“Sebastian, apa yang kamu lakukan?” Samantha ketakutan. Dia berjuang sekeras mungkin melepaskan tubuh, tapi kekuatan Sebastian terlalu besar.
Tidak ada cara lain, dia menggigit pria itu dengan keras.
Saat Sebastian menarik napas dan melonggarkan diri, Samantha menjauh dari ranjang. Dia berkata sambil merapikan pakaiannya yang berantakan, “Sebastian, kau pura-pura mabuk! Kau sangat pengecut!”
Sebastian merasakan bekas gigitan di bahunya, tersenyum dengan ekspresi mengejek.
“Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri!” Samantha mengenakan mantelnya dan pergi menuju pintu.
“Apakah kamu tidak ingin melihat tahi lalatku lagi?” Sebastian bangkit dengan malas.
“Kamu bukan Aditya, dan kamu tidak boleh memiliki tanda lahir itu! Ada banyak wanita sukarela di luar sana, dan silakan membantu dirimu sendiri!”
“Sungguh? Setelah ini, aku tidak akan mengulang untuk memberi penawaran padamu lagi.”
“Aku tidak tertarik pada tahi lalat itu. Apa pun tujuanmu, aku tidak akan tertarik sama sekali! Aku akan melihat itu dengan caraku sendiri, cepat atau lambat!”
“Bisakah aku menafsirkan itu dengan … kamu akan tidur denganku cepat atau lambat?”
“Tunggu dan lihat saja!”
Samantha membanting pintu, suara benturannya memekikkan telinga.
Informasi yang diberikan Theo mengatakan bahwa; Samantha Huang, perempuan, 24 tahun, Sarjana. Lalu Nelson, dia tidak disebutkan dalam informasi.
Sebastian ingat bahwa Theo bertanya padanya, “Apakah kamu benar-benar memutuskan untuk menjadikan Samantha sebagai Sekretarismu? Dia bukan kandidat terbaik.”
Dia menjawab Theo dengan alasan sederhana, “Aku pikir dia sangat menarik.”
Satu-satunya alasan Samantha bekerja dengannya hanya untuk menemukan ayah yang kaya raya bagi Nelson. Yang disebut ‘Aditya’ hanyalah alasan.
Karena r4ngs4ngan perempuan itu telah membuatnya terbakar, mengapa dia tidak mengambil tindakan?
Minatnya tumbuh semakin kuat.
…..
Pada hari Sabtu siang, di kafetaria lantai tiga gedung Foster.
Nelson bermain dengan teleskop.
Samantha menyentil belakang kepala anak itu dan berkata, “Makan cepat. Aku tidak akan menunggumu.”
Setiap orang yang bekerja untuk perusahaan ini tahu bahwa akhir pekan hanya nominal. Dengan izin Sebastian, dia membawa Nelson bersamanya hari ini.
Nelson menunjuk ke gedung yang berlawanan. “Bu, aku ingin pergi ke sana untuk makan siang bersama Ayah.”
“Ayahmu ada urusan bisnis. Dia tidak punya waktu untuk makan siang denganmu.”
Nelson mengerucutkan mulutnya. “Jika tidak punya waktu makan siang denganku, kenapa dia punya waktu untuk makan siang dengan gadis itu?”
Samantha berhenti dari gerakannya. Dia mengambil teleskop Nelson, dan menemukan bahwa Sebastian sedang ada di sana bersama seorang gadis berambut panjang. Tidak tahu bagaimana wajahnya, karena dia hanya melihat punggungnya.
Siapa gadis itu?
Setelah menyelidiki Rowan Hayes, dia tahu kalau ternyata Rowan datang ke kota Regalsen satu setengah tahun lalu dan mendirikan perusahaan Hayes Building. Itu adalah perusahaan material bahan bangunan yang berfokus pada industry konstruksi.
Mereka memiliki kontrak bisnis yang sah dengan perusahaan Foster.
Jadi usahanya kemarin sia-sia.
Mungkinkah wanita muda itu petunjuknya?
“Ibu, kau mau mengajakku makan steak, kan?” Nelson memegang tangannya, memohon padanya.
“Oke.” Samantha menyetujui dengan cepat.
Begitu mereka memasuki restoran, Nelson menarik tangan dari Ibunya dan berlari menuju Sebastian.
“Ayah, ini tidak adil! Kamu makan steak tanpa aku!”
“Nelson?” Sebastian terkejut. Dia mengangkat anak itu, meletakkannya di atas pangkuan. “Kau mau? Aku akan memotong untukmu?”
Gadis yang duduk di depan Sebastian berseru, “Nelson, kau di sini? Sebastian, apa … dia putramu?”
“Hai, Nona Olivia.”
Gadis itu rupanya Olivia Miller, seorang guru di kelas Nelson.
Saat Nelson menyapa, Sebastian hanya menarik bibirnya tanpa menjawab.
“Nona Huang, Anda ….” Olivia tertegun.
Samantha menatap Olivia dengan keterkejutan yang sama.
Olivia adalah gadis yang murni, lincah, menyenangkan, dan murah hati. Dia tidak berharap Olivia mengenal Sebastian yang jahat. Tapi tampaknya, hubungan mereka cukup baik.
“Ayo, makan bersamaku.” Sebastian memberi makan ke mulut Nelson dengan sepotong daging, lalu melihat Samantha dengan senyum tipis.
Samantha sedikit malu dengan pemikirannya. Dia berkata pada Nelson, “Sebaiknya kita tidak mengganggu. Ayo pergi, dan makan di sana.”
“Tidak. Aku ingin makan dengan Ayah.” Nelson memeluk leher Sebastian dengan erat, seolah dia akan ditarik kapan saja.
“Tidak apa-apa. Saya jarang bertemu dengan Anda, jadi mari kita makan bersama.” Olivia bergerak ke samping untuk memberi ruang pada Samantha.
Samantha menatap Sebastian yang sedang memberi makan Nelson dengan seksama, tapi memperlakukannya seolah dia adalah udara.
Meski sedikit kesal, Samantha masih duduk dengan enggan.
Selama mereka makan, Samantha tidak lagi mau menoleh Sebastian. Dia hanya mengobrol dengan Olivia, menanyakan mengenai anaknya selama di sekolah.
Namun, Olivia telah mengamati ekspresi mereka dari waktu ke waktu, tapi tidak mengajukan pertanyaan mengenai itu.
“Ayah, maukah kamu menemaniku dan Ibu ke taman hiburan besok? Aku belum pernah ke sana sebelumnya.” Nelson bertanya sambil mengunyah.
“Oke.”
Samantha dan Olivia menatap pria itu bersamaan.
Dia … setuju? Begitu saja? Bahkan tanpa ragu-ragu.
“Bastian, besok kita akan—“
“Membosankan bagi anak kecil untuk diam selama dua hari.” Sebastian menyela Olivia dengan tenang.
Olivia terkejut dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
“Karena kita sudah selesai makan, sudah waktunya untuk kembali bekerja.” Sebastian menyeka mulut Nelson dan mengangkatnya pergi.”
Samantha mengikuti mereka. Dia berniat mengambil alih Nelson. Rasanya tidak nyaman saja membiarkan orang asing menggendong anaknya seperti itu.
Namun, Nelson segera berpegang teguh pada Sebastian dan berkata, “Aku tidak mau Ibu. Aku ingin Ayah.”
Melihat Sebastian membawa anaknya pergi, Samantha hanya bisa tersenyum canggung pada Olivia dan segera mengikuti mereka.
Olivia berdiri di depan pintu, menatap mereka bertiga yang tampaknya menjadi keluarga. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
“Apa Sebastian punya Sekretaris baru? Kenapa dia memiliki seorang putra?”
……
Keesokan harinya, sesuai dengan janji Sebastian kemarin ….
Matahari bersinar hangat, dan angin berhembus pelan.
Mereka berada di taman hiburan kota Regalsen Utara.
Samantha berdiri di samping untuk mengambil foto Nelson dan Sebastian yang sedang duduk di kereta kecil.
Dia tidak pernah menyangka bahwa Sebastian akan menepati ucapannya dan bermain bersama putranya. Apalagi fakta bahwa mereka rukun!
Jadi, dia hampir memiliki ilusi bahwa dua orang di kamera adalah Ayah dan anak kandung.
“Bu, cepat!” Nelson memeluk leher Sebastian, memasang wajah paling bahagia yang pernah dilihat Samantha.
Setelah mengambil gambar mereka, Samantha membiarkan kereta kecil itu membawa keduanya masuk ke terowongan.
Setelah keduanya tidak terlihat, pandangannya justru teralihkan ke sisi lain.
Dua pria yang saling bergulat.
Yang satu tinggi dan kuat, sementara yang satunya lagi kurus dan pendek.
Pria pendek itu mengangkat tangan untuk menyerah, tapi pria tinggi di depanya malah memukulinya dengan brut4l.
Adegan ini memicu identitas asli Samantha. Dia memasukkan kamera ke tasnya, dan bergegas ke arah mereka.
Mendapat serangan mendadak, pria yang lebih tinggi melonggarkan cengkeramannya, sementara pria pendek tadi mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Samantha hampir mendapat tinju, tapi gerakan pria itu terhenti di udara ketika melihat wajahnya. Pria itu tertegun. Detik kemudian, dia cepat-cepat berbalik untuk mengejar mangsanya tadi.
Rasanya memang tidak asing. Samantha menatap punggung pria itu dengan linglung. Tampaknya dia pernah melihat pria itu di suatu tempat.
Tapi di mana? Siapa dia?
Tidak memiliki waktu untuk mengingat itu, Samantha mengejar mereka, khawatir pria tinggi tadi melakukan hal yang lebih jauh.
Namun, begitu dia keluar dari gerbang, lengannya di cengkeram oleh pria tadi. Dia berteriak dengan marah, “Katakan padaku. Apa kamu anggota dari mereka?”
Samantha menarik lengannya dengan kuat. “Lalu kamu sendiri anggota apa?”
Pria itu menatapnya cukup lama, dan kemudian kemarahannya berubah menjadi keraguan, “Siapa namamu?”
“Kenapa aku harus memberitahumu?”
“Kau!” Pria itu sedikit kesal, tapi dia menurunkan suaranya saat bertanya, “Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Jika aku melihatmu sebelumnya, aku pasti akan memiliki mimpi buruk yang menakutkan sampai mati.”
“Ayo.” Pria tinggi itu menariknya keluar dengan menggenggam tangannya.
“Hei! Hei! Kemana kau akan membawaku? Lepaskan aku!”
Samantha mengangkat kakinya untuk menendang, tapi pria itu berkelit dan menariknya, membuatnya hampir jatuh ke pelukan pria itu.
Pada saat ini, ponsel pria itu berdering. Dia melepaskan tangannya untuk mengangkat telepon.
Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja pria itu melepaskan dia sepenuhnya, lalu berlari pergi.
“Hei, jangan kabur!” teriak Samantha.
Samantha menatap punggung yang menghilang dalam sekejap itu dan berpikir keras. Di mana mereka bertemu sebelumnya?
“Mengapa kamu tidak mengikutinya jika kamu tidak ingin dia pergi?”
Suara Sebastian tiba-tiba muncul.
Saat Samantha menoleh, dia dan Nelson sudah berdiri di belakangnya.
Mungkin juga telah melihat pertempurannya dengan pria itu tadi.
Samantha merasa tidak perlu menjelaskan. Dia datang hanya untuk mengambil anaknya, namun Nelson malah merapat ke tubuh Sebastian.
“Bu, bagaimana kamu bisa lari meninggalkan aku dan Ayah?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Jeng Ining
sampe disini msih terlihat Samanta adl polisi yg cukup ceroboh, atw Sebastian aja yg udh terlalu lihai menilai karakter org🫣
2025-09-21
0