Elara terkesiap. Dia berusaha menghindari cumbuan Eden dengan menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri, membuat Eden yang sudah dipenuhi hasrat menjadi kesal.
Dengan kasar Eden langsung mencengkram kedua sisi rahang Elara dalam satu tangkupan tangan kanannya yang kokoh agar kepala gadis itu diam, sementara tangan yang lain Eden gunakan untuk menyangga tubuh kekarnya agar sepenuhnya tidak menindih tubuh kecil Elara.
Eden mulai melumat bibir Elara, disesapnya bibir itu dengan sepenuh hasratnya.
Elara tak menyerah. Dia menggunakan kedua tangannya yang bebas, bergerak untuk memukul, mendorong bahkan menjambak rambut Eden.
Namun usaha Elara sia-sia. Pria biadab diatasnya ini sama sekali tidak menyingkir barang seinci pun dari tubuhnya. Akhirnya Elara menggunakan cara terakhir, sekuat tenaga dia menggigit bibir Eden hingga pria itu memekik kesakitan.
Eden langsung menarik kepalanya, dan menatap Elara dengan tajam.
"Kau!"
Eden melepas cengkraman tangannya dari wajah Elara, lalu perlahan mengusap bibirnya dengan ibu jari. Dan seketika netranya berkilat marah saat mendapati darah disana.
Gadis kurang ajar!
Eden kembali menatap kearah Elara dan dia tersenyum sinis.
"Jadi kau ingin bermain kasar kucing kecil? Baiklah, akan ku kabulkan keinginanmu!"
Eden menegakkan tubuhnya, dengan segera dia melepas ikatan kimono handuk putih yang dikenakannya hingga menampakkan seluruh otot-otot tubuh atletisnya yang bisa membuat wanita mana saja menjerit menggila ingin menyentuh.
Bahkan saat ini sesuatu milik Eden terlihat sudah menegang seolah tak sabar meminta untuk dipuaskan.
Sontak wajah Elara memerah. Gadis itu langsung membuang pandangan dan didetik itu juga dia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur.
Namun naas sebelum Elara berhasil mendarat turun dari tempat tidur, Eden telah lebih dulu menarik kasar tangan Elara dan kembali menghempaskannya keranjang.
"Jangan harap kau bisa lepas dariku!"
"Tidak! Aku mohon jangan! Jangan lakukan ini padaku!" Elara menahan tubuh Eden yang hendak menghimpitnya dengan kedua tangannya. Kakinya dibawah sana terus menendang-nendang membuat sprei yang membalut kasur yang mereka tempati kusut masai.
Eden yang mulai kehilangan kesabaran mencekal kedua lengan Elara dalam satu cengkraman tangan besarnya, menaruhnya diatas kepala gadis itu dan dengan kasar dia merobek gaun hitam Elara hingga membuat tubuh mulusnya terpampang sempurna dihadapannya.
Elara menjerit histeris. Dia terus memohon pada pria diatasanya untuk tidak menyentuhnya. Sayangnya permohonan Elara hanya dianggap angin lalu oleh Eden.
Eden menyentuhkan tangannya pada buah dada Elara yang sejak awal tidak menggunakan penutup bra. Diremasnya buah dada itu membuat tubuh Elara menegang kaku bagai tersengat aliran listrik.
"Jangan! Aku mohon jangan!" Elara mulai terisak saat Eden menundukkan kepala dan menjilat pucuknya. Eden melakukannya secara berulang dan bergantian, bahkan sesekali dia menyesap pucuk Elara kuat-kuat hingga gadis itu memekik kesakitan.
Lidah Eden terus menjilat pucuk Elara, sementara tangannya kini mulai turun ke area bawah membuat Elara meremang dan kembali menjerit memohon minta dilepaskan.
Eden menulikan pendengarannya. Dia mulai menyusupkan jarinya kedalam kain segitiga Elara, mengusap perlahan bagian sensitif Elara hingga gadis itu melenguh tanpa bisa ditahan. Beberapa saat kemudian, Eden merasakan jarinya basah oleh cairan Elara.
Dia tersenyum menyeringai karena gadis dibawahnya ini telah mendapatkan pelepasan pertamanya.
Kini giliran Eden yang ingin mengejar kepuasannya sendiri. Eden segera menempatkan posisinya ditengah, diantara kedua paha Elara. Lalu tanpa menunggu lama dia segera menuntun miliknya memasuki milik Elara.
Elara yang masih lemas karena perbuatan Eden sebelumnya, tersentak kaget saat merasakan sesuatu yang keras mencoba menyeruak kedalam miliknya dibawah sana.
Tidak! Apa yang dia lakukan?!
Elara kembali berontak. Dia menangis mengiba, namun Eden tak menghiraukan.
Didorong oleh rasa tak sabar ingin hasratnya segera terpenuhi, Eden langsung memasukkan miliknya kedalam milik Elara hanya dalam sekali hentakkan, membuat Elara menjerit pedih karena kini dia telah kehilangan kehormatannya.
*
*
Elara membuka mata dan mengerutkan kening saat kepalanya terasa berat dan pusing. Dia mencoba mengumpulkan kesadarannya dan tiba-tiba.... Elara langsung melenting bangun dari posisi tidurnya sambil menggenggam selimut yang menutupi tubuhnya.
Ekspresinya berubah waspada bercampur takut. Elara menoleh kearah samping tempat tidurnya, namun tak ada siapapun disana.
Dimana laki-laki biadab itu?!
Elara mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar namun dia tak mendapatkan tanda-tanda kehidupan lain selain dirinya.
Apakah laki-laki jahat itu sudah pergi? Ya, sepertinya dia sudah pergi.
Elara langsung menangis sejadi-jadinya. Hatinya benar-benar hancur dan sakit. Kehormatan yang dia jaga dengan baik selama dua puluh tahun ini sekarang tak ada lagi. Dia kotor, dia tak berharga!
Jika sudah begini tentu tidak akan ada pria baik-baik yang mau menikahinya. Harapannya untuk memiliki keluarga bahagia dimasa depan pupus sudah.
Dan semua ini karena jebakan Bibinya!
Elara kembali menangis. Sumpah serapah terlontar dari mulut Elara untuk keluarga Bibinya. Dia berharap, semoga kehidupan bibi, paman, dan sepupunya Keisha yang sudah merebut kekasihnya akan hancur sehancur-hancurnya!
Setelah puas meluapkan emosi dan kesedihannya, Elara mencoba bangkit. Dia tidak bisa terus terpuruk seperti ini. Masih ada sang ibu yang membutuhkannya.
Elara pun beranjak dari ranjang dan berniat membersihkan diri. Ditahannya rasa sakit dibawah sana akibat serangan brutal laki-laki biadab itu semalam.
Elara masih ingat dengan jelas bagaimana lelaki itu terus-menerus memaksakan kehendaknya sampai dirinya benar-benar tak berdaya. Memuaskan dirinya sendiri, seolah Elara bukanlah makhluk bernyawa.
"Dasar laki-laki bajingan!" umpat Elara.
Saat Elara baru menurunkan kakinya dari ranjang, tak sengaja dia menoleh kearah nakas disampingnya. Elara mengerutkan kening ketika melihat sebuah goodie bag hitam disana.
Didorong rasa penasaran, Elara meraih goodie bag tersebut dan mengintip isinya. Tak lama Elara pun melebarkan matanya.
Satu setel pakaian wanita dan sejumlah uang?
*
*
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
vj'z tri
😭😭😭Eden tega nya kau ,ku kutuk kau bucin akut sama Ela ,🤲🤲🤲🤲amin
2025-09-29
0
erviana erastus
eden edan omg kasihan ela 😭😭😭😭
2025-10-08
0
Azahra Rahma
si Eden emang edan
2025-09-22
0