Robert keluar dari kamar Erika dengan perasaan gelisah memikirkan adiknya. Ia menarik napas berat dan membuangnya perlahan. Ada rasa khawatir meninggalkan Erika sendirian di kamar. Kesatria yang melihat tuan mudanya memasang wajah gelisah langsung menenangkannya.
"Kami akan berjaga di depan sini, Tuan Muda Robert. Anda bisa melakukan tugas lainnya tanpa rasa khawatir," kata kesatria yang berdiri di depan pintu kamar Erika.
"Baik. Terima kasih, Sir Richard. Tapi… perasaanku tidak enak. Aku juga ingin menunggu sebentar di depan sini," kata Robert sambil melirik dua pelayan setia Erika. Dua pelayan tersebut kembar, yang satu bernama Asha dan yang lainnya Rasha. Mereka adalah pelayan sekaligus teman tumbuh Erika dari kecil.
"Kami juga khawatir dengan keadaan Nona Erika yang sedikit berbeda dari biasanya saat bangun tidur. Jadi, izinkan kami juga menunggu Nona Erika di sini, Tuan Robert," kata Rasha yang memohon izin kepada Robert untuk berada di depan kamar Erika. Asha yang mendengar perkataan Rasha ikut mengangguk menyetujui.
"Terima kasih karena kalian telah mengkhawatirkan adikku dengan tulus. Aku merasa lega karena kalian menjaganya dengan baik. Baiklah kalau begitu, sepertinya akan baik-baik saja jika kalian di sini. Tolong segera kabari jika terjadi sesuatu. Aku akan kembali nanti," kata Robert sambil menatap dua pelayan dan satu kesatria yang berdiri di depan pintu. Mereka bertiga menundukkan kepala.
"Baik, Tuan Muda Robert," kata mereka dengan kompak sambil menundukkan kepala.
Robert sedikit bisa bernapas lega, mulai berjalan meninggalkan mereka. Namun, langkahnya terhenti setelah 15 langkah menjauhi kamar Erika. Karena Robert mendengar suara "PRAAANGK" yang membuatnya berlari kembali ke kamar Erika. Suara itu terdengar jelas dari kamar adiknya. Ia melihat pintu kamar Erika sudah terbuka. Erika terlihat sudah pingsan bersimbah darah. Banyak pecahan kaca di sekitarnya. Kesatria yang sudah berlutut di dekat Erika terlihat terkejut, sama seperti Robert.
"PANGGILKAN DOKTER SEGERA!" perintah Robert kepada Asha, salah satu pelayan.
Asha bergegas berlari memanggil dokter pribadi keluarga. Sedangkan Rasha berlari juga untuk mengambil kain basah dan alat untuk membersihkan darah maupun pecahan kaca di kamar Erika tanpa disuruh tuannya. Robert berjalan mendekati Erika, tapi dilarang oleh kesatria karena banyak pecahan kaca. Tetapi dia tidak mendengarkan kesatria tersebut, langsung menggendong adiknya dan menaruhnya ke atas tempat tidur Erika. Sir Richard yang menatap kejadian ini hanya terdiam, masih tidak percaya apa yang terjadi. Karena dari semua pandangannya, tidak ada penyusup atau paksaan yang membuat Nona-nya itu terbentur kaca.
‘Ini… murni tindakan sendiri? Tapi… kenapa?’ pikir Sir Richard sambil melihat keadaan sekitar.
***
"Luka robekan di keningnya tidak parah. Saya menjahit lima jahitan. Saya juga akan meracik obat untuk menghilangkan bekas luka. Sepertinya akan hilang walaupun agak lama, jadi tak perlu khawatir," kata dokter itu kepada Robert yang membuat dirinya sedikit tenang. Robert memegang tangan Erika yang tidak sadarkan diri dengan kuat.
"Maaf. Tapi, sepertinya Nona sedang mengalami masa-masa sulit ya?" tanya dokter itu sambil mencari kepastian dari kakak pasien, dua pelayan, dan satu kesatria tersebut.
Wajah Robert kembali berubah menjadi khawatir, begitu juga kedua pelayannya. Sedangkan kesatria pribadi Erika tidak memahami situasi yang sedang terjadi sekarang.
"Apa alasan dokter mengatakan hal tersebut?" tanya Robert.
"Ah, saya baru menduga saja. Saya tadi melihat ibu jari Nona Erika terluka, sepertinya dia menggigit hingga berdarah dan sedikit luka. Tapi tenang saja, saya sudah mengobatinya juga. Lalu saat saya memeriksa denyutnya seperti denyut orang yang sedang panik saat awal pemeriksaan, lebih cepat dari biasanya. Lalu saya juga menekan perut bagian atasnya seperti sedikit tegang dan kram. Makanya saya menyimpulkan Nona Erika bisa saja sedang mengalami stres atau tekanan yang besar. Rasa sakit perut, mual, pusing, dan denyut nadi lebih cepat merupakan gejala umumnya. Tapi ibu jari hingga terluka berdarah karena menggigit saat berpikir hal berat itu merupakan gejala yang tidak umum. Sebaiknya Nona Erika butuh istirahat sampai dia merasa tenang. Mungkin jalan-jalan di taman atau melakukan hal yang Nona Erika suka juga bisa membuatnya baik. Lalu tidur tepat waktu juga bisa membuatnya baik. Kalau bisa, nyalakan lilin aroma bunga lavender. Itu membuatnya tenang dan mudah beristirahat saat malam hari," jelas dokter panjang lebar kepada Robert yang masih menggenggam tangan Erika dengan perasaan khawatir luar biasa.
Mata Robert kini menatap adiknya satu-satunya yang sedang memejamkan mata tak sadarkan diri.
"Baik, Dok. Terima kasih untuk hari ini," kata Robert. Lalu dokter tersebut pamit dan mengundurkan diri.
"Asha, Rasha, siapkan semua yang dibutuhkan untuk Erika. Apa pun itu. Pasang lilin dan coba ubah kamar sesuai selera Erika. Lalu Sir Richard, tolong awasi semua gerak-gerik Erika. Jangan sampai dia terluka sedikit pun seperti ini. Aku sangat khawatir kejadian tadi adalah tindakan sendiri," perintah Robert dengan tegas kepada dua pelayan dan kesatria pribadi Erika.
"Baik, Tuan Muda Robert," kata mereka bertiga secara kompak sambil menundukkan kepala.
***
Seorang gadis membuka matanya dengan cepat. Di lihatnya wajah yang tidak asing baginya.
"Rara?! Syukurlah, hanya mimpi," katanya sambil tidur dengan bantalan kaki yang bernama Rara.
"Kau sudah bangun, Kak Ey?" kata Rara sambil mengusap kepala gadis tersebut lembut dan berulang kali.
"Aku bermimpi aneh, Ra. Aku masuk dunia komik yang kamu beri padaku," kata gadis itu. Rara yang mendengarnya hanya tertawa.
"Aku serius, Ra! Aku punya kakak yang sangat tampan, sesuai di komikmu itu," jelas gadis itu menatap Rara dengan wajah cemas.
"Kak Ey, bukankah itu bagus? Kakak jadi memiliki keluarga? Apalagi kakak yang tampan," kata Rara. Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Jangan bercanda. Keluarga bagiku itu sangat menakutkan. Walaupun dia tampan, mungkin saja dia menyukai sesuatu yang tak wajar. Atau mungkin dia adalah penguntit psikopat dalam film. Aku cuma butuh Rara dan Raka. Lalu kamu tidak lihat komik yang saya kumpulkan selama ini? Itu juga hal bagus yang nyata bagiku. Bisa bersantai, mengoleksi, dan membacanya. Lagipula aku sudah membangun karier dengan susah payah, bagaimana bisa aku meninggalkan begitu saja hanya untuk sebuah kata keluarga?" kata gadis itu sambil tersenyum menikmati belaian Rara di kepalanya.
"Cobalah, Kak Ey, membangun kepercayaan lagi selain sama aku dan Raka," saran Rara yang berhenti mengelus kepala gadis itu.
"Kenapa? Aku sudah merasa cukup dengan adanya kalian," kata gadis itu dengan yakin sambil menatap Rara dengan lekat.
"Aku tahu. Tapi Kak Ey harus tetap melanjutkan hidup selama kami tidak ada. Sekarang Kak Ey bukan Kak Eyliana, tapi Kak Erika. Erika Serriot," kata Rara dengan tegas.
"Apa maksudnya?" kata gadis itu sambil duduk dan menghadap ke Rara.
"Kak Ey harus bangun sekarang! Keluarga barumu menunggu," kata Rara sambil memegang erat tangan gadis tersebut.
Wajah gadis itu bingung. Kini Rara melihat perut gadis itu yang mulai mengeluarkan banyak darah. Gadis tersebut terkejut melihat perutnya yang mengeluarkan cukup banyak darah.
"Apa yang terjadi? Rara?!" Gadis itu melihat Rara yang hanya terdiam dan menatapnya tanpa melakukan sesuatu.
"RARA!!!" Teriak Erika lalu bangun dari tidur dan langsung membuka selimutnya. Tangannya kini meraba perutnya, memastikan tidak ada darah. Erika mengangkat tangannya dan memperhatikan bahwa tidak ada darah di tangannya.
"Nona Erika?! CEPAT BERITAHU KE TUAN MUDA ROBERT!" teriak salah satu pelayan yang dari tadi menunggu Erika sadar.
Tak lama kemudian pelayan tersebut berlari keluar kamar. Erika yang melihat pelayan tersebut hanya terdiam karena bingung. Erika melihat sekelilingnya, aroma ruangan sangat menyengat bau lavender. Kamar yang luas tapi Erika merasa seperti taman bunga, karena terdapat banyak bunga biru di sekitarnya. Dekorasi tampak lebih terang dan bernuansa biru laut dan langit.
"Apa aku di surga?" gumam Erika pelan dengan heran.
Entah kenapa Erika merasakan kamar ini seperti pantai yang ada taman bunganya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuk sesosok pria tampan yang sudah dia kenal sebelumnya. Erika sadar bahwa dia masih belum ke dunia aslinya.
"Kak Robert?" kata Erika lirih, mengingat teriakan pelayan yang memanggil seseorang.
Erika mulai memahami situasi bahwa dirinya masih di dunia yang sama sebelumnya. Robert, tokoh komik ‘To Be Queen’, adalah kakak kedua Erika. Robert begitu sayang pada Erika. Robert yang terkejut dengan Erika langsung memeluk adik perempuannya itu.
"Syukurlah kau bangun dan mengingatku kembali," kata Robert dalam pelukannya. Di pelukan Robert, Erika melihat kedua pelayan kembarnya meneteskan air mata, menunjukkan bahwa mereka senang Erika sudah kembali sadar.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
isekaifans
next, semoga erika bisa dapat keluarga yg harmonis, agar trauma hilang
2025-10-06
0
Ran Ersa
yahhh, lanjuttt dongg, penasaran
2025-10-06
0