4. Penolakan Gus Kais.

Zakia menangis sampai terpejam, tangannya masih mendekap erat foto kedua orang tuanya yang nampak buram dan hampir usang dimakan waktu.

Dalam tidurnya Zakia benar saja bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya. Zakia menangis sesenggukan sampai ke dunia nyata.

Hinga suara Adzan Subuh Berkumandang terlihat mata Zakia masih basah karena menangis.

"We... Bangun We, kau tidur apa mengigau hah?" Melani menepuk pundak Zakia yang naik turun sesenggukan.

"Hmmm ... bapak, Ibu, Zakia ikut saja Zakia sudah tidak kuat." gumam Zakia dalam tidurnya.

"Wah sudah ngak betul atuh, Zakia pasti mimpi ketemu Ibu sama bapaknya." Melani mengusap wajah kantuknya.

"Zakia bangun lah, sudah Adzan ini." ujar Melani, mengoyakan tubuh Zakia lebih kencang lagi.

"Hah... Astagfirullah." Zakia langsung membuka mata mengusap pelupuk matanya yang basah.

"Kamu mimpi apa sampai menangis sesenggukan gitu?"

"Aku mimpi ketemu ibu sama bapak." senyum tipis terukir di bibir mungil nya.

"Huh... aku kira mimpi apa, bikin panik saja, habisnya kau menangis tadi sih. yah sudah ayo kita Shalat subuh dulu." ajak Melani sambil menguap ngantuk.

"Aku lagi ngak Shalat Lani. datang tadi selepas Shalat Isa." Zakia tersenyum menunjukan deretan giginya yang rapih.

"Ya'salam... kalau tahu begitu tadi aku ngak usah bangunin kamu atuh." Melani menarik nafas berat.

.

.

Suasana di rungan Keluarga nampak hening saat Gus Kais baru saja masuk kedalam ruangan Keluarga. Umi dan Abahnya menatap nya dengan ekspresi yang sulit di artikan.

"Ada apa Abah sama Umi manggil saya kesini?" ritme jantung Gus Kais tak beraturan, karena baru pernah ia melihat wajah kedua orang tuanya setegang ini.

"Tentunya akan ada hal penting yang mau kami bicarakan!" Ucap Umi Salimah datar

Gus Kais tambah ketar ketir pasti akan ada yang tidak beres dengan semua itu. ia sudah bisa menangkap dari nada bicara Umi nya.

"Umi tidak akan basa basi lagi Kais. Umi akan menjodohkan mu dengan Gadis pilihan Umi, Abah dan Umi sudah sepakat." Umi Salimah menekan ucapan nya.

Gus Kais menelan Salivanya. kaget duganya nya ternyata benar kalau kedua orang tuanya pasti tidak akan setuju dengan hubungan dirinya dan Ayunda.

"Tapi kenapa Umi sama Abah tidak memberikan waktu untuk Ayunda berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi?" mata Gus Kais memanas.

"Menunggu?... menunggu yang kamu bilang! sedangkan usia mu sudah menginjak kepala tiga bukan saatnya untuk main main lagi Kais. Umi sama Abah sudah tua, sudah pantas nimang putu. dan mencari penerus untuk pesantren Al-Munawar."

Umi Salimah. menatap wajah putra nya yang hampir menangis seperti menahan amarah yang tidak bisa di keluarkan, sebenarnya Hati ke ibuan nya merasa tidak tega. namun Umi Salimah percaya ini adalah keputusan nya yang paling tepat menjodohkan Gus Kais dengan Zakia.

"Jadi itu yang Abah dan Umi inginkan hanya karena pesantren Al-Munawar. Umi sama Abah sampai tidak perduli dengan perasaan Saya?" Kali ini Gus Kais memberanikan diri menatap wajah kedua orang tuanya.

"Bukan nya kami tidak peduli Le, Abah sama Umi cuma mau Kais jadi pribadi yang lebih baik lagi, masa iya seorang Gus harus pacaran dan pacar kamu juga tidak mau menutup aurat jauh sekali Le, dari harapan kami berdua sebagai orang tua. jadi mohon mengertilah Kais kali ini saja, hargai keputusan kami sebagai orang tua mu." Abah berusaha agar tidak sewot seperti Umi Salimah yang nampaknya kadung jengkel dengan putranya itu.

"Baik jika itu yang Umi sama Abah inginkan." Ujar Gus Kais dengan berat hati, ia langsung keluar dari ruangan itu. meninggalkan kedua orang tuanya yang mematung.

"Sudah biarakan saja tidak perlu di kejar." Abah menahan Umi, saat Umi hendak menyusul langkah putranya.

"Biarkan dia tenang dulu dan menerima kenyataan ini. yang terpenting sekarang gimana caranya kita menyampaikan ke Zakia kalau dia akan di jodohkan dengan Kais. tapi Abah jadi dek-dekan Umi. takut kalau Zakia nya tidak mau bagaimana?" Abah malah jadi bimbang sendiri.

"Bismilah saja Abah, kalau gitu kita ke gedung putri ayo sekarang kita temui Zakia." Umi langsung mengandeng tangan Abah.

"Eh-jangan Umi, kita suruh Nadia atau Salma saja Pangilkan Zakia datang kesini, kalau kita yang kesana yang ada nanti santri lainya bakalan Kepo!" ucapan Abah ada benarnya juga.

"iya juga sih Bah. yah udah Umi minta tolong ke mereka dulu yah, Abah disini saja jangan kemana mana." ucap Umi Salimah mewanti suaminya.

Nadia sudah tiba di gedung pondok putri, ternyata Zakia sedang diluar menyapu halaman bersama Melani dan yang lain nya.

"Zakia..." ucap Nadia dari jauh memanggil Zakia yang sedang fokus menyapu halaman.

Zakia menoleh kearah sumber suara. "Eh-Mba Nadia. ada apa mba?" ucap Zakia saat Nadia sudah sampai di hadapan nya.

"Dipanggil Bu Nyai. katanya kamu suruh kerumah." Nadia melirihkan nada suaranya.

"Hah... serius Mba?" Zakia merasa heran kalau Bu Nyai memangil dirinya, karena memang tidak ada yang berani masuk kedalam rumah Bu Nyai Salimah. selain mbak ndalem dan kang Santri yang sudah jadi pengurus itupun jika mereka mengambil berkas penting karean suruhan Pak Kiyai sendiri.

"Iya serius ayo cepetan." Nadia langsung mengandeng jemari lentik Zakia. dan Zakia langsung menjatuhkan sapu lidinya ke tanah.

Melani hanya sesekali mencuri pandang tidak berani bertanya pada sang teman dekatnya itu.

Zakia mengikuti langkah Nadia yang jalan nya cukup cepat, bahkan saat bangunan rumah kiyai Syarif sudah kelihatan Zakia makin dek-dekan. entah menggapa Bu Nyai Salimah memanggilnya.

"Ayo masuk Umi sudah nungguin kamu di dalam." ujar Mba Nadia.

Zakia uluk'salam. kaki nya menginjak lantai marmer yang cukup mendinginkan suasana hatinya yang gelisah, ini untuk pertama kalinya ia menginjak rumah Kiyai Syarif sejak satu tahun mondok.

"Waalaikumsalam. Zakia." Jawab Umi Salimah terseyum ramah, beliau sudah menunggu di ruang utama.

Zakia tambah dek dekan saja, saat berdekatan langsung dengan Bu Nyai nya, karena biasanya hanya berpapasan di depan gedung putri atau di depan kelas Diniah. namun. sekarang ia bisa sedekat ini dengan Bu Nyai Salimah.

"Saya pamit ke belakang dulu yah Umi." Ujar Nadia langsung undur diri.

"Iyah Nadia. terimakasih yah..." Umi Salimah tersenyum Simpul.

Umi Salimah langsung meminta Zakia mengikutinya ke sebuah ruangan Keluarga, yang sangat sepi dan Privasi.

"Ayo Silahkan duduk Zakia." Umi Salimah meminta Zakia duduk di Sofa.

Namun Zakia nampak canggung ia malah duduk di lantai membuat Umi dan Abah saling pandang.

"Ini baru adab Mi. bener ternyata kamu ngak salah pilih." bisik Abah lirih, kagum dengan Adab Zakia yang hormat pada orang yang lebih tua.

Terpopuler

Comments

Wang Lee

Wang Lee

Sip dek ceritanya..bunga sekobon🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2025-09-27

1

M Subahan Sahil

M Subahan Sahil

Abah gaul juga tahu bahasa kepo🤣

2025-10-08

0

vj'z tri

vj'z tri

secara umi gitu loh 🤭🤭🤭🤭

2025-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!