Aku Kekasih Halalmu • Kenyamanan

Mereka berpisah diparkiran kampus karena Hana langsung menemui Galang yang sudah berada diluar parkiran, sedangkan Nengsih menuju motornya yang berdiri seorang diri dibawah panas matahari diparkiran tersebut.

Setelah masuk mobil, Hana dan Galang pun langsung pergi. Hana melambaikan tangannya pada Nengsih yang masih berdiri sambil menatapnya serius namun Hana tidak menyadarinya. Kemudian melaju dengan kecepatan sedang.

Galang pun menghidupkan musik yang membuat suasana sangat berbeda dengan saat tadi mereka berangkat ke kampus, sebab saat berangkat tadi keheningan lebih mendominasi mobil. Saat ini sepasang manusia itu saling bercerita satu sama lain. Suara tawa keduanya menggema didalam mobil.

Galang menceritakan pada saat ia nongkrong bersama teman-temannya di kafe tentang salah seorang teman sekelasnya yang meniru logat salah satu dosen mereka. Tidak hanya meniru, tetapi juga gaya bicara dosen tersebut, yang mana saat bicara beliau seringkali terjadi hujan setempat.

Ada juga temannya yang lain meniru dosen wanita dikelas mereka. Dia meniru dosen itu karena sang dosen yang pecinta zumba dan sering kali memergoki sang dosen yang sedang joget diruangannya. Dia meniru dosen itu dengan begitu lincah. Bahkan mimiknya pun saat menari diikutinya juga.

Mendengar cerita itu, Hana tidak hentinya tertawa bahkan perempuan itu sampai memegang perutnya karena kebanyakan tertawa. “Ya Tuhan. teman-teman kamu kocak, ya?”

Galang mengangguk. “Banget.”

Hana menggelengkan kepalanya, kemudian teringat tentang cerita Maira tadi. “Oh, iya, aku juga mau cerita.”

Setelah itu giliran Hana yang bercerita dan didengarkan dengan baik oleh Galang.

Hana mulai bercerita, mengenai cerita Maira yang menceritakan hantu yang mengikuti Riska dan yang lain yang sedang bermain tik-tok, dan hal tersebut ditanggapi Galang dengan kening yang mengkerut kemudian bergidik ngeri. Ternyata ada makhluk tidak kasat mata disekitar mereka, lalu sedikit tergelak saat mendengar ada hantu yang mengikuti teman-teman Hana berjoget tik-tok.

“Hantu bisa narsis juga ternyata,” kata Galang sambil geleng-geleng kepala.

Hana tergelak dan mengangguk. “Aku juga nggak nyangka hantu bisa kayak gitu.”

Di sepanjang perjalanan itu, mereka menghabiskan waktu dengan saling bercerita dan tertawa. Suasana hangat yang terasa membuat Hana lupa dengan apa-apa saja yang sudah berkecamuk dikepalanya. Seolah ia tidak memiliki beban pikiran apapun.

Galang juga masih berkendara untuk mengantarkan Hana ke rumah, tetapi belum sampai dirumah Hana mengeluh lapar. Akhirnya Galang memarkirkan mobilnya disebuah kafe.

“Disini aja, ya? Kalau ke kafe aku udah jauh banget. Kamunya juga udah lapar,” ucap Galang penuh sesal.

Hana yang mendengar itu hanya bisa tersenyum. “Nggak papa, Lang. Aku dimana aja bisa kok. Asal kenyang.”

Galang tergelak kemudian mengangguk. “Yaudah, yuk.”

Keduanya pun turun dari mobil dan masuk ke kafe. Hana memilih tempat yang paling disukai siapapun, dipinggir dinding kaca dan hanya terdapat dua bangku.

Perempuan itu pun langsung memilih duduk lebih dulu lalu memandang keluar sembari menunggu Galang yang sedang antre memesan makanan.

Sejenak Hana mengamati sekeliling, suasanuanya terasa … nyaman.

Dinding putih dihiasi lukisan abstrak, lampu gantung yang indah, tanaman air yang cantik, dan kesan anak muda yang sangat instagramable banget. Ditambah dinding kaca yang digunakan sangat sesuai. Aesthetic sekali.

Pemandangan keluar pun bisa dilihatnya dengan baik karena dinding yang terbuat dari kaca dan sangat jernih. Dengan bertopang dagu, perempuan dengan rambut digerai itu tersenyum karenanya.

Hal yang seperti ini selalu menjadi bagian kesukaannya selain Galang, pacarnya itu. Cukup lama mengamati, membuatnya tidak menyadari jika Galang sudah datang dan meletakkan pesanan mereka dimeja.

“Silahkan dinikmati, Tuan Putri,” ucap Galang ala pelayan kafe.

Hana yang melihatnya pun berjengit kaget, dan sedikit mengeluarkan tawa. “Terimakasih, Yang Mulia,” jawab Hana yang kembali mengundang tawa untuk keduanya.

Lalu mereka menikmati makanannya. Sesekali bercanda karena lawakan yang masih diucapkan Galang.

“Oh, iya. Kamu ada rencana buat ubah suasana kafe kamu, nggak? Kayaknya yang begini bagus, deh. Lebih anak muda gitu. Nyaman juga.” Hana mengatakan hal yang dari tadi ada dipikirannya. Berhubung Galang juga mempunyai kafe, bukankah lebih baik laki-laki-nya itu sedikit melakukan renovasi terhadap gaya kafenya?

Galang juga ikut memperhatikan sekitar, lebih tepatnya pada kafe ini. Ia pun mengangguk. “Aku udah kepikiran untuk ubah suasana kafe. Tapi belum ada referensi. Kalau ubah suasana kafe, otomatis aku juga harus ubah sedikit dibagian menu biar sesuai. lagi dipikirin juga, kok, sama semua yang ada dikafe. Kemarin juga udah rapat sama yang lain soal rencana renovasi kafe.”

“Aku bisa bantu kamu,” celetuk Hana.

Galang meminum jus jeruknya sejenak, kemudian tersenyum. “Aku tahu kamu bisa bantu aku, tahu banget malah. Tapi jangan pikirin yang ini dulu. Mending kamu fokus dulu sama kuliah kamu. Udah saatnya kamu fokus buat mikirin proposal, loh. udah ada mata kuliahnya, kan?”

Mendengar itu, sontak membuat Hana mendengkus. Jika sudah membicarakan soal proposal, mood-nya tiba-tiba berubah jelek. “Kan biar aku nggak terlalu mumet soal itu, Lang. Yaa.”

Galang menggeleng. “kalau soal kafe, biar aku aja. Oke?”

Hana berdecak. “Ya, udah, deh.”

“Pinter. Yaudah makan lagi, gih,” ucap Galang sambil tersenyum. Kemudian mengacak rambut Hana dengan gemas.

Saat itu juga, ponsel Galang yang ada diatas meja berbunyi. Membuat dua atensi manusia itu teralihkan.

Galang langsung membalikkan ponselnya tanpa berniat untuk mengangkatnya.

“Kenapa nggak diangkat?”

“Nggak penting.”

Hana mengangguk dan keduanya pun melanjutkan makannya. Namun sayangnya, panggilan pada ponsel Galang semakin terasa mengganggu. Hana sudah meminta Galang untuk mengangkatnya saja, tetapi Galang tetap keukeh untuk tidak mengangkat. Ya sudah, pikir Hana. Mungkin Galang menghargai kebersamaan mereka dan tidak ingin di ganggu.

Ah, bagaimana Hana semakin tidak mencintai laki-laki ini!

Selesai makan, mereka akhirnya pulang. Galang mengantarkan Hana kerumah dengan selamat. Saat sampai, Hana sempat menawarkan Galang untuk masuk lebih dulu. Tetapi laki-laki itu menolak dengan halus, sebab harus menjemput kakaknya untuk dijemput di tempat kerja.

***

“Assalamu’alaikum,” salam Hana setelah menutup pintu utama.

“Wa’alaikumussalam,” jawab Lidia yang ternyata sedang menonton televisi ditemani setoples brownies ditangannya.

Hana langsung tersenyum kemudian menuju sang mama dan memeluknya dari samping. Hal yang membuat Lidia ikut tersenyum dan membalas pelukan putri kesayangannya itu.

“Capek?”

Hana menggeleng pelan mendengar pertanyaan dari Lidia. Lalu mengangkat kepala yang tadi bersandar pada sang mama dan duduk dengan tegak.

“Nggak capek, kok, Ma. Cuma ngantuk aja.”

“Udah makan?”

“Udah,” jawabnya sambil mengangguk. “Tadi aku udah makan diluar sama Galang.”

Mama kembali tersenyum, dan membelai rambut sang anak.

“Oh, iya. Papa belum pulang, Ma?”

Lidia menggeleng. “Belum, bentar lagi kayaknya. Tadi Papa telepon Mama, katanya ada rapat sama beberapa perusahaan yang mau kerjasama sama Papa. Jadinya, Papa pulang agak terlambat hari ini. mungkin setelah Maghrib Papa baru pulang,” jelas Lidia. Hana pun hanya bisa mengangguk mendengarnya.

“Yaudah, sekarang masuk kamar. Istirahat,” kata Lidia menyuruh anaknya untuk segera istirahat. Hal yang tentu saja tidak akan ditolak oleh Hana.

Hana mengangguk lagi. “Iya, Ma. Hana ke atas dulu.”

Setelah mendapat anggukan dari wanita yang melahirkannya itu, Hana langsung pergi ke kamar dan membersihkan diri sebentar. Kemudian merebahkan diri dan tanpa sadar ia ketiduran saat sedang menonton youtube.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!