan di Bidang Bioteknologi”

Dr. Vincent Meier, peneliti terkemuka asal Swiss di bidang virologi dan bioteknologi, kembali menarik perhatian komunitas ilmiah internasional dengan karyanya yang inovatif. Memegang gelar Ph.D di Ilmu Biomedis dari universitas bergengsi di Swiss, Vincent dikenal ahli dalam manipulasi genetik dan pengembangan senyawa bioengineered.

Menurut catatan laboratorium, timnya tengah mengembangkan virus eksperimental dengan karakteristik unik, termasuk kemampuan adaptasi cepat terhadap lingkungan. Meski masih dalam tahap penelitian, para pakar internasional menilai hasil kerja Vincent berpotensi menjadi pijakan penting bagi inovasi medis dan terapi gen di masa depan.

Sumber dekat laboratorium menyebutkan, Vincent sangat berhati-hati dalam menangani virus ini, memastikan seluruh prosedur biosecurity tingkat tinggi dijalankan secara ketat. Ia juga menekankan pentingnya etika penelitian dan keselamatan publik dalam setiap eksperimen yang dilakukan.

Nihil. Tak ada petunjuk yang diinginkannya.

Nero, begitulah ID game yang digunakannya. Pemuda yang baru saja lulus dan sedang mencari pekerjaan di bidangnya kini malah terjebak di dunia lain. Sejujurnya ia agak kecewa, kenapa harus game ini, game yang membuatnya berkonflik dengan beberapa pemain. "Kalau mereka juga ditarik ke game ini, apa bakalan ketemu?" gumamnya lesu. Ia enggan bertemu langsung dengan orang-orang itu. Orang-orang yang tidak bisa menerima penjelasannya dan lebih memilih percaya pada keyakinannya sendiri.

Ia menarik napas dalam lalu melirik map yang setengah terbuka di meja. “Sekarang gue ada di rumah Vincent. Kota Dawn. Gak banyak petunjuk selain penelitian soal penawar virus zombie dan isi diary yang gue gak paham, ha-ha." Tawanya lebih terdengar sarkas.

1 Juli

Saat itu langit berubah padam, kata-kata yang kudengar darinya hanyalah kepahitan.

Sedih? Tidak. Aku marah akan keadaan. Semua penelitian ini hanya membawa petaka.

Aku menyesal, Sayang.

Harga yang harus kubayar terlalu mahal.

7 Agustus

Makhluk itu menggila. Mereka ada di mana-mana dan kau menangis di sudut ruangan. Ketakutan.

5 September

Mereka berevolusi menjadi lebih mengerikan. Virus itu berkembang dan saling memakan, membentuk monster yang seakan tak berhenti tumbuh.

Selanjutnya juga berisi catatan mengenai bagaimana awal dunia ini jatuh dalam kegelapan. Namun yang membuat Nero heran adalah catatan kecil yang cukup mengganggu dengan gaya tulisan tangan yang berbeda-beda tanpa tanggal bahkan tahun.

Kenapa sulit sekali menemukan Erica? Kemana harus mencarinya?

Seharusnya aku menghindar dari Erica!

Jauhi Erica.

Sembunyikan Erica.

Jangan pernah temui Erica.

Yang paling mengerikan adalah catatan terakhir ini.

Seharusnya kubunuh saja Erica.

"Erica ... istri Vincent. Satu-satunya wanita yang membuat Vincent tetap waras." Dibukanya lagi catatan penelitian yang seperti sebuah jejak teka-teki. Penelitian mengenai penawar virus zombie. Uraian catatannya terputus. "Gue punya skill job Vincent, tapi gak punya ingatannya. Mungkin buat kelarin ini game adalah dengan menyempurnakan formula penawar virus. Itu baru hipotesa pertama. Yang kedua adalah nyelesein Main Story. Tapi kemungkinannya kecil. Main Story terus update, jadi gak bakal tahu di mana ceritanya baka selesai. Dan hipotesa berikutnya ... hm, mungkin gak ada jalan keluar dari game ini. Yah, semua masih kemungkinan." Masalahnya, ia sendiri belum sempat bertemu dengan zombie yang jadi permasalahan. "Kalau diingat, ada banyak macam dan level zombie. Paling tinggi level 15. Terus ada juga zombie level tinggi yang gak bisa dikalahkan sendirian. Harus di relly. Diserang beramai-ramai sama pemain lain. Itu artinya zombienya kuat dan ganas. Paling tinggi level 40."

Nero memainkan lencana bintang merah tadi sambil melirik peta lalu beralih pada buku-bukunya.

"Mesti nyari banyak petunjuk. Tapi sekarang petunjuk yang gue dapet cuma dua. Penawar virus dan ... Erica."

Nero berdiri lalu keluar ruangan menuju dapur. Di sana ada kulkas yang masih beroperasi dengan baik. Saat tiba di dunia ini, ia masuk ke dalam apartemen Vincent kala membuka pintu kamar kostnya di real world. Walau sempat bingung, Nero cukup tenang menghadapi situasi yang aneh.

Pintu kulkas pun terbuka, menampilkan sebuah kotak putih. Diambil kotak tersebut dan dibukanya. Ini bukan pertama kalinya ia memeriksa isi kulkas, saat pertama datang ia sudah menggeledah apartemen ini dan tidak menemukan siapa pun.

Di dalam kotak tadi berisi tiga ampul cairan berwarna kuning. Tak ada keterangan di sana. Tapi dari buku penelitian yang ia baca tadi, ia yakin ini adalah sampel penawar virus karena sesuai dengan deskripsi pada catatan. "Sampel penawar virus sudah di tangan. Tinggal mencari Erica." Sejujurnya Nero agak ragu untuk menemukan petunjuk kedua disebabkan catatan peringatan mengenai istri Vincent itu. "Sepertinya bakalan sulit nyari dia."

Diambil satu ampul dan dibuka ujung penutup ampul. Nero agak tercengang menemukan ujung jarum di sana, seolah ampul itu siap disuntikkan kapan saja. "Ini benda berharga. Walau belum diujicobakan, tapi setidaknya layak untuk dibawa."

Itu benar, mana mungkin ia selamanya berada di tempat ini. Jujur saja awalnya ia sempat bingung harus melakukan apa. Untungnya sejak menemukan dua buku tadi ia jadi sedikit punya tujuan. Makanya ia harus bersiap.

Sekali lagi ia berkeliling di sana, mengambil tas ransel, memenuhinya dengan persediaan makanan milik Vincent berupa makanan kaleng, biskuit, dan beberapa botol air mineral. Tak lupa ia juga membawa dua buku tadi dan peta. "Perlu bawa pakaian ganti juga kali ya."

Nero masuk ke dalam kamar, membongkar lemari dan menemukan pakaian khas ilmuwan yaitu berupa kemeja dan celana bahan.

"Boring man." Tetiba mata Nero membesar. "Oh!" Ia menemukan jaket yang cukup keren. "Ini pasti istrinya yang beli buat dia. Pinjam ya Pak Vincent."

Kalau dipikir-pikir, kemana semua perginya orang-orang di dunia ini? Apakah semuanya sudah jadi zombie? Mungkin karena masih belum meihat dunia luar, makanya ia masih bertanya soal keberadaan mereka.

"Sebentar, sebentar, kok kayaknya masih ada yang kurang ya buat persiapan?" Sontak Nero menepuk pelan keningnya. "Ya iyalah! Senjata! Ya kali ngelawan zombie pakai tangan kosong. Bunuh diri namanya."

Digeledah lagi semua lemari di kamar itu lalu menemukan sebuah peti cast. Terkunci oleh sandi angka sebanyak enam digit.

"Gue tebak sih ultah istrinya." Dibuku diary ada secuil data mengenai Erica. Sepertinya Vincent tidak ingin lupa. Dicoba saja sesuai hari kelahiran Erica dan click. Pintu peti cast terbuka. Ada sebuah senjata api dan setumpuk uang. Ilmuwan memang suka menyimpan benda seperti ini karena hidupnya sering dalam bahaya. Yah, tergantung apa yang sedang ditelitinya. Tapi untuk seorang Vincent, pasti punya. "Uangnya mana guna. Memangnya ada zombie yang jualan sayur di pasar, ha-ha." Diambilnya pistol tersebut dan beberapa kotak peluru. "Ini cukup. Persiapan selesai."

Setelah mengganti pakaian atas yang hanya menambah kemeja putih yang tak dikancing, ia pakai pula jaket tadi. Dalamannya hanya kaos, dan celana jeans yang sejak awal datang lebih baik dibanding celana bahan Vincent. Sepatunya juga masih bagus. Pistol yang sudah berisi peluru kini terselip di pinggangnya. Ia sudah memastikan pengamannya terkunci. Pemuda itu pun keluar dari kamar setelah merampok barang-barang Vincent.

Nero berjalan menuju tepi jendela apartemen lantai sembilan untuk mengamati situasi. "Malam yang gelap. Apa gue sendirian di dunia ini?"

Tetiba terdengar suara teriakan seorang wanita.

"Eh?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!