Waktu istirahat siang
Saat aku kembali ke kelas buat ngecek keadaan, ternyata meja dan kursiku sudah dikembalikan seperti semula. Mungkin gurunya yang naruh lagi, soalnya nggak mungkin dibiarkan begitu aja.
“Hei, Lin Chen! Ke mana aja kamu!!”
Ooiiiink! Suara babi melengking terdengar, dan mahluk itu datang dengan hentakan kaki yang berisik.
“Dasar Madesu,.... nggak masuk kelas, mau ngapain sih? Pak botak marah banget ke kamu, tau nggak?”
Hening. Diabaikan.
“Eh, kok kamu ngacangin aku? Pesan aku juga kamu blokir. Nggak ada orang di dunia ini yang bisa cuekin Princess Zhiling, ngerti?! Atau jangan-jangan kamu takut kalo liat wajah aku yang terlalu cantik? Silau? Malu, ya? Hah?”
Benar saja. Bahkan sekarang gendang telingaku rasanya mau busuk. Abaikan, abaikan.
“...Chen'er, kamu masih dendam soal kemarin ya? Itu cuma bercanda, tau! Cuma prank doang! Ngapain dibawa serius? Emangnya kamu anak kecil?”
Nah! Keluar juga jurus klasik: “Itu cuma prank, bukan bullying.”
Ya, bullying.
Alasan basi. Cueikin aja dah, dasar babi.
“Eh, dasar bocah Madesu!”
Orang yang maju mendekat kali ini adalah Chang Yuhao, ace tim basket angkatan baru.
“Kenapa kamu cuekin Zhiling, hah? Nggak sopan banget sama Zhiling, tau nggak?”
Dengan senyum songong penuh gaya playboy, dia nepuk-nepuk bahuku.
“Kenapa kamu diam !! Atau kamu takut buat buka mulut?”
Bukan takut. Aku cuma terlalu malas buat jawab.
Masa ace tim basket, pemain spesial yang diharapkan sekolah, malah ikut-ikutan bully? Bukannya jam makan siang harusnya dipakai latihan? Apa mereka nggak serius sama basket? Emangnya gitu caranya biar bisa masuk kejuaraan? Kalau pun jadi pemain pro, bisa sukses apa nggak? Harusnya ada orang yang negur dia tiap hari Minggu.
Mungkin dia ngerasa aku lagi meremehkan, soalnya muka ganteng Yuhao langsung berubah jelek.
“Oi, jangan diam saja lo, dasar—”
“BERHENTI!!”
Yang teriak keras malah si babi.
Dengan suara melengking kayak kaset rusak, dia terlihat sangat kesal.
“Chen'er itu cuma boleh aku yang bully!!”
Suasana kelas yang tadinya heboh, langsung jadi hening membeku.
“Dengar ya! Chen'er itu temen masa kecilku. Hanya aku yang boleh ngebully dia! Kalian cuma boleh ganggu dia kalau aku yang nyuruh! Kalau nggak, jangan sentuh dia! Jangan ikut campur! Ngerti nggak?! Kalian harus tahu tempat kalian!”
Semua teman sekelas langsung takut dan tatap-tatapan ke wajah si pengisi suara populer itu.
Zhiling terengah-engah, napasnya memburu.
Aku pun jalan pelan ke arah si babi.
“Hei, Zhiling!”
“...Eh? A-ada apa, Chen'er?”
Entah kenapa dia sempat keliatan seneng. Tapi aku langsung berikan komentar.
“Kamu pikir itu keren ya, BABI?”
“—Eh?”
Wajahnya langsung kaku, beku, kayak patung.
“Kamu kayak lagi main jadi karakter rival di komik pertarungan. Model-modelan ‘Aku satu-satunya yang boleh ngalahin dia.’ Sejak kapan kamu jadi Protagonis, hah?”
Zhiling gemetar sekujur tubuh, kayak kena sambaran petir.
“Denger baik-baik.”
“...A-apa… apa maksudmu…”
Aku tatap dia yang mulai mundur dengan mata berair, lalu aku tegasin:
“Mulai sekarang, nggak ada yang boleh bully aku. Nggak ada yang boleh ngerjain aku. Nggak kamu, nggak siapa pun.”
“......!”
“Jauhin aku. Ngerti?”
Aku taruh tasku di meja, keluarin bekal, lalu pergi.
Soalnya, Huang'er lagi nungguin aku di ruang arsip bawah tanah.
Tepat saat aku mau keluar kelas—
“S-Si… alan Keren banget……”
Hmm?
Barusan aku kayak denger suara babi melengking, ya…
Ah, paling cuma halusinasi.
[BERSAMBUNG]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments