Yowai Mo!

Part 3

Ren membuka pintu kamar mandi karena sudah kebelet kencing. Sudah hampir lima belas menit menahan air seni di kantung prostatnya demi menyelesaikan game moba tanpa afk sebab sudah terlanjur masuk rank match. Namun tempat yang sangat diharapkan ketika ia melewati pintu secara terburu-buru ternyata berubah tanpa mampu dinalarnya secara baik.  "Apa-apaan nih!"

Bukan bilik toilet di rumahnya yang muncul, melainkan sebuah ruang persegi berjeruji besi. Tetiba Ren tersentak oleh kebutuhannya, tanpa pikir panjang ia menyudut di dinding, membuka resleting celana boxer lalu melampiaskan semuanya sampai lega. Seketika semerbak aroma pesing memenuhi ruangan.

"Haaaaih. Hampir aja kencing di celana," rutuknya lalu celingukan mengamati ruangan. "Lah, ini di mana dah?" tanyanya heran. Buru-buru ia membetulkan resletingnya tadi. "Kek penjara nih tempat. Lah bukannya gua di rumah?" cerocosnya lagi sambil mencoba membuka pintu jeruji yang ternyata tidak terkunci. "Beneran dah gua gak paham kenapa bisa begini. Mana gelap banget. Anjiiir tempat apaan ni? Gue lagi mimpi kali ya?" Ren balik menatap tempat tadi ia buang air yang masih bisa tercium aromanya dari tempatnya berdiri. "Yaelah, ngompol di kasur deh nih romannya."

Sontak tangannya lekas merogoh saku celana mencari ponselnya untuk menyalakan senter sebab lorong yang akan dilaluinya cukup gelap. "Yaelah, hp kan di kasur." Meski tak jadi menemukan benda itu, ia justru malah menemukan sebuah lencana bintang berwarna emas bertuliskan nama, "Leon?" Saat dibalik terdapat deretan angka. "34012." Lagi-lagi nama tersebut terasa familiar. Tidak berbeda dari Mirai, Ren memilih mengantonginya lagi sebab masih enggan memikirkan benda apa itu. "Ini di mana, sih? Mana hp ditinggal di kamar."

Mau tak mau, Ren keluar dari ruang jeruji melewati pintunya yang telah terbuka. Perlahan ia menyusuri lorong gelap yang diapit deretan sel tahanan yang kosong. Meski waspada ia sampai di ujung lorong menuju pintu keluar. Tepat di depan pintu ia malah termangu cukup lama. Otaknya sedang memproses situasi aneh ini. "Ini mimpi serem, ya? Kok* feeling* gue gak enak." Sekali lagi ia lebih memilih mengabaikan firasatnya. Dibuka pintu yang menimbulkan suara berderik khas film horor. Namun suara menyeramkan itu tidak menciutkan nyalinya.

Lorong panjang selebar dua meter diapit dinding bata berlumut hanya diterangi cahaya lampu kuning redup yang sesekali padam terbentang di balik pintu. Setidaknya Ren masih bisa melihat cukup jelas di sini. Kakinya melangkah tanpa ragu, tiada gentar, hanya rasa penasaran mengenai tempat ini. Di ujung lorong pendek ada tangga kecil menuju lantai atas. Ditapaki anak tangga hingga menuju pintu lagi. Sejauh ini hanya ada kesunyian. Wajar saja, siapa juga manusia yang mau berdiam diri di dalam lorong dan jeruji besi tadi kecuali hantu atau hewan pengerat.

Kini ia berdiri tegak di depan pintu yang diyakini sebagai jalan keluar. Saat memutar kenop pintu, daun telinga Ren mendengar suara langkah berat seperti diseret datang mendekat. Apakah ia perlu curiga? Waspada? Mungkin. Tapi baginya, setidaknya ada seseorang yang bisa ditanyai mengenai tempat asing ini. Yah, walau bukan hanya itu yang jadi pertanyaannya nanti.

Ketika pintu terbuka ia dikejutkan oleh sosok mengerikan yang mencoba menerkam. "Huuuuuaaaa!!!" Reflek ditendang manusia aneh yang seluruh tubuhnya hampir membusuk dan berbau tidak sedap. "Zombiiieee?!!!" pekik Ren yang bergegas keluar setelah zombie itu terdorong jatuh ke lantai. Tak dinyana ternyata masih banyak makhluk serupa lainnya yang berusaha menyergap dirinya.

Lari tunggang langgang tak menentu arah seraya dikejar zombie beringas melewati serta melompati banyak rintangan seperti kursi dan meja kantor yang berjajar berantakan membuat napas Ren hampir putus. Suara teriakan serak zombie bercampur benturan benda-benda yang jatuh mewarnai suasana. Matanya yang tajam melihat pintu ruangan yang terbuka. Tanpa pikir panjang ia masuk dan menutup pintu sesegera mungkin sebelum tangan zombie meraih kaosnya.

Suara benturan tubuh yang menabrakkan diri ke badan pintu saling bersahutan. Sekuat tenaga Ren menahan pintu agar tidak bobol sambil memutar kunci yang tersangkut di lubangnya. Beberapa saat kemudian suara beringas di luar mereda, barulah Ren mundur demi mengatur napas yang tersengal. "Anj****ng!! Apa-apaan??!!" Terlalu nyata jika ini mimpi, tapi serasa mustahil terjadi.

Di tengah kekacauan pikiran, Ren mengamati ruang sekitar, takut masih ada makhluk menyeramkan itu bersamanya di sini. Nyatanya ruangan yang mirip ruang loker ini sunyi tak berpenghuni. Mata Ren terfokus pada pintu loker bertuliskan sebuah nama. "Leon." Didekati pintu tersebut lalu membukanya. Terdapat seragam polisi khusus berwarna hitam yang tergantung di sana berserta boot yang tergeletak di lantai lemari.

Ren mengamati dirinya sendiri yang hanya mengenakan pakaian seadanya berupa kaos singlet, celana boxer dan tanpa alas kaki.

"Yang bener aja!"

Tanpa dikomando ia langsung mengenakan seragam milik Leon. Ternyata ukurannya tidak terlalu besar di tubuhnya. Aneh, pikirnya.

Kalau ditilik lagi, nama Leon juga tertera pada lencana yang kini berada dalam genggamannya. Ren mulai menduga pada hal yang tidak disukainya. "Gue tau siapa Leon! B*ngke!" Hendak ditendangnya pintu loker tapi tidak jadi karena takut gaduh dan menarik perhatian zombie di luar. "Sial! Sial! Sialaaaaan!!"

Sangking emosinya, dibuka semua lemari loker dan menemukan berbagai senjata api, bilah belati serta tonfa. Walau sudah menemukan beberapa benda untuk melakukan perlawanan, tetap saja tubuh Ren limbung dan merosot ke lantai. Wajahnya tampak pucat dan frustasi. "Ini sih gila! Berat banget, ngent- aarrgh!!" Diusap tengkuknya berulang kali mengingat kejadian tadi. "Gimana caranya survive di sini?!"

Tetiba Ren terpikirkan sesuatu. "Mudah-mudahan gue gak sendirian." Pandangannya berkeliling, menggapai-gapai udara seolah berharap sesuatu muncul di hadapannya. "Kok aneh! Seharusnya kan ada 'sistem', tapi ini gak ada yang muncul. Yang bener aja. Ini sih buta namanya. Padahal gue butuh map sekarang!"

Diacak-acak rambut depannya sambil berpikir melihat sekeliling. "Ini kantor polisi tempat Leon kerja. Di kota apa, ya? Hadeeeh, gue paling males baca bio hero. Mau gak mau gue mesti explore manual. Tapi gede resikonya. Yang jadi pertanyaan, kalau mati apa bisa* respwan*? Ya kali gue mesti nyoba. Mampus kalo kagak bisa idup lagi."

Ren mencoba berdiri walau kedua bilah kakinya masih terasa lunglai. Sejujurnya ia cukup shock oleh keadaan ini. Diingat-ingat segala struktur dari dunia ini. "Shelter, Clan, Village, terus misi story?" Direnggut rambutnya. "Ini game builder Shelter. Perang antar Clan dan server. Gak ada endingnya!" gumamnya frustasi. "Terus gimana caranya keluar dari sini?!"

Dilihat lencana miliknya yang berwarna emas. "Leon masuk kategori hero rank gold. Apa lencana ini artinya gue megang Hero Leon?" Dielus dagunya sambil berpikir. "Lumayanlah dapat hero rank gold. Kalo gak salah inget dari bawah urutannya Hijau, Biru, Ungu, Gold." Tetiba ia teringat sesuatu. "Hero yang baru rilis minggu kemarin ada dua orang kalo gak salah, ranknya merah. Apa lebih tinggi dari gold? Tapi status sama kemampuannya biasa aja, makanya gue gak beli tuh hero. Dah lah, pusing gue mikirinnya. Terus ini angka maksudnya apaan deh?" Ren menghela napas panjang. "Masih misteri."

Matanya melirik pada senjata yang dikumpulkan tadi.

"Gak ada gunanya kalo cuma diam mikirin doang. Emang jalan satu-satunya gue harus keluar. Gue udah diundang, udah pasti ada jalan buat pulang!" ucapnya sok yakin. Setelah semua hal yang dibutuhkan dirasa cukup dari ruangan itu, Ren menarik napas panjang sebelum membuka pintu. Sorot matanya berubah tajam. Tonfa di kedua sisi tangannya telah siap. Senjata api laras panjang terkalung di punggung, pistol jenis magnum dengan jumlah peluru terbatas terselip di pinggang. Dan belati sudah bersarang di sisi sarung sepatu bootnya.

Ketika pintu terbuka, Ren langsung disambut geraman ganas zombie berseragam polisi dan tahanan. Bau anyir menusuk hidung, borgol berkarat masih menggantung di pergelangan tangan sebagian dari mereka. Ren tidak punya pilihan selain menerobos—kalau tidak, ia pasti akan mati kelaparan karena terjebak di sana.

Entah bagaimana insting dan refleksnya bekerja di luar nalar. Tubuhnya bergerak seolah mengingat latihan bela diri yang tak pernah ia jalani. Setiap gerakannya dinamis, berbobot, namun lincah. Tonfa di tangannya menari, diikuti tendangan cepat yang mematahkan tulang busuk.

Zombie-zombie itu tidak seperti mayat hidup lamban. Mereka cepat, kuat, bahkan sekali pukul meja kantor hancur berkeping. Ren merasakan keringat dingin di punggungnya. Satu langkah salah, tamatlah riwayatnya.

Dan Ren terpojok masuk ke dalam ruangan lain. Sebuah ruang kepala kepolisian di mana terdapat dua buah katana bersarung warna hitam dan putih yang terpajang di nakas belakang meja kantornya. Tanpa banyak berpikir, Ren meraih sarung hitam, menarik isinya keluar, kilauan baja dingin itu seolah menyulut kembali semangatnya. Kepercayaan diri yang sempat terkikis perlahan kembali, menggantikan rasa putus asa menghadapi zombie yang tak kunjung habis. Tubuhnya banjir keringat, tapi tekad hidupnya lebih panas daripada rasa lelah yang membakar otot.

Dengan cengkeraman mantap, ia menerjang keluar lagi, mengayunkan katana ke kanan-kiri, menebas tubuh busuk yang menghalangi jalannya. Suara gigi beradu, geraman, dan hentakan kaki zombie berpadu dengan deru napasnya. Dan di tengah hiruk-pikuk neraka itu, Ren mendongakkan kepala, urat lehernya menegang, lalu berteriak dengan suara menggelegar, membawa slogan khas karakter anime terkenal yang selalu ia pakai saat membantai sarang musuh di dunia game.

“YOWAIIIIII MOOOOOOOO!!”

Suara itu bergema, membuat seisi ruangan seakan bergetar, bukan hanya pekik perlawanan, tapi juga pernyataan mutlak: Gua bukan makanan!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!