Bab 3

Deni menepuk jidat, seketika itu rasa panik langsung menghampiri. Apalagi ketika pria itu berdiri disana dengan tatapan sangar hingga kumis tebal nya nampak bergertar.

Mau tidak mau Deni pun terpaksa mendekat dengan mempersiapkan mental.

"Benerin genteng bocor lagi? Atau pipa rumah mampet lagi?" sindir juragan yang menyinggung keterlambatan nya

"Enggak sih pak haji, rumah saya aman sentosa. Tapi tadi pagi, saya diminta ibu mengantar ke pasar. Yah, daripada saya dikutuk jadi katak, jadi saya anterin aja." jawab Deni sambil cengengesan

Juragan Rozikin atau biasa di panggil pak haji itu diam tak bersuara. Ia masih menimbang-nimbang hukuman apa yang pantas untuk Deni. Ekspresi pria itu tentu saja membuat Deni merasa tak nyaman. Ia tau keterlambatan nya hari ini tidak akan dimaafkan.

"Ehem. Jadi, mau potong gaji apa lembur?" Dua pilihan itu membuat Deni nggaruk tengkuknya. Jelas ia tak mau milih keduanya.

"Saya lembur aja lah pak haji, daripada potong gaji." Balasnya dengan lesu.

Juragan Rozikin langsung tersenyum sebelum mempersilahkan Deni masuk sambil menepuk-nepuk pundak Deni sembari berujar.

"Nah! Sering-seringlah kamu telat kayak gini, biar nanti ada yang jaga ternak-ternakku."

Ya, bos memang berkuasa, dia bisa bertindak seenaknya. Sudah memasuki tahun kedua Deni menjadi karyawan tetap haji Rozikin, bersama dua sahabatnya, Dimas dan Tegar, Deni bekerja merawat ayam petelur dan mengantarnya ke pasar-pasar.

Sambil mendorong cipluk, motor matic kesayangan, Deni memasuki gerbang. Pada saat yang sama, dua kawannya sudah menyambut Deni dengan senyum yang mencurigakan.

"Kamu gak bawa gorengan ta Den?" Sambut Tegar yang melihat Deni datang dengan tangan kosong.

"Lah, ngapain juga aku bawa gorengan".

"Ck, ck, ck, pura-pura aja terooss, kamu lupa sama taruhan kita? Kalo hasil cek khodam nya gagal, kamu janji traktir gorengan selama seminggu".

Sebenarnya Deni udah tau maksud teman-temannya. Dia juga gak keberatan kalo cuma gorengan. Tapi kalo selama seminggu, tentu isi dompetnya auto meronta-ronta.

Nasib ekonomi bulan ini benar-benar minim, bahkan sulit membedakan dompet dan irisan bawang (sama-sama bikin nangis).

"Halah! Cek khodam yang fyp itu hasilnya gak akurat, mana ada cuma kirim nama sama weton bisa di cek khodamnya. Kalian jangan percaya begituan." Timpal Deni berbohong. Padahal tiap malam selalu tidur larut gara-gara gak mau ketinggalan live streaming nya.

"Yang bener? Jadi gimana? Bukannya semalem hasilnya masih kosong? Jelas Hostnya bilang punyamu kosong." Sambar Dimas yang mencari kejujuran.

Itulah yang ku maksud Dim, jelas aku udah punya, mana mungkin usahaku sia-sia".

"Hilih aku gak percaya. Berani gak nanti malam kita buktikan?" sambung Tegar

"Eh, kalau nanti malam aku gak bisa Gar, khodamku ini malu-malu kucing buat menampakkan diri. Apalagi aku disuruh lembur sama pak haji". Jawab Deni mengelak, ia bersyukur karena hukuman dari juragan bisa dijadikan alasan.

"Eh, bisanya kapan? Udah gak sabar ini pengen liat kesaktianmu".

"Tenang Gar, semua butuh proses. Ntar kalo udah tiba waktunya, tak jamin kalian bakal sungkem sama aku". Sambing Deni dengan wajah jumawa.

Setelah itu obrolan berakhir, merka melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Hingga saat mereka lagi sibuk, pak haji mendekati Deni dan menyuruhnya.

"Den! Antar dua kotak telur ke tempat mbak Susan sekarang ya". Sontak saja Deni meneguk ludahnya kasar, matanya membelalak lebar, sebab itulah yang bikin dia frustasi.

"Duh! Emang harus saya ya pak haji?"

"Iya, kamu, siapa lagi? Yang biasa anter kesanan kan kamu".

"Tapi pak haji?"

"Gak ada tapi-tapian! Cepet antarin sekarang".

Terpaksa Deni menerima tugasnya dari juragan. Ia segera meyiapkan pesanan untuk pelanggan yang bernama mbak Susan. Seorang pria kemayu pelanggan setia haji Rozikin. Hanya saja pelayanannya agak lain, dia selalu minta pelayanan khusus dari Deni, bahkan kalo bukan Deni yang mengirimkan nya akan di komplain.

Gak mau lama-lama, Deni berangkat ke tempat kediaman mbak Susan, alias Susanto. Kedatangan Deni pun langsung disambut oleh seorang peia dengan dandanan menor ala-ala biduan. Perasaan Deni makin gelisah saat pria itu selalu memandang ke arahnya.

"Eh, ada Deni, bawa telur ya Den." Sapa mbak Susan ramah, namun bikin Deni menahan mual.

"Iy-iya mbak".

"Kok mbak sih!"

"M-maksud saya mas, eh nyai." Ralat Deni salah menyebut.

"Ada berapa telurnya pak haji Den?"

"Ada dua nyai". Jawab Deni hingga membuat mbak susan tertawa geli.

"Eh maksud saya dua peti." Ralat nya

Entah mengapa, tiap berhadapan dengan wanita jadi-jadian ini perasannya tak karuan. Kepala nya mendadak pusing. Lidahnya kelu hingga salah bicara.

"Kalo gitu saya pamit nyai".

"Eh, mau kemana, sini dulu lah". Mbak Susan pun menarik tangan Deni dengan kasar menuju sofa.

"S-sampean mau apa mbak?" tanya Deni terbata.

"Gak usah buru-buru, sini nyai kasih pijat plus-plus".

"Duh, Plus-plus apaan maksud nyai?"

"Plus saya bikinin kopi maksudnya". Sambung Susan dengan manja.

Deni semakin bergidik ngeri, ucapan mbak Susan berhasil buat otaknya traveling. Karena enggan maka Deni segera bangkit untuk pergi.

"Eh, mau kemana ganteng". mbak Susan mencoba menahan langkah Deni sehingga dia kembali terhempas ke sofa

"Saya mau kerja mbak". Mbak Susan tidak menggubrisnya. Tangannya justru mulai meraba dan memijat pundak Deni.

"Ih, jangan begini mbak, saya geli".

"Nggak papa Den, awalnya aja geli tapi lama-lama enak kok".

Suara serak-serak gak enak pun meluncur dari bibir mbak Susan membuat Deni menggeliat, ia merasa geli dan tidak nyaman. Beruntung, saat situasi terdesak, ia mendapat ide untuk melarikan diri.

"Duh nyai, saya tiba-tiba mules, kayaknya saya kecepirit dikit ini". Deni meringis sambil memegangi perutnya hingga mbak Susan menjauhi nya.

"Ish, kamu jorok banget sih".

"Maaf ya nyai, kebanyakan makan sambel nih".

Akting ala kadarnya ternyata berhasil membuat mbak Susan percaya hingga mengijinkan Deni pulang.

***

Hari sudah beranjak sore. Sebelum memasuki malam, Dimas dan Tegar segera menyudahi pekerjaannya. Mereka siap-siap pulang hingga menyisakan Deni.

Deni yang dapet tugas lembur mulai merasakan takut. Setiap melihat sudut yang tidak terjangkau cahaya membuat nyalinya ciut. Apalagi masih terbayang bayang si setan tobrut.

"Gar! Kamu serius mau pulang? Tungguin aku disini lah" pinta Deni dengan wajah memelas.

"Maaf Den, aku gak bisa, kan kamu yang disuruh lembur sama pak haji. Lagian aku capek." Ucap Tegar menolak

"Dim, malam ini ikut aku lembur ya? Kamu boleh nebeng hotspot deh"

"Duh, gak bisa, aku dapet jatah ronda

"Ck! Tega amat kalian sama kawan sendiri".

"Suruh aja jin khodam mu nemenin" balas Tegar yang bikin Deni makin tersudut.

"Yaudah aku jujur. Sebenernya aku emang gagal Gar, Dim."

"Nah! Aku bilang juga apa, kamu ketahuan bohong kan. Pakek alesan khodam malu segala" sungut Tegar kesal.

"Tapi ada masalah lain ini".

"Masalah apaan? Masalahnya kamu gak mau traktir kami gorengan?"

"Bukan itu. Masalahnya semalem aku tiba-tiba didatengin setan tobrut!"

"Setan Tobrut?" teriak Dimas dan Tegar barengan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!