Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Bab 1

“WHAT?! MAKSUDNYA APA??". Suara gadis cantik yang saat ini sudah mematung mendengar ucapan kedua orang tuanya.

Calya Elxander yang merupakan seorang putri tunggal salah satu CEO perusahaan terkenal di Autralia, Gadis cantik dengan postur tubuh

bak model internasional. Usianya sudah menginjak delapan belas tahun, ia masih kelas dua belas yang sedang menempuh pendidikan di salah satu sekolah terkenal HIGH INTERNASIONAL SCHOOL.

Tak sekali pun terlintas dalam benak calya bahwa dirinya akan mendengar ucapan sang Mama yang menurutnya sangat tak masuk akal, Calya mendelik jengkel kearah sang mama.

“Gak, Calya gak mau dijodohin, lagian calya masih sekolah ngapain pake dijodohin segala!,” Pekik Calya tak terimah

Bagi Calya usianya itu masih sangat terbilang mudah untuk menikah, bahkan Calya sendiri masih sibuk menikmati kebebasannya, menikmati masa muda dengan bersenang-senang, setiap malam ia habiskan

dengan pergi ke bar menikmati alunan music dan berpesta bersama teman-temannya. Membayangkan saja bahwa ia akan meninggalkan semua kesenangannya itu membuat dirinya frustasi, Apa lagi jika itu semua beneran ia tinggalkan. Calya menggelengkan kepalannya dan menatap sang mama.

“Mama gak butuh pendapat kamu, intinya Mama sama Papa sudah sepakat untuk menjodohkan kamu”. Putus Amelia wanita cantik dengan umur yang sudah berkepala tiga, Namun masih terlihat sangat mudah apa lagi dengan lesung pipi membuat ia terlihat sangat manis ketika tersenyum, Namun ketika Amelia memutuskan sesuatu sudah pasti tidak bisa di bantah.

Dengan wajah yang memelas calya melirik sang Papa yang tengah sibuk memainkan handphone miliknya “pah” lirih calya berharap sang Papa membantunya Candragtha Sebastian seorang CEO terkenal ayah dari calya mengalihkan pandangannya menatap sang putri kesayangannya “ Kamu ikuti aja apa kata Mama kamu Baby girl”. Jelas Candragtha

Membayangkan dirinya akan menikah diusia mudah membuat calya

bergindik ngeri lalu menatap kedua orang tuanya secara bergantian

“emang siapa sih yang mau dijodohin sama gue, jangan bilang om-om”. Curiga Calya

Amelia dan Candragtha saling melirik lalu tersenyum mendengar ucapan anak kesayangan mereka. Calya yang melihat tingkah kedua orang tuanya menjadi curiga “Masa iya gue mau dijodohin sama om-om, Mama sama Papa tega banget ngejodohin Calya sama om-om kumis, uda gitu perutnya kek ikan buntal lagi hihhh” ujar Calya bergindik ngeri dengan bibir yang sudah

maju beberapa senti

Candragta tertawa medengar ucapan anaknya

“Gak Baby girl, Kamu kita jodohin sama anak teman mama, anaknya ganteng kok, kamu pasti suka, kalau gak salah kalian satu sekolah” Jelas Candragtha

“Hah!? Satu sekolah? Yang benar aja dong pah, teman-teman sekolah gue pada norak semua lagi”. Lirih Calya tiba-tiba sesuatu terlintas di kepala Calya, "waduh gimana kalau dia nyebarin hal ini sama anak sekolah, gimana kalau semua orang tau gue mau di jodohin sama dia hihhh nyebelin" (ungakapan isi hati calya).

Amelia lalu mengambil benda pipih miliknya yang ada diatas meja dan berkata

"kamu mau liat ga calon suami kamu?" tanya nya

"Apaan sih mah calon calon, aku ga mau ya di jodohin ogahhhh banget" jawab Calya dengan sewot

"ini semua demi kebaikan kamu Calya, kamu tersesat sama teman-teman kamu itu, pulang malam, mabok-mabokan, mama ga mau anak mama tersesat. jadi jalan satu-satunya adalah kamu menikah dengan pilihan mama dan papa, lagian bentar lagi kamu juga bakal lulus kok". jelas Amelia panjang lebar

"Tapi maaaaaa.......Mama kenapa sih?!" teriak Calya, suaranya bergetar menahan amarah. Air mata sudah membasahi pipinya. Ia tidak peduli lagi dengan sopan santun. Perasaan terkejut dan marah kini mendominasi dirinya.

​Di depannya, Amelia, sang mama, hanya bisa memijat kening. Wajahnya terlihat lelah dan bingung harus berkata apa. Sementara itu, sang papa hanya duduk diam, seolah tak ingin ikut campur dalam pertengkaran sengit antara ibu dan anak.

​"Calya, ini demi kebaikan kamu. Dia anak baik-baik, dari keluarga terpandang," kata Amelia mencoba menenangkan.

​"Kebaikan apa? Mama bahkan belum tanya aku setuju atau enggak! Aku gak kenal dia! Kenapa harus dijodohkan kayak gini?!" bentak Calya.

​Ia tidak bisa menerima kenyataan ini. Hidupnya sudah seperti diatur, dan kali ini ia benar-benar merasa kehilangan kendali. Bagaimana mungkin orang tuanya tega melakukan ini padanya? Ia sudah punya Rion, orang yang kini ia cintai. Dan Aksa, pria yang sudah dijodohkan dengannya sejak kecil, kini digantikan oleh orang lain yang bahkan namanya pun ia tak tahu.

​Calya membanting pintu kamarnya, mengabaikan teriakan mamanya yang memanggil namanya. Di dalam kamar, ia merosot di balik pintu, tangisnya pecah. Ia tidak bisa membayangkan harus menjalani hidup dengan seseorang yang tidak ia kenal, sementara hatinya sudah dimiliki oleh orang lain.

​Di luar, Amelia menatap suaminya dengan putus asa. "Lihat, Mas. Anak kita marah besar."

​Sang papa menghela napas, "Dia pasti akan mengerti, kok. Seiring berjalannya waktu," ucapnya datar. Namun, di dalam hati, ia tahu, ini bukanlah hal yang mudah untuk Calya.

Calya merebahkan dirinya di kasur, wajahnya terbenam di bantal. Ia menangis sejadi-jadinya, meratapi nasibnya yang terasa begitu kejam. Isakannya menggema di dalam kamar yang sunyi. Ia merasa takdir sedang mempermainkannya. Saat ia akhirnya menemukan cinta, saat ia merasakan kebahagiaan bersama Rion, takdir justru merenggutnya paksa dengan sebuah perjodohan. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak berujung: Kenapa? Kenapa harus seperti ini?

​Sementara itu, di ruang tamu, Amelia dan suaminya, Bima, duduk berhadapan. Mereka berdua memikirkan cara terbaik untuk mendekatkan Calya dengan calon suaminya, Aksa.

​"Bagaimana, Mas? Calya marah besar. Dia bahkan tidak mau keluar kamar," ucap Amelia, suaranya terdengar putus asa.

​Bima menghela napas. "Kita tidak bisa memaksanya, Mel. Itu hanya akan membuatnya semakin memberontak. Kita harus melakukannya dengan cara yang lebih halus."

​"Lalu, apa rencananya?" tanya Amelia, menatap suaminya penuh harap.

Candragtha​ tersenyum tipis. "Besok, kita adakan acara makan malam bersama. Undang keluarga Aksa. Kita akan kenalkan mereka berdua. Setelah itu, biarkan mereka berjalan sendiri. Kita hanya perlu mengawasi dari jauh."

​Amelia mengangguk setuju. "Ide yang bagus, Mas. Aku harap Calya mau bertemu dengannya. Aksa itu pria yang baik, dia pasti bisa membuat Calya bahagia."

​Di kamar yang berbeda, Calya masih menangis. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia menolak perjodohan ini? Atau haruskah ia pergi? Pikirannya kacau. Ia tidak bisa membayangkan harus bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Ia merasa ini adalah akhir dari segalanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!