bab 5

Langkah Jian Yu semakin dalam menapaki jalur bebatuan Pegunungan Utara. Udara semakin dingin, pepohonan pinus menjulang rapat, dan suara burung pemangsa sesekali terdengar dari ketinggian. Di sela-sela kabut tipis yang menuruni lereng, ia menemukan sebuah celah batu besar. Dari luar tampak seperti retakan biasa, tetapi begitu didekati, celah itu cukup lebar untuk dimasuki.

Ia menunduk sedikit, lalu masuk. Di dalam, ruangannya lebih luas dari dugaan. Sebuah gua alami dengan dinding hijau lumut, lantai dipenuhi batu kerikil, dan suara tetesan air bergema pelan. Jian Yu meraba permukaan dinding, merasakan energi spiritual samar mengalir dari celah-celah batu.

“Tempat ini cocok untuk berkultivasi,” gumamnya.

Begitu ia duduk bersila, panel sistem muncul.

[Lokasi khusus terdeteksi: Gua Roh Bumi.]

[Efek: Laju pemulihan energi spiritual meningkat.]

[Misi baru: Singkirkan penyusup dari klan lain. Hadiah: Pil Penyembuhan Tingkat Menengah, Teknik Pedang Dewa ‘Seribu Gelombang’.]

Alis Jian Yu berkerut. Ia baru saja menutup mata, tapi suara langkah kaki berisik terdengar dari luar gua. Lima orang masuk, membawa obor dan senjata. Jubah mereka hitam dengan lambang serigala perak di dada.

“Orang Klan Lang,” desis Jian Yu. Ia pernah mendengar tentang mereka klan pemburu buas yang sering merampas hasil buru orang lain.

Seorang pria berperawakan tinggi dengan bekas luka di pipi mendahului yang lain. Matanya menajam saat melihat Jian Yu.

“Seorang bocah? Berani sekali kau duduk tenang di wilayah buru kami.”

Jian Yu berdiri perlahan. Tangannya menyentuh gagang pedang.

“Pegunungan ini bukan milik klanmu. Siapa pun bisa berburu di sini.”

Pria itu menyeringai. “Benar. Tapi siapa pun yang kami temui di sini… tidak pernah keluar hidup-hidup.”

Tanpa aba-aba, dua dari mereka langsung menyerang. Jian Yu menghunus pedangnya, bilah baja berkilat oleh pantulan cahaya obor. Benturan pertama terdengar keras, logam melawan logam. Dentingannya memenuhi gua.

Pertarungan meledak. Jian Yu bergerak cepat, menghindari tusukan tombak lalu menebas lengan penyerangnya. Darah memercik ke dinding batu. Teriakan kesakitan menggema.

Namun lawan tidak gentar. Tiga orang sisanya menyerang bersamaan. Jian Yu terpaksa mundur beberapa langkah, napasnya terengah. Mereka lebih berpengalaman, tubuh mereka penuh otot terlatih.

“Bunuh dia!” teriak pria bercacat di pipi.

Jian Yu menutup matanya sejenak. Ia menggerakkan Qi dalam tubuhnya, memusatkannya ke dantian. Rasanya panas, seakan aliran sungai deras mendesak keluar. Otot-ototnya menegang, telapak tangannya bergetar saat energi spiritual mengalir ke pedang. Cahaya biru samar muncul di bilah.

Ia mengayun dengan keras. Tebasan Qi keluar seperti busur cahaya, membelah udara. Salah satu anggota Klan Lang terpotong dari bahu hingga pinggang. Tubuhnya jatuh berlumuran darah, obornya padam seketika. Bau besi memenuhi gua.

Namun dua lainnya berhasil menahan serangan. Salah satu dari mereka melukai bahu Jian Yu dengan goresan pedang. Darah hangat mengalir di lengan, membuat genggamannya terguncang.

“Dasar bocah! Sudah waktunya kau mati,” teriak yang bercacat pipi, maju dengan pedang besar.

Jian Yu menahan luka, matanya memerah. Ia teringat pesan ayahnya tentang harga diri seorang kultivator. Mundur berarti mati, maju berarti bertahan. Dengan teriakan pendek, ia menubruk ke depan, menangkis tebasan, lalu memutar tubuh. Pedangnya menembus dada lawan, darah muncrat seperti hujan merah.

Sisa dua orang gemetar, tapi tetap menyerang. Jian Yu menangkis, melompat, dan menebas sekali lagi. Salah satunya kehilangan kepala, menggelinding ke lantai batu. Darah menggenang, meresap ke kerikil.

Hanya tersisa pria bercacat pipi, wajahnya pucat namun matanya menyala penuh kebencian.

“Bocah! Kau akan menyesal menumpahkan darah Klan Lang!”

Mereka bertarung sengit. Tebasan demi tebasan beradu, bunga api berloncatan di udara. Jian Yu mulai terdesak; darah dari bahunya melemahkan gerakan. Tapi saat pria itu mengangkat pedang untuk serangan terakhir, panel sistem muncul.

[Teknik darurat tersedia: Tebasan Qi Seribu Gelombang.]

[Gunakan sekarang?]

Jian Yu menggertakkan gigi. “Gunakan!”

Pedangnya bergetar hebat, lalu cahaya biru meledak keluar. Tebasan itu membelah udara menjadi gelombang demi gelombang, menghantam tubuh pria itu tanpa ampun. Darah memuncrat, tubuhnya tercabik hingga tidak berbentuk lagi. Gua bergetar oleh gema serangan tersebut.

Hening. Hanya suara napas berat Jian Yu yang tersisa. Darah menetes dari pedangnya, membentuk genangan kecil di lantai.

Panel sistem kembali berbunyi.

[Misi selesai.]

[Hadiah diterima: Pil Penyembuhan Tingkat Menengah x1, Teknik Pedang Dewa ‘Seribu Gelombang’.]

[Pengalaman bertarung meningkat.]

Jian Yu terhuyung, lalu bersandar pada dinding gua. Darah masih mengalir dari bahunya, tapi ia segera mengeluarkan pil penyembuhan. Menelannya, lalu merasakan energi hangat menyebar ke seluruh tubuh. Luka mulai menutup perlahan.

Ia menatap mayat-mayat di sekelilingnya. Wajahnya dingin, tapi matanya menyimpan kilatan tekad.

“Jika dunia ini hanya mengenal kekuatan… maka aku akan menjadi lebih kuat dari siapa pun.”

Suasana di dalam gua kembali sunyi. Jian Yu duduk bersila di antara mayat-mayat yang sudah dingin. Aroma darah menusuk hidung, bercampur dengan bau tanah lembap yang menguar dari dinding batu. Ia menutup mata, menenangkan napas.

Panel sistem muncul di hadapannya.

[Anda telah memperoleh: Teknik Pedang Dewa “Seribu Gelombang”.]

[Apakah ingin mempelajarinya sekarang?]

Jian Yu mengangguk. “Pelajari.”

Cahaya biru melintas di dalam kesadarannya. Seketika, arus informasi deras masuk, seolah ribuan bilah pedang menari di lautan luas. Ia melihat bayangan ombak raksasa yang tak pernah berhenti menerpa, setiap hempasan membawa kekuatan baru yang lebih kuat dari sebelumnya.

Tubuhnya bergetar. Qi di dalam dantian berputar cepat, lalu menyatu dengan gambaran itu. Rasa sakit menyeruak di meridian, seperti ototnya dipaksa untuk menahan arus sungai yang terlalu deras.

“Khhh…!” Jian Yu meringis, namun tidak menghentikan prosesnya. Ia tahu, inilah harga dari teknik tingkat tinggi.

Beberapa menit kemudian, keringat dingin menetes dari dahinya. Ia membuka mata, cahaya tajam berkilat di sana.

[Selamat! Anda telah mempelajari Teknik Pedang Dewa “Seribu Gelombang”.]

Jian Yu menggenggam pedangnya. Bilahnya bergetar seolah merespons pemilik baru yang telah mendapatkan ilmu agung. Ia berdiri, lalu mengayunkan pedang perlahan.

Suara desir halus terdengar, seperti aliran air yang membelah batu. Tebasan sederhana itu meninggalkan goresan panjang di dinding gua, seakan batu lunak tak mampu menahan tebasan barusan.

“Teknik ini… sangat hebat, bahkan bisa menghancurkan pasukan dalam sekali serangan.”

Ia terdiam sejenak, lalu menatap tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa. Ingatan akan pertarungan tadi kembali memenuhi benaknya terlalu cepat, terlalu brutal. Setiap tebasan mengoyak daging, setiap teriakan lawan terhenti di tengah udara. Jian Yu tahu, jika ia tidak membunuh, maka dialah yang akan mati.

Namun rasa getir tetap menggantung.

Ia duduk kembali, mengatur Qi. Buah roh yang sebelumnya ia makan sudah menguatkan fondasi dantian, kini ia ingin menguji seberapa besar kemajuan yang bisa ia capai dengan teknik baru.

Energi spiritual di sekitar gua ia serap perlahan. Udara terasa berat, seakan setiap partikel berisi kekuatan. Jian Yu menyalurkan Qi itu ke dantian, membiarkannya berputar mengikuti pola baru dari “Seribu Gelombang”.

Di dalam kesadarannya, ia melihat lautan kecil terbentuk di dasar dantian. Gelombang kecil mulai menggulung, setiap riak menekan meridian tubuhnya.

“Ughh…!” tubuhnya gemetar. Qi di dalam tubuhnya mengalir liar, memukul meridian seperti palu. Darah hampir muncrat dari mulutnya, namun ia menahan dengan tekad.

Perlahan, riak itu mereda, berganti dengan pusaran yang lebih stabil.

Jian Yu membuka mata dengan senyum tipis. “teknik sangat hebat bahkan sudah terasa berbeda.”

Ia bangkit. Pandangannya menelusuri gua. Ada celah sempit di dinding, mengarah lebih dalam. Dari sana terasa hembusan angin yang membawa aroma tumbuhan pahit mungkin ada obat roh atau sumber daya lain.

Namun langkahnya tertahan. Suara langkah kaki bergema dari luar gua. Bukan banyak, hanya dua atau tiga orang. Jian Yu langsung meraih pedangnya, berdiri tegak.

“apakah itu pemburu yang tadi .., atau ada orang lain yang berkeliaran di pegunungan ini?”

Beberapa detik kemudian, tiga pemuda masuk. Mereka mengenakan pakaian hitam dengan lambang ular putih di dada lambang Klan Bai, salah satu klan kecil yang terkenal licik di daerah perbatasan.

Pemuda paling depan, bertubuh kurus dengan wajah panjang, melirik mayat-mayat di lantai gua. Senyum sinis terlukis di wajahnya. “Menarik… bocah desa bisa membantai mereka semua? Sepertinya kita menemukan harta karun yang berjalan.”

Jian Yu tidak menjawab. Tangannya menggenggam erat pedang, matanya tajam menatap mereka.

Pemuda lain, berbadan kekar, tertawa kasar. “Apa yang kau sembunyikan di sini, hah? Pil, artefak, atau mungkin teknik? Jangan pikir kau bisa menghabisi mereka sendirian tanpa bantuan sesuatu.”

Suasana gua kembali menegang. Jian Yu tahu, pertarungan yang tak bisa dihindari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!