Kompleks Luxury Modern, Diamond Hill Estate.
Sebuah Ferrari 458 merah perlahan berhenti di depan kompleks.
Di dalam mobil, sebuah senyum lebar dan cerah tampak di wajah Gray.
Perjalanan dari lingkungan lamanya menuju tempat ini sangat menyenangkan. Bahkan dengan jalanan yang buruk, penuh guncangan tanpa henti, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa.
Rasanya seperti dia sedang terbang.
Meski begitu, Gray sadar bahwa dia juga harus berterima kasih pada Keterampilan Mengemudi Kendaraan Tingkat Profesional miliknya. Karena tanpa itu, mobilnya pasti sudah rusak sejak tadi.
Gray mematikan mesin mobil dan mengeluarkan dokumen apartemen dari inventori sistem.
Dokumen-dokumen itu muncul di pangkuannya, dan hal pertama yang dia lihat adalah kartu kunci hitam dengan garis emas.
Gray mengambil kartu itu dan memeriksanya. Dia merasa bahwa garis emas di kartu itu terbuat dari emas asli, dan kartu itu terbuat dari bahan khusus karena memberikan kesan kelas tinggi.
Setelah beberapa detik memeriksa kartu it, dia berhenti karena tidak menemukan apa-apa.
Sebenarnya, bukan berarti dia tidak menemukan apa-apa. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang sedang ia cari atau bagaimana cara mencarinya.
"Sebaiknya aku jangan membuat otakku sendiri meledak," katanya sambil tersenyum, lalu mengambil dokumen dari pangkuannya, membuka pintu, dan turun dari mobil.
Saat melangkah keluar, Gray mendongak dan melihat sekelilingnya, rahangnya sedikit terbuka karena terkejut.
Di sekelilingnya, yang dia lihat hanyalah mobil-mobil mewah. Semua merek ada di sini—Mercedes, Maybach, Roll Royce, Lamborghini...
Pemandangan semua mobil ini membuat Gray merasa seolah-olah dia melangkah masuk ke surga—surga yang mahal.
Bukan hanya mobil, bahkan udara yang ia hirup terasa bersih, segar, dan sama sekali bebas dari bau tak sedap.
Dia melihat sekeliling dan tidak menemukan sedikit pun kotoran. Bahkan garasi terbuka tempat dia berdiri tampak selalu dirawat dengan sangat baik.
Lalu, ada bangunan-bangunan kompleks indah di sekitarnya dan dia pun terdiam tanpa kata.
Baru sekarang dia benar-benar mengerti mengapa dia diberhentikan di gerbang kompleks oleh petugas keamanan.
Hanya dengan melihat mobil-mobil ini saja sudah cukup memberinya gambaran.
Gray menghela napas dan tersenyum, menutup pintu mobil, lalu berjalan masuk ke dalam gedung.
Di dalam, dia berjalan ke lift eksklusif yang diperuntukkan untuk bangunan apartemen.
Ya, apartemen nya memiliki lift pribadi. Itu adalah salah satu fasilitas yang didapat dari apartemen tersebut.
Gray sudah berada di depan lift dan hendak menggunakan kartu untuk membukanya, ketika tiba-tiba pintu lift umum terbuka dan seseorang keluar dari dalamnya.
"Hei, lift itu bukan untuk umum. Gunakan yang ini," suara seorang perempuan terdengar.
Gray menoleh ke arah pemilik suara itu dan terkejut melihat siapa orangnya.
Viona?
Viona adalah mantan teman sekelas Gray. Mereka sekolah bersama di SMP dan SMA, sebelum Gray putus sekolah di awal tahun kedua SMA.
Meski begitu, mereka tidak pernah dekat karena hidup di dunia yang benar-benar berbeda.
Viona berasal dari keluarga kaya, sementara Gray dari keluarga yang kesulitan. Selain itu, Viona adalah siswi pintar, berbakat, cantik, dan populer di sekolahnya, sedangkan Gray hanyalah anak pendiam dan dianggap bodoh di sekolah.
"Hei, kau tidak dengar apa yang aku katakan?" tanya Viona, suaranya membuat Gray keluar dari lamunannya.
"Ya, aku dengar. Terima kasih," jawab Gray lalu beralih ke lift pribadinya.
Dia melihat bahwa Viona tidak mengenalinya. Memang, dia tidak berharap begitu, mengingat dirinya dulu benar-benar tak terlihat di kelas.
Viona menggelengkan kepala saat melihat bahwa kurir pengiriman tidak akan mendengarkannya. Dia memutuskan itu bukan urusannya dan berjalan pergi.
"Orang-orang zaman sekarang. Ck. Dikasih tahu malah merasa direndahkan," katanya sambil mengeklik lidah dengan kesal.
Namun, saat dia baru bicara begitu, telinganya dikejutkan oleh suara lift yang asing. Dia segera menoleh tajam dan melihat lift pribadi yang sudah lama tidak pernah terbuka itu kini terbuka.
Matanya melebar terkejut dan dia menatap pemuda yang sebaya dengannya dengan bingung.
Matanya menjelajahi seluruh tubuhnya, mencoba mencari tahu apa yang dia lewatkan, dan saat itulah dia melihatnya.
"Itu... kartu itu?!" gumamnya terkejut.
Dia mengira pandangannya salah, lalu dia memastikan sekali lagi.
"Itu benar-benar kartu itu... Tapi bagaimana mungkin?" katanya pada dirinya sendiri dengan terkejut.
Sebagai seseorang yang sudah tinggal di kediaman elite dan kompleks itu lebih dari setahun, dia tahu betul apa arti kartu itu.
Namun, dia tidak bisa mengerti bagaimana mungkin seseorang yang terlihat seperti kurir pengantar makanan bisa memegangnya. Ditambah lagi, ada dokumen di tangannya juga.
Apakah dia membelinya? Bagaimana itu mungkin?
Viona merasa ada yang aneh dan memutuskan untuk menanyakan langsung pada orang misterius itu.
"Hei! Aku ingin bicara denganmu," katanya sambil berlari ke arah pintu lift yang mulai menutup.
Sayangnya, pria misterius itu sama sekali tidak menghentikan pintunya. Dia hanya menatapnya dengan tenang saat Viona berlari ke arahnya.
Sementara itu, di dalam lift, Gray tersenyum lebar dan dipenuhi antisipasi untuk melihat apartemen barunya.
Dia merasa pasti apartemen ini istimewa karena memiliki lift pribadi, tapi dia belum tahu apa bedanya dengan yang lain. Dia penasaran tentang hal itu, karena merasa hal itu terkait dengan alasan mengapa dia memiliki lift pribadi.
Dia sempat menebak, mungkin karena apartemennya ada di lantai teratas. Tapi dia tidak terlalu yakin.
Tentang tindakan Viona tadi, Gray bahkan tidak memikirkannya sama sekali.
Beberapa menit kemudian, lift berhenti dan pintunya terbuka.
Gray terkejut dengan apa yang dia lihat begitu pintu terbuka.
Di depannya ada sebuah lorong panjang kosong dan di ujungnya, ada pintu ganda besar. Tapi itu bukan bagian yang mengejutkan.
Yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa ini bukan sekadar apartemen elite biasa, melainkan sebuah penthouse.
Fakta bahwa apartemennya ada di lantai teratas sebenarnya sudah cukup menjadi petunjuk, tapi Gray tidak sampai berpikir sejauh itu.
Selain itu, dia juga belum membaca dokumen properti yang ada di tangannya.
Atau lebih tepatnya, dia tidak ingin memikirkannya karena merasa itu terlalu berlebihan. Bahkan sekarang, dia masih ragu bahwa ini benar-benar sebuah penthouse.
Gray berusaha mengendalikan emosinya, melangkah keluar dari lift, lalu berjalan menyusuri lorong.
Semakin dia berjalan, semakin dia yakin bahwa ini memang sebuah penthouse.
Dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota di kedua sisi dan langit-langit lorong yang dipenuhi lampu gantung mewah.
Detak jantung Gray semakin cepat saat perlahan dia menyadari sesuatu. Dia menarik napas dalam-dalam, akhirnya sampai di depan pintu.
Dengan tangan bergetar, dia menempelkan kartu pada pemindai dan terdengar bunyi bip, lalu klik saat pintu terbuka.
Gray mengambil waktu sejenak untuk bersantai, menutup matanya, dan menghirup napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan.
Matanya terbuka lebar, dan dengan senyum, dia memutar pegangan pintu dan perlahan membukanya.
Apa yang terlihat di depan matanya membuatnya tertegun.
"Ini benar-benar sebuah penthouse...," gumamnya pelan sambil melangkah masuk.
Dia melepas sepatunya dan berjalan ke ruang tamu, terdiam tanpa kata.
Sofa besar dan nyaman dengan hiasan emas. Meja samping dan meja tengah kaca yang juga berhiaskan emas. Karya seni indah di dinding. Vas-vas yang terlihat seperti diimpor dari zaman kuno. Dan lantai yang begitu mengkilap hingga memantulkan bayangannya dengan jelas.
Segala sesuatu di sekelilingnya, dari langit-langit, lukisan dinding, hingga lantai, semuanya memancarkan kemewahan.
Gray tersenyum, lalu menoleh, dan dia terkejut melihat TV QLED 4K 115 inci di dinding.
"Ini benar-benar surga," katanya dengan senyum cerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
VYRDAWZ2112
njottt
2025-09-23
0
sarjanahukum
up tor
2025-09-22
0
oppa
oyyy sedapnyaa
2025-09-22
0