Terjebak

Elara begitu senang ketika mendengar sang bibi mau membantunya. Meski bukan Bibi Rena yang akan meminjamkan uang padanya, setidaknya Bibinya masih berbaik hati mau mengantarnya pada orang yang akan membantunya.

Namun senyum penuh harap Elara sepanjang jalan perlahan menghilang ketika dia dan sang bibi mulai memasuki sebuah club malam elite yang terletak ditengah kota tempat mereka tinggal.

Otak Elara langsung dipenuhi pikiran negatif. Untuk apa bibi Rena mengajaknya kemari?

"Bi, tunggu! Untuk apa kita kesini Bi?" akhirnya Elara memberanikan diri bertanya sambil menahan lengan bibinya.

"Sudah diam! Jangan banyak bertanya! Kita akan segera bertemu dengan orang yang akan meminjamkanmu uang!" jawab Rena dengan ketus.

"Tapi Bi?"

"Rena? Kau disini?" Rena yang terkejut langsung tersenyum lebar saat melihat siapa yang menyapanya.

"Mami Yosi!" Rena melepaskan tangannya dari Elara. Dia memeluk wanita yang usianya kira-kira diatasnya beberapa tahun itu.

"Ada perlu kau kemari?" tanya wanita yang dipanggil Mami Yosi tersebut. Dia adalah germo di klub malam elite ini.

Rena langsung merangkul Elara, menempatkannya didepannya sehingga sang germo bisa melihat wajah Elara dengan jelas.

"Perkenalkan Mam, dia adalah Elara, keponakanku. Dia sedang membutuhkan uang yang sangat banyak untuk biaya operasi ibunya. Bisakah Mami meminjamkannya uang?" Rena mengedipkan sebelah matanya seolah memberi kode pada Yosi.

Sang germo yang mengerti maksud dari temannya langsung menganggukkan kepala.

"Aku tidak bisa meminjamkan uang cuma-cuma padanya. Kecuali dia bekerja dulu satu malam denganku, baru aku akan memberinya uang, bagaimana?"

Elara yang hendak bertanya apa pekerjaannya tak jadi bersuara karena Rena memotong lebih dulu.

"Tentu Mam, Elara bersedia. Benarkan Elara?" Rena meremas kedua pundak Elara kemudian berbisik ditelinga gadis itu. "Ingat Ibumu."

Sontak Elara langsung teringat ibunya yang terbaring lemah dirumah sakit. Pada akhirnya Elara pun mengangguk pasrah.

"Ya, saya bersedia."

Rena dan Yosi tersenyum puas.

*

*

"Apakah gadis itu masih bersegel?" tanya Yosi saat Elara sudah dibawa anak buahnya untuk didandani.

Rena tertawa geli sambil menghitung uang yang dia terima dari teman germonya itu. Uang ini akan dia gunakan untuk tambahan biaya resepsi pernikahan putrinya, Keisha.

"Tentu saja Mam, setahuku dia tidak memiliki pengalaman bercinta dengan lelaki. Hidupnya hanya dihabiskan bekerja dan merawat ibunya yang sekarat. Meskipun dia memiliki kekasih, aku rasa kekasihnya tidak bernafsu padanya." jawab Rena kejam.

"Gadis secantik Elara, tidak mungkin tidak ada lelaki yang bernafsu Rena. Tapi aku senang jika dia masih bersegel, itu artinya aku bisa menawarkan harga tinggi pada klienku."

Rena hanya menanggapi sekilas perkataan temannya.

"Ya, kau bisa menawarkan harga tinggi Mam. Tapi jangan lupa jika banyak lelaki yang suka dengan servicenya kau harus memberi uang lebih pada Elara agar dia bisa memberiku uang juga."

"Oke. Bukan masalah."

*

*

Diluar klub malam elite itu, sebuah mobil mewah memasuki area parkir. Tak lama dari balik pintu supir, terlihat pria berjas hitam dengan wajah dingin keluar dan bergerak membukakan pintu penumpang.

Seorang pria dengan setelan jas abu-abu dan ekspresi wajah yang tak kalah dingin pun keluar dari sana. Dia berjalan mendahului memasuki klub malam tersebut dengan diikuti pria berjas hitam dibelakangnya.

"Tuan Eden Dwight."

Yosi, sang germo klub malam elite itu terdengar menyapa dengan ekspresi senang ketika melihat klien tetapnya yang sangat royal itu datang.

"Apa ada barang baru?" tanpa basa-basi pria tampan bernama Eden itu bertanya sembari memandang sekitar.

"Tentu Tuan. Anda datang tepat waktu. Baru saja saya mendapatkan seorang gadis yang sangat cantik jelita dan dia masih bersegel. Anda pasti akan menyukainya." ucap Yosi dengan nada penuh arti.

"Dimana dia?" tanya Eden.

"Saat ini dia sedang didandani Tuan. Anda bisa menunggunya dikamar seperti biasa, saya akan segera membawanya kepada Anda."

Eden menarik sudut bibirnya.

"Jangan terlalu lama."

Yosi menganggukkan sedikit kepalanya.

"Baik Tuan."

*

*

Dengan perasaan gugup dan tak nyaman, Elara berjalan disamping Mami Yosi diikuti oleh dua bodyguard dibelakang mereka. Berkali-kali Elara menaikkan gaun hitam terusannya untuk menutupi bagian dada. Gaun ini begitu ketat ditubuhnya, membuat Elara tak nyaman.

"Mam, kita mau kemana?" Elara bertanya dengan perasaan bingung dan takut saat mereka mulai naik kelantai paling atas gedung klub malam elite ini dan berjalan disebuah lorong panjang dengan beberapa pintu berjajar disamping kanan kirinya.

"Kau akan menemui klien-mu Elara. Kau akan 'meeting' bersamanya. Ingat jangan mengecewakanku."

Yosi menghentikan langkahnya tepat didepan pintu kayu yang tampak kokoh. Dibalik pintu kayu itu adalah kamar VVIP dimana Eden sudah menunggu Elara untuk menghabiskan malam bersama.

Tanpa membuang waktu, Yosi menekan bel. Dia yang tahu bahwa pintu tidak dikunci, segera membukanya dan meminta Elara untuk masuk.

Namun Elara tampak ragu. Mana mungkin meeting didalam kamar dengan pakaian tidak sopan seperti ini?

"Mam, aku tidak bisa. Aku ingin pulang." lirih Elara. Tentu ucapan Elara membuat Yosi berang.

"Kau tidak bisa pulang Elara sebelum menyelesaikan pekerjaanmu." ucap Yosi dengan nada penuh penekanan. "Sekarang masuk!"

"Tapi Mam..."

"Masuk!"

Tak ingin mendengar omong kosong Elara, Yosi segera mendorong gadis itu masuk kedalam kamar dan menahan pintunya dari luar.

"Mam! Buka pintunya Mam! Aku tidak mau disini Mam. Tolong buka pintunya!" teriak Elara dari dalam, namun Yosi memilih menulikan pendengarannya demi mendapatkan uang yang banyak dari Tuan Eden.

*

*

"Kau tidak akan bisa keluar sebelum melayaniku, Bitch!"

Elara menolehkan kepalanya kebelakang saat suara berat menyapa pendengarannya.

Deg!

Elara melebarkan mata saat dilihatnya sosok pria dengan mengenakan handuk kimono berwarna putih tengah duduk diatas sofa sambil menyilangkan satu kaki. Elara juga melihat pria itu sedang memegang sloki berisikan wine. Dan pria itu... Pria itu menatap penuh minat kearahnya!

"S-siapa kau!" seru Elara panik.

Eden terkekeh kecil. Dia menaruh sloki miliknya diatas meja disampingnya kemudian menyedekapkan kedua tangannya. Menatap Elara dengan sorot mata tajam.

"Aku orang yang nantinya akan memberimu kepuasan, kucing kecil." Eden tidak menyangka jika dia akan mendapatkan daun muda. Dan melihat ketakutan yang amat sangat dari perempuan ini, Eden yakin bahwa perempuan ini masih perawan.

"Sekarang kemarilah, atau aku yang kesana." titah Eden seraya mengulurkan tangannya.

Elara yang sudah dibanjiri rasa takut pun menggelengkan kepala. Dia kembali membalikkan tubuh dan menggedor pintu, memohon pertolongan.

Eden yang mendapatkan penolakan dari Elara menyipitkan mata. Dadanya bergemuruh marah. Dan didorong oleh rasa tak sabar untuk menikmati tubuh gadis itu, Eden beranjak dari duduknya berjalan kearah Elara dan langsung memeluk tubuh gadis itu dari belakang.

Elara tersentak kaget. Sekuat tenaga dia memberontak mencoba melepaskan diri dari pelukan Eden.

"Tidak! Tidak! Tolong jangan lakukan! Aku mohon lepaskan!" Elara berteriak histeris saat bibir Eden mulai menciumi tengkuk lehernya sementara tangannya bergerilya dengan agresif, yang satu meremas buah dada Elara, dan satu lagi mengusap area sensitif gadis itu.

"Tidak, aku mohon jangan!" Elara sudah menangis, namun Eden tak sudi menghentikan cumbuannya.

"Sstt, tidak perlu berteriak, nikmati saja." Eden berbisik tepat ditelinga Elara, lalu menggigit cupingnya.

Sontak tubuh Elara menegang, seolah terkena aliran listrik.

Eden menyeringai, dia segera menyeret Elara menjauh dari pintu dan meraup tubuh gadis itu kedalam gendongannya lalu berjalan kearah ranjang. Dihempaskannya tubuh Elara disana dengan kasar, dan dikungkungnya tanpa ampun sebelum gadis itu melenting bangun.

Elara bisa melihat betapa buas tatapan lelaki itu kepadanya. Seolah ingin melahapnya hidup-hidup.

"Aku mohon lepaskan aku! Aku mohon!" lirih Elara masih mencoba mengetuk naluri lelaki dihadapannya, namun sayangnya Eden tidak sebaik hati itu.

"Aku pasti akan melepaskanmu kucing kecil, tapi nanti, setelah aku puas denganmu." Eden menundukkan kepala dan mulai menautkan bibirnya pada bibir Elara.

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

Aditya hp/ bunda Lia

Aditya hp/ bunda Lia

dasar bibi durjana semoga ajah kalian ditipu si Gio berharap si Gio laki2 mokondo ...

2025-09-22

0

Kimo Miko

Kimo Miko

punya bibi dan saudara kok seperti iblis. nasibmu kok jelek elara😭

2025-09-23

0

vj'z tri

vj'z tri

yakkk hey bibi stres sini kau aku masukan karung goni lalu aku lempar kau ke segitiga bermuda😤😤😤😤😤

2025-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!