Pohon Gintung

Saryat berjalan menanjaki bukit, dimana dikanan dan kirinya masih terdapat rimbunan pohon yang masih tergolong sangat liar. Sepanjang perjalanan ia bersiul seolah hatinya begitu sangat riang pagi ini.

Sesaaat ia memasuki kebun milik warga. Terlihat deretan pohon pisang, singkong, jagung dan juga tanaman padi gogoh yang batu saja ditanam yang membentang luas. Tanah itu adalah hasil garapan warga yang membuka hutan untuk dijadikan lahan

Rumah-rumah masih berjarak cukup berjauhan satu sama lainnya. Dan para warga memiliki tanah yang sangat luas, sehingga hal itu yang membuat jarak rumah yang cukup jauh antara satu dengan yang lainnya .

Saat ia akan menanjaki bukit, terlihat seorang gadis belia yang memiliki wajah ayu rupawan dengan mata berbentuk bulat, manik kecoklatan dan rambutnya panjang sepunggung, lebat, serta sedikit pirang.

Bahkan rambut bergelombang, bagaikan ikal mayang yang tergerai begitu indah. Karena kecantikannya, membuat warga menyebutnya bule kampung.

Kulitnya sangat putih bersih, dan bibirnya tipis, tampak merah muda bagaikan buah jambu air yang sedang ranum, sungguh ciptaan yang sangat menakjubkan.

Saryat berhenti sejenak, memandang sang dara jelita yang sedang melintas membawa rantang berisi makanan, dan sepertinya itu akan dibawa untuk ayahnya yang saat ini sedang masa panen padi disawah.

Ia diam mematung, hanya sekedar menatap dan mengagumi kecantikan yang dimiliki oleh sang dara jelita, dan hal itu sudah sangat membuat dahaga kerinduannya terobati.

Hatinya saat ini dipenuhi debaran yang bergelora, dan rasa ingin memiliki begitu sangat kuat dalam dirinya.

Saat langkah gadis itu semakin dekat dan berjarak hanya dua meter dari dirinya, ia mencoba memberanikan diri untuk menyapanya. "Mau kemana, Cah Ayu?" tanya Saryat dengan nada yang sedikit gugup, namun ia mencoba menutupinya dengan sebuah senyuman.

Gadis yang disapa tersipu malu, dan wajahnya bersemu merah, menggambarkan jika ucapan Saryat barusan sudah mampu membuatnya salah tingkah pagi ini.

Sang dara jelita menundukkan kepalanya, sembari mengulas senyum tipis dibibir ranumnya, yang mana hal itu menambah kecantikannya semakin berlipat.

"Mau kesawah, Kang. Antar bekal buat Bapak," sahutnya dengan sangat sopan. "Mari, Kang," ia berpamitan pada Saryat yang masih menatapnya dengan begitu sangat dalam.

Gadis bernama Sarimah itu berlalu meninggalkannya dengan langkah yang begitu anggun. Liukan tubuhnya yang melenggang dengan balutan kebaya dan bermotif kembang sepatu yang berwana dasar biru tua, dan berpadu kain jarik, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang sangat sintal.

Pinggang ramping, pinggul yang lebar, dan disertai bokong yang menonjol, membuat ia terlihat semakin sempurna.

Meskipun usianya baru empat belas tahun, tetapi pada masa zaman itu, pertumbuhan manusia berbeda dengan masa sekarang, dan tentu saja gadis itu sudah dapat menikah pada masanya.

Saryat tak berhenti menatapnya, seolah tak ingin melewatkan apapun dari sang gadis. Hingga saat sang gadis menghilang ditikungan jalan, dan terhalang oleh pohon mangga yang tumbuh besar, pemuda itu berkedip dan menghela nafasnya dengan dalam..

Pemuda itu masih diam terpaku, seolah kehadiran sang gadis telah menyihirnya pagi ini. Ia merasakan deguban jantungnya yang begitu menderu, seolah nama Sarimah sudah terukir didalam hatinya, dan tak tergantikan dengan siapapun.

Ia kembali mendaki bukit, yang mana tempatnya bekerja berada dibagian baliknya.

Terlihat mentari bersinar cukup terang dan membuat ia mempercepat langkahnya, sebab sudah sangat terlambat.

Saat hampir mencapai kebun milik Kang Suta, ia melirik sebatang pohon Gintung yang tumbuh tinggi menjulang dengan daunnya yang rimbun, dan dibawahnya terdapat sebuah mata air yang membuat ceruk dan akhirnya membentuk telaga.

Airnya sangat jernih dan akan membuat siapa saja akan tergoda untuk meminum airnya.

"Yat, kamu liatin apaan?" tegur seseorang dari arah belakang dan membuat Saryat tersentak kaget.

Ia menoleh ke arah belakang, dan terlihat seorang pria bertubuh kurus tinggi, dengan rambutnya yang ikal, sedang berdiri menatapnya bingung.

"Eh, Kang Suta. Ngagetin aja." ucapnya sembari mengusap dadanya yang bergemuruh.

"Kamu ini, masih pagi sudah mengkhayal, mana terlambat, lagi." omel pria tersebut.

"Maaf, Kang. Nanti aku pulangnya sorean dikit, buat ganti waktu yang terbuang," sahut Saryat untuk menutupi kesalahannya.

"Ya, sudah, ayo. bibit padinya yang mau ditanam masih banyak, mumpung musim penghujan" ajak Suta pada Saryat.

Pemuda itu menganggukkan kepalanya, dan mengekori dari arah belakang.

Sssssttttssssshhhss

Terdengar suara seolah seperti desisan ular yang berasal dari pohon gintung tersebut, dan entah mengapa hal itu membuat bulu kuduk Saryat meremang. Ia mengusap punggungnya yang terasa menebal dengan tiba-tiba, dan ia merasakan sesuatu yang tak biasa berada dibalik pohon Gintung tersebut.

Pemuda itu menggidikkan pundaknya, dan bergegas menyusul Kang Suta yang berada didepannya.

"Kang, si Karmin gak masuk, ya?" tanyanya dengan mencoba mensejajarkan langkahnya dengan sang juragan padi.

"Tadi dia ngabari katanya gak kerja, sebab istrinya sudah merasakan mulas dan mau lahiran. Bahkan si Mbok-mu tadi dijemput dari kebun untuk membantu proses persalinan istrinya," Suta menjelaskan hal tersebut secara terang benderang.

"Waduh, aku kerja sendiri kalau begitu ceritanya," Saryat merasa sedikit tak nyaman, tetapi mau bagaimana lagi, ia membutuhkan uang, dan harus bekerja keras untuk mengumpulkan pundi-pundi keuangannya.

"Kan ada akang, lagian takut sama apaan, sih?" Suta seperti tampak biasa saja, ia berjalan dengan begitu santai.

Suta berusia sekitar tiga puluh tahun dan lebih tua darinya. Tetapi ia belum menikah, meskipun didesanya pria itu cukup terpandang dan banyak uang karena hasil panen yang cukup berlimpah.

Pria yang merupakan bujang lapuk itu ikut menanam padi gogoh dilereng bukit, agar pekerjaan segera selesai.

Saat waktu memperlihatkan pukul setengah dua belas siang, mereka berdua beristirahat dibawah pohon mangga yang sedang berbunga, sembari menikmati bekal mereka.

"Yat. Kamu tau gak Sarimah anaknya Kang Tejo?" tiba-tiba Suta membuka pembicaraan ditengah suapannya yang memakan nasi putih bersama ikan bandeng yang digoreng sambal. Tentu saja itu makanan terenak pada masanya.

Sontak saja itu membuat Saryat terkejut. Meskipun Suta belum melanjutkan ucapannya, tetapi ia sudah tau arah pembicaraan itu kemana.

"Uhuuuk." Saryat terbatuk, dan kali ini seolah merasakan jika butiran sega jagung menyumbat pernafasannya. Pertanyaan Suta membuat semangatnya lemah siang ini.

Bagaimanapun, siapa lelaki yang tidak tahu akan kecantikan Sarimah yang menyebar hingga ke desa tetangga, apalagi jika hanya untuk desa Tiga Sari, pasti sangat mudah untuk dikenali.

Saryat mengambil wadah minumnya yang terbuat dari buluh atau batang bambu, lalu meneguknya untuk melancarkan pernafasannya.

Sebenarnya ia sangat enggan untuk menjawab, tetapi rasa sungkan yang diakibatkan karena Suta adalah pria yang sudah memberikannya pekerjaan dan selama ini berbuat sangat baik padanya, dan tentu saja memaksa hatinya harus menjawab.

"Oh, iya. Dia gadis yang cantik," jawab Saryat cepat, meskipun debaran dihatinya memburu.

"Kakang berniat untuk melamarnya." Suta mengungkapkan isi hatinya, dan ia terlihat sangat serius dengan ucapannya.

Deeeeegh

Saryat semakin merasakan hatinya begitu miris, dan perih, sakit tak berdarah.

"Oh, begitu. Mungkin bisa tanya langsung saja sama Kang Tejo selaku bapaknya," saran Saryat, meskipun hatinya tak rela.

Terpopuler

Comments

Mom Young

Mom Young

author yang nulis aku yang dek dekan😢

2025-10-02

4

💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕

💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕

haii aq lambat yaa datang nya hehehee

2025-10-17

1

Siti Yatmi

Siti Yatmi

maaf Thor baru meluncur baca...kerjaan banyak banget..maklum kuli ...wk2💪

2025-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Pohon Gintung
3 Pohon Gintung-2
4 Patah Hati
5 Melihat Sesuatu
6 Kesialan
7 Kesialan-2
8 Teror
9 Teror-2
10 Daun Gintung gugur
11 Daun Gintung Gugur-2
12 Daun Gintung Gugur-3
13 Siksaan
14 Teror kembali
15 Teror Kembali-2
16 Perjanjian Malam ini
17 Ikatan
18 Kaget
19 Pesona Saryat
20 Pesta Ayu
21 Rumah Baru
22 Tumbal Pertama
23 Tumbal Pertama-2
24 Jasad Tono
25 Suketi
26 Dinikahkan Paksa
27 Tidak Terima
28 Gangguan
29 Mendatangkan Pekerja
30 Tergiur
31 Ganti Rugi
32 Suta
33 Suta-2
34 Diganggu
35 Diganggu-2
36 Tumbal Kedua
37 Tumbal Kedua-bag-2
38 Tumbal kedua-3
39 Hati Yang Retak
40 Ancaman
41 Perubahan
42 Peringatan
43 Suketi Oh Suketi
44 Suketi oh Suketi-2
45 Malam itu
46 Melihatnya
47 Melihatnya-2
48 Rasa Itu
49 Tidak Tenang
50 Gempar
51 Lamaran
52 Amarah
53 Amarah-2
54 Amarah-3
55 Amarah-4
56 Amarah-5
57 Nikahan
58 Nikahan-2
59 Nikahan-3
60 Malam Petaka
61 Malam Petaka-2
62 Mayat Siapa?
63 Kaget
64 Pulang Ke Rumah
65 Perasaan Was-Was
66 Hilang
67 Getaran
68 Gangguan
69 Jangan
70 Larangan
71 Semakin Panas
72 Malam Pertumbalan
73 Malam Penumbalan-2
74 Malam Penumbalan-3
75 Malam Penumbalan-4
76 Hancurnya Hati
77 Tainah
78 Taniah-2
79 Setahun Berlalu
80 Saryat Mulai Berubah
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Prolog
2
Pohon Gintung
3
Pohon Gintung-2
4
Patah Hati
5
Melihat Sesuatu
6
Kesialan
7
Kesialan-2
8
Teror
9
Teror-2
10
Daun Gintung gugur
11
Daun Gintung Gugur-2
12
Daun Gintung Gugur-3
13
Siksaan
14
Teror kembali
15
Teror Kembali-2
16
Perjanjian Malam ini
17
Ikatan
18
Kaget
19
Pesona Saryat
20
Pesta Ayu
21
Rumah Baru
22
Tumbal Pertama
23
Tumbal Pertama-2
24
Jasad Tono
25
Suketi
26
Dinikahkan Paksa
27
Tidak Terima
28
Gangguan
29
Mendatangkan Pekerja
30
Tergiur
31
Ganti Rugi
32
Suta
33
Suta-2
34
Diganggu
35
Diganggu-2
36
Tumbal Kedua
37
Tumbal Kedua-bag-2
38
Tumbal kedua-3
39
Hati Yang Retak
40
Ancaman
41
Perubahan
42
Peringatan
43
Suketi Oh Suketi
44
Suketi oh Suketi-2
45
Malam itu
46
Melihatnya
47
Melihatnya-2
48
Rasa Itu
49
Tidak Tenang
50
Gempar
51
Lamaran
52
Amarah
53
Amarah-2
54
Amarah-3
55
Amarah-4
56
Amarah-5
57
Nikahan
58
Nikahan-2
59
Nikahan-3
60
Malam Petaka
61
Malam Petaka-2
62
Mayat Siapa?
63
Kaget
64
Pulang Ke Rumah
65
Perasaan Was-Was
66
Hilang
67
Getaran
68
Gangguan
69
Jangan
70
Larangan
71
Semakin Panas
72
Malam Pertumbalan
73
Malam Penumbalan-2
74
Malam Penumbalan-3
75
Malam Penumbalan-4
76
Hancurnya Hati
77
Tainah
78
Taniah-2
79
Setahun Berlalu
80
Saryat Mulai Berubah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!