Bab 3

Suara musik rock menghentak dari earphone Calya, menyamarkan bisingnya klakson dan deru mesin bus kota.

Rambutnya yang panjang berayun mengikuti irama. Ia kini duduk di kursi paling belakang, kakinya yang panjang diselonjorkan ke lorong, seolah-olah bus itu adalah miliknya. Calya tak peduli dengan tatapan risih penumpang lain. ia hanya ingin menikmati paginya yang indah ini. Toh, ia tak pernah niat menyakiti orang lain, hanya saja ia malas untuk beramah-tamah.

​Tiba-tiba, sebuah guncangan hebat membuat bus itu terhuyung. Sopir mengerem mendadak, membuat semua penumpang terlempar dari kursinya. Sial! Earphone Calya terlepas, musiknya berhenti, dan tubuhnya terpental. Ia tak bisa menahan diri. Dengan panik, ia berusaha meraih pegangan, tapi terlambat. Tubuhnya meluncur ke depan, lalu… brukk!

​Calya mendarat di atas pangkuan seseorang. Wajahnya menempel di seragam yang sama dengannya yang beraroma wangi, campuran kopi dan peppermint. Ia mendongak, bersiap melontarkan makian andalannya. Namun, kata-kata itu tercekat di tenggorokannya. Karena semua orang kini menatapnya dengan tatapan yang aneh. Pria itu tersenyum pada Calya namun berbeda dengannya ia langsung berdiri dan kembali ketempat ia duduk.

"Apes banget gue hari ini". ujarnya

pria itu pun kemudian berusaha untuk mengambil bukunya yang berserakan, Calya hanya memperhatikan tanpa berniat untuk membantu, dalam hatinya ia memaki pria itu.

Guncangan bus kembali terjadi, kali ini lebih kuat. Calya yang masih berdiri terhuyung ke depan, dan untuk kedua kalinya, ia jatuh terduduk di pangkuan seorang cowok berkacamata yang terlihat culun.

​"Aduh!" cowok itu meringis, menahan sakit. Guncangan kali ini sangat keras, membuat Calya jatuh dengan berat.

​Calya mendengar rintihan itu, merasa sedikit bersalah. Namun, entah kenapa, niat untuk meminta maaf menguap begitu saja. Belum sempat ia bangkit, bus kembali berguncang untuk yang ketiga kalinya. Ia kembali terduduk, kini benar-benar terjebak dalam posisi canggung di atas cowok yang terus meringis kesakitan.

Guncangan bus ketiga akhirnya berhenti. Calya bergegas bangkit, wajahnya merah padam. Tanpa pikir panjang, ia melayangkan makian. "Lo sengaja, ya? Makanya, kalau jadi cowok jangan genit!"

Bus kini hening. Semua mata kini tertuju pada Calya Namun, Calya tak peduli. Amarah dan rasa malu menguasai dirinya, dan ia melampiaskannya pada pria yang ia duduki.

​"Lo sengaja, kan? Lo manfaatin momen bus goyang biar bisa pegang-pegang gue, iya kan?!" maki Calya, menunjuk-nunjuk wajah pria culun itu. "Dasar cowok mesum! Punya tampang culun tapi kelakuannya bejat!"

​Pria culun itu terkejut. "Aku? Aku enggak ngapa-ngapain. Aku cuma duduk."

​"Halahhh, alasan!" Calya berdecak. "Gak usah sok polos deh! Gue tahu tipe-tipe kayak lo. Gak tahu malu!"

​Tiba-tiba, suara seorang ibu terdengar. "Neng, enggak boleh begitu. Kasihan adiknya. Dia enggak salah, kok."

​Mata Calya membelalak. Ia baru sadar, seluruh penumpang kini memandanginya dengan tatapan menghakimi. Ada yang menggeleng, ada yang berbisik. Wajahnya seketika memanas. Ia merasa malu luar biasa. Saking marahnya, ia sampai tidak sadar sudah menjadi pusat perhatian.

​Calya terdiam, mulutnya tertutup rapat. Ia menunduk, tak berani menatap mata siapa pun. Ia langsung berjalan cepat menuju kursi kosong di belakang, meninggalkan pria culun itu dengan tatapan bingung dan rasa sakit yang ia tahan.

Guncangan bus tadi masih terasa di benak Calya. Ia menuruni tangga bus dengan langkah santai dengan wajah yang kusut. Di depannya, gerbang sekolah sudah ramai oleh siswa-siswi yang berlalu-lalang.

​Dari kejauhan, dua sosok yang sangat ia kenal sedang bersandar di pagar, asyik mengobrol. Satu berambut pirang sebahu dengan gaya rebel, namanya Vira. Yang satu lagi, tinggi besar dengan jaket jins, namanya Jojo. Kedua sahabatnya itu sama-sama punya reputasi "bandel" di sekolah, dan mereka sangat cocok dengan sifat "bar-bar" Calya.

​"Woi, Cal! Tumben udah nyampe?" sapa Jojo sambil menunjuk jam tangannya. "Biasanya lima menit sebelum bel baru nongol."

"Cal, muka lo kusut banget. Kenapa?" tanya Vira, menepuk bahu Calya saat mereka bertemu di koridor sekolah.

​Calya menghela napas panjang. Ia menoleh ke arah Vira, yang memiliki perawakan mungil dan rambut panjang yang selalu digerai rapi, dan ke arah Jojo, yang tubuhnya lebih tinggi dan tegap dengan gaya rambut cepak yang membuatnya terlihat keren.

​Mereka berdua adalah sahabat yang paling ia percaya. Tanpa ragu, Calya menceritakan semua kejadian, mulai dari pertengkaran semalam dengan orang tuanya tentang perjodohan, rencana makan malam dengan keluarga Aksa, hingga insiden memalukan di bus pagi itu.

​"Gue dijodohin, guys," bisik Calya, suaranya tercekat. "Sama cowok yang bahkan gue nggak kenal. Dan tadi pagi, di bus, gue bikin malu diri sendiri. Gue marah-marah ke cowok yang enggak salah apa-apa."

​Vira dan Jojo saling pandang, ekspresi mereka berubah serius. Vira langsung memeluk Calya. "Ya ampun, Cal. Lo yang sabar ya," ucapnya, mengelus punggung sahabatnya itu.

​"Terus, lo mau gimana?" tanya Jojo. Wajahnya terlihat khawatir.

​"Gue udah punya rencana. Gue bakal batalin makan malam itu. Gue nggak mau dijodohin," jawab Calya, matanya kembali menunjukkan tekad.

​"Rencana apa?" tanya Vira.

​"Gue akan kabur," jawab Calya, tanpa ragu.

​Vira hanya melirik sambil tersenyum " ya udah ntar malem kita ke tempat biasa gimana?", lalu menyodorkan sebatang permen lolipop. "Nih, biar enggak kaget lagi sama jalanan berlubang," katanya santai, menyindir insiden di dalam bus yang sempat diceritakan Calya via chat.

"iya boleh tuh" Balas jojo

​Calya mengambil permen itu. "Kalian kira gue anak TK?" balasnya, tapi tetap memakan permen lolipop itu. "hari ini gue pulang ke rumah lo ya?" tanya Calya dan di anggukin oleh Vira "Ada tugas enggak?" lanjutnya

​"Tenang aja, tugas kita udah kelar, kok," jawab Jojo, matanya berkedip jahil. "Punya Vira udah gue salin. Punya gue udah gue salin. Punya lo… ntar aja di kantin, ya?"

​Calya mendengus sepertinya ia akan kerumah sahabatnya saja pulang kerumah sangat beresiko, dan Calya tahu betul kebiasaan teman-temannya yang suka menyalin tugas. Tapi ia juga sama, jadi ia tidak bisa protes. Mereka bertiga berjalan beriringan, melewati koridor yang sudah mulai lengang.

​Saat mereka sampai di depan kelas, bel sekolah berbunyi nyaring. Ketiganya langsung berlari masuk, kembali ke kehidupan sehari-hari mereka yang penuh dengan drama dan petualangan. Calya melirik sekilas ke jendela, teringat wajah cowo yang tidak sengaja ia jumpai di bus, namun dengan cepat Calya mengelengkan kepalanya " ck ngapain gue mikirin dia, lagian bukan salah gue juga". pikir calya " lagian dia cuma cowo kutu buku jadi lupain deh". lanjut Calya

namun kedua sahabatnya itu memperhatikan tingkah Calya "oi! lo kenapa?" tanya vira

"tau tuh, mikirin apa loh ntar kesambet baru tau rasa" lanjut jojo

Calya hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan kedua sahabatnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!