Wu Xia terus menggerakkan tangan dan kakinya dengan sisa tenaga yang dimilikinya, berusaha untuk secepatnya berenang sampai keatas.
Saat kepalanya keluar dari dalam air, Wu Xia mendapati dirinya berada dalam sebuah gua yang sangat besar.
Diatap gua terdapat stalagtit yang bercahaya biru dan meneteskan air. Di dinding gua ada beberapa batu bercahaya yang menerangi gua tersebut.
Wu Xia segera naik dan begitu kedua matanya menyapu sekeliling dia mendapati jika dibawah stalagtit ada dua kolam selebar tiga meter dengan warna yang berbeda.
Dibawah stalagtit ada kolam berwarna putih susu sementara disebelahnya ada kolam berwarna biru muda yang sangat jernih hingga bagian dasar kolam yang terdapat batu berwarna –warni terlihat jelas dari permukaan sementara diatasnya terdapat bunga teratai berwarna –warni, sama seperti bebatuan yang ada didasar kolam.
Wu Xia yang penasaran segera berjalan mengelilingi gua tersebut hingga langkah kakinya terhenti pada sebuah lubang gua yang lebih kecil berada dalam gua besar itu.
Merasa penasaran, Wu Xia pun melangkah masuk dan mendapati jika didalam gua kecil tersebut terdapat beberapa kursi batu yang mengelilingi sebuah meja batu berukuran bundar.
Disampingnya, terdapat sebuah tempat tidur dari giok berwarna hijau muda dengan semburat berwarna putih yang sangat indah.
Merasa jika ada ruangan lain disamping ranjang giok, Wu Xia pun melangkahkan kakinya kesana dan kedua matanya terbelalak melihat apa yang ada dihadapannya.
“Ini?!...”
Wu Xia berjalan mendekat dan mengamati dengan seksama. “Sepertinya, manusia dan ular ini tengah berkelahi. Tapi apa yang membuat mereka membeku dan pada akhirnya menjadi fosil seperti ini?”, gumannya penasaran.
Dihadapannya dapat Wu Xia lihat jika ular sebesar pohon akasia terlihat tengah menyerang manusia yang berlutut dibawahnya.
Hal itu bisa dilihat dimana kepala ular berada didada seorang pria dalam posisi berlutut dengan satu tangannya mengarah ke bawah rahang ular, seolah tengah mencekiknya.
Karena penasaran, Wu Xia mengamati keduanya dari dekat, untuk melihat pertarungan sengit apa yang pernah terjadi disini hingga membuat keduanya tiba-tiba membeku menjadi mummy.
Melihat jika tampaknya pria yang tengah berlutut itu menggunakan belati tajam untuk menggorok leher si ular, tangan Wu Xia pun secara spontan memegang belati itu dan menariknya dari rahang si ular.
Blash!
Bangkai ular itu berubah menjadi debu, lenyap dibawa angin dan hanya menyisakan sebuah kristal sebesar kepalan tangan manusia berwarna hijau tua dan tulang giok yang tadi menancap di dada pria yang diserangnya tersebut.
Untuk jasad pria yang tengah berlutut di bawah tubuh si ular tadi juga ikut lenyap menjadi debu ketika jemari Wu Xia menyentuh tubuhnya dan hanya menyisakan sebuah cincin.
“Apakah ini cincin ruang seperti yang aku baca di buku?”,guman Wu Xia penasaran dan langsung memakai cincin tersebut di jarinya.
Karena ukurannya sedikit besar maka Wu Xia pun menyematkan cincin ruang itu di jari jempol sebelah kanan.
Setelah memakai cincin dan menyimpan kristal hijau yang dia duga sebagai inti ular sebesar pohon akasia tersebut juga tulang giok yang dia duga sebagai taring si ular kedalam ruang dimensi, Wu Xia kembali berkeliling.
“Apa ini?”, guman Wu Xia pelan sambil menatap gulungan kulit binatang yang tergeletak di bawah meja batu.
Wu Xia mengamati dengan cermat semua gambar yang dicetak diatas kulit binatang tersebut.
Setelah membaca lembar pertama hanya ada penjelasan singkat mengenai sebuah jurus kultivasi, begitu gulungan dibalik, di lembar berikutnya dapat Wu Xia lihat jika gulungan itu berisi gambar mengenai gerakan dan pukulan yang harus dilakukan untuk menguasai jurus yang disebut sebagai jurus hantu tanpa bayangan.
Semakin dibaca, Wu Xia semakin tertarik karena jurus gerakan dan pukulan ini tampak baru dan bisa dia modifikasi kan dengan teknik ilmu bela diri yang dia kuasai.
“Aku akan mencoba mempelajari gerakan-gerakan ini nanti setelah aku menyembuhkan masalah yang ada di dantianku sehingga aku bisa berkultivasi lagi”, ucap Wu Xia penuh semangat.
Wu Xia pun segera menyimpan gulungan kulit hewan itu ke dalam ruang dimensi dengan hati gembira lalu melanjutkan berkeliling untuk mencari lagi harta karun di dalam gua yang sudah tak berpenghuni ini.
Merasa ranjang giok hijau terang dengan semburat putih ditengahnya sangat indah, Wu Xia pun berusaha untuk membawanya masuk. Kali ini, dia telah menemukan caranya, dengan sekali sentuh, barang yang diinginkannya bisa masuk kedalam ruang penyimpanan tanpa perlu dia angkat dan lempar seperti sebelumnya.
Hal ini juga baru Wu Xia ketahui ketika dia tanpa sadar memikirkan ruang dimensinya sambil menyentuh hewan buruannya tadi sehingga tubuh hewan yang telah mati langsung menghilang, masuk kedalam ruang dimensi dengan sendirinya.
Kini Wu Xia tak perlu bingung lagi untuk memindahkan barang sebesar dan seberat apapun karena hanya dengan sekali sentuh sambil membayangkan ruang dimensi maka barang itu akan berpindah dengan sendirinya.
Bukan hanya ranjang giok yang indah ini Wu Xia pindahkan, tapi semua porselen yang ada dalam rak yang dia perkirakan berisi obat dan racun dia sapu bersih, habis tak bersisa dan hanya meninggalkan kursi dan meja batu yang baginya tak menarik itu.
Ketika keluar, melihat dua kolam yang ada diluar, Wu Xia yang merasa tertarik untuk membawanya masuk kedalm ruang dimensinya mencoba meletakkan telapak tangannya diatas kolam sambil membayangkan ruang dimensinya, dan hasilnya sungguh memuaskan.
Dua kolam itu berpindah tempat dan hanya menyisakan lubang besar di dalam gua. Selanjutnya, Wu Xia pun mencoba mencari cara agar bisa keluar dari sini.
“Orang yang biasanya tinggal didalam gua selalu menulis catatan, menggunakan dinding sebagai media alat tulisnya dan batu sebagai pena. Aku rasa, pemilik gua ini pun pasti melakukan hal yang sama”, gumannya pelan.
Menggunakan senter dari dalam ruang dimensinya, Wu Xia pun segera mengamati dinding batu gua untuk mencari petunjuk.
“Gotcha! Akhirnya aku mendapatkannya!”, ucap Wu Xia senang.
Sambil bersenandung riang, Wu Xia pun berjalan menuju pintu keluar gua yang cukup panjang itu tanpa tahu jika di pintu keluar gua itu tengah terjadi pertempuran antar cultivator yang tengah memperebutkan hewan buas tingkat sembilan ditengah badai salju yang menerjang.
“Keparat! Menyingkirlah dari jalanku!”, teriak salah satu cultivator berjubah hitam nyaring.
“Enak saja! Justru kamulah yang harus menyingkir karena hewan buas ini, aku yang berhasil membunuhnya!”, teriak lawannya tak kalah nyaring.
Tak ada yang mengalah, keduanya pun segera bertarung untuk memperebutkan hewan buas level sembilan itu untuk diambil inti tubuhnya agar bisa meningkatkan kultivasi yang mereka miliki.
Sath! Seth! Seth! Boom! Duarrr!!!
Tebasan pedang dan saling serang menggunakan jurus kultivasi terus mewarnai lapangan ditengah badai salju yang tengah berlangsung.
Keduanya masih tetap gigih demi mendapatkan inti tubuh hewan buas itu meski harus mengorbankan nyawa.
Setelah bertarung sengit selama hampir satu jam lamanya, pada akhirnya cultivator yang berhasil membunuh hewan buas tersebutlah yang menang dan segera mengambil inti tubuh hewan buas itu dan segera menyerapnya.
“Argghhhh!!!”, teriaknya nyaring begitu inti hewan buas level sembilan itu berhasil dia serap kekuatannya, membuatnya berhasil menerobos, membuat cultivator berjubah hitam yang tengah terkapar tak berdaya merasa geram namun dia tak bisa berbuat apapun dan hanya menatap lawannya dengan iri.
Merasa berhasil menerobos, cultivator pria itupun segera pergi tanpa menoleh ke belakang, membiarkan cultivator berjubah hitam tergeletak seorang diri ditengah bada salju yang masih berlangsung.
Tak jauh dari tempat pertempuran, Wu Xia tiba-tiba keluar dari sebuah lubang pohon tua yang telah berusia ribuan tahun itu.
Melihat ada serigala raksasa mati, Wu Xia yang lagi-lagi merasa mendapatkan keberuntungan pun segera berlari mendekati hewan yang sebagian tubuhnya telah tertimbun salju itu.
“Wah, serigala api level sembilan! Jika dijual, aku bisa mendapatkan banyak kristal berkualitas tinggi!”, batinnya senang.
Hanya dalam sekali sentuh, tubuh besar serigala api yang berukuran sepuluh kali tubuh manusia itupun sudah berpindah keruang dimensi milik Wu Xia.
Merasa kedinginan, Wu Xia yang hendak mengambil penghangat tangan dari kantong penyimpanan yang dibawahnya tiba-tiba merasakan rasa nyeri yang teramat sangat dipunggungnya, sebelum dia terjatuh dan tak sadarkan diri.
Cultivator berjubah hitam yang tadi kalah dalam pertarungan, segera mengambil kantong penyimpanan milik Wu Xia yang terlihat sangat mahal tersebut dan segera melarikan diri, menghindari badai salju yang semakin lama semakin bertambah besar, meninggalkan Wu Xia yang pingsan tergeletak diatas salju dalam kondisi terluka tanpa dia tahu jika kantong penyimpanan mahal yang dia kira berisi harta nyatanya hanya berisi makanan dan camilan yang sengaja Wu Xia buat untuk menemani perburuannya hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments