Bab 1: Hari Penghinaan

Matahari musim panas menggantung terik di atas alun-alun utama Klan Xiao, memanaskan lempengan batu biru hingga terasa menyengat di bawah kaki. Ribuan murid, baik dari cabang dalam maupun luar, berkumpul hari ini. Udara dipenuhi dengan gumaman penuh harap, kegelisahan, dan kesombongan yang tak terhindarkan. Ini adalah hari Ujian Tahunan, sebuah ritual sakral yang akan menentukan status dan alokasi sumber daya bagi para generasi muda untuk satu tahun ke depan.

Di tengah alun-alun, berdiri sebuah monolit hitam setinggi tiga meter yang memancarkan aura kuno. Di permukaannya terukir rune-rune rumit yang akan bersinar untuk mengukur tingkat kekuatan seorang kultivator.

"Selanjutnya, Xiao Chen!"

Suara dingin sang tetua penguji terdengar tanpa emosi, namun cukup keras untuk membelah kerumunan yang ramai. Seketika, ribuan pasang mata menoleh ke satu arah. Bisikan-bisikan yang tadinya samar kini berubah menjadi cemoohan yang lebih jelas.

"Lihat, si jenius yang jatuh itu."

"Sudah empat tahun, aku bertaruh dia masih di tingkat ketiga."

"Sungguh memalukan. Dulu dia adalah harapan terbesar klan kita."

Dari barisan para murid, seorang pemuda kurus dengan jubah biru pudar melangkah maju. Wajahnya sedikit pucat, tetapi matanya yang gelap memancarkan keteguhan hati yang keras kepala, menolak untuk tunduk pada tatapan merendahkan di sekelilingnya. Itulah Xiao Chen.

Setiap langkah menuju monolit terasa seberat menapaki gunung. Empat tahun lalu, dia adalah bintang paling terang di Klan Xiao, mencapai Pengumpulan Qi tingkat ketiga pada usia dua belas tahun, sebuah rekor. Namun, sejak malam itu, mimpi buruknya dimulai. Dantian-nya, pusat spiritual tempat Qi disimpan, terasa seperti saringan berlubang. Tidak peduli seberapa keras dia berlatih, energi spiritual yang ia serap akan lenyap tanpa jejak dalam beberapa jam.

Dia menarik napas dalam-dalam, mengabaikan tatapan tajam di sekelilingnya, dan meletakkan telapak tangannya di permukaan monolit yang dingin. Dia menyalurkan seutas Qi terakhir yang tersisa di tubuhnya ke dalam batu.

Monolit hitam itu bergeming sesaat sebelum tiga rune terbawah bersinar dengan cahaya putih redup, lalu padam. Tidak ada lagi.

Sang tetua penguji meliriknya dengan tatapan kecewa sebelum mengumumkan dengan suara yang menggema, "Xiao Chen, hasil tes: Alam Pengumpulan Qi, tingkat ketiga. Gagal!"

Gagal. Satu kata itu menghantamnya seperti palu godam. Gagal memenuhi syarat untuk sumber daya tambahan. Gagal mempertahankan sedikit pun harga dirinya yang tersisa.

Gelombang tawa yang sebelumnya tertahan kini meledak tanpa ampun. Tawa itu datang dari segala arah, menusuknya seperti ribuan pedang tak terlihat. Dia menundukkan kepalanya, tinjunya terkepal erat di sisinya hingga buku-buku jarinya memutih, urat-urat di lengannya menonjol.

"Hmph, benar-benar sampah. Dia adalah aib terbesar Klan Xiao kita!"

Sebuah suara yang angkuh memotong keributan. Dari kelompok murid inti yang berdiri di dekat panggung utama, seorang pemuda tampan berjubah sutra melangkah maju. Dia adalah Xiao Long, sepupu Xiao Chen, dan jenius nomor satu klan saat ini, sudah berada di puncak Pengumpulan Qi tingkat sembilan.

Xiao Long menatap Xiao Chen dengan senyum mengejek. "Xiao Chen, dengan bakat seperti itu, lebih baik kau menyerah saja pada jalan kultivasi. Pergi urus bisnis keluarga di kota, itu lebih cocok untuk orang cacat sepertimu. Klan Xiao tidak punya sumber daya untuk disia-siakan padamu."

Xiao Chen tetap diam, tetapi napasnya menjadi berat. Dia tahu membantah tidak ada gunanya. Di dunia ini, kekuatan adalah satu-satunya kebenaran. Tanpa kekuatan, kata-katanya tidak lebih berharga dari angin lalu.

Tepat saat dia hendak berbalik dan pergi, sebuah keributan terjadi di gerbang utama alun-alun. Kerumunan murid secara otomatis memberi jalan. Serombongan tamu terhormat telah tiba, aura mereka begitu kuat hingga membuat para murid muda sulit bernapas.

Mereka berasal dari Sekte Pedang Giok, salah satu sekte terkuat di wilayah ini. Di depan rombongan berjalan seorang pria paruh baya berjubah hijau giok, Tetua Su. Auranya setajam pedang yang terhunus. Namun, semua mata tertuju pada gadis muda di sampingnya.

Gadis itu, Su Qingyue, tampak seperti peri yang turun dari lukisan. Wajahnya sempurna tanpa cela, kulitnya seputih giok, dan matanya yang indah memancarkan kedinginan yang membuat orang lain menjaga jarak. Gaun putihnya yang mengalir membuatnya tampak seolah-olah dia bisa terbang terbawa angin kapan saja. Dia adalah tunangan Xiao Chen, sebuah ikatan yang dibuat oleh generasi sebelumnya.

Hati Xiao Chen mencelos. Dia punya firasat buruk. Kedatangan mereka saat ini, di tengah ujian tahunannya yang memalukan, hanya bisa berarti satu hal.

Ayah Xiao Chen, Xiao Zhan, sang kepala klan, segera maju untuk menyambut mereka. "Tetua Su, selamat datang di Klan Xiao. Kehadiran Anda dan Nona Muda Su benar-benar suatu kehormatan."

Tetua Su hanya mengangguk singkat, matanya bahkan tidak memandang Xiao Zhan. Pandangannya menyapu kerumunan sebelum mendarat pada Xiao Chen dengan tatapan dingin dan jijik.

"Kepala Klan Xiao, mari kita tidak berbasa-basi. Saya rasa Anda sudah tahu tujuan kedatangan kami," ucap Tetua Su, suaranya bergema di alun-alun yang kini sunyi senyap.

Su Qingyue melangkah maju selangkah. Dia menatap Xiao Chen, tatapannya tenang namun menusuk. "Xiao Chen," suaranya merdu, tetapi setiap kata terasa seperti es. "Kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Jalan kultivasiku ditakdirkan untuk mencapai langit. Aku akan menjadi burung phoenix yang terbang di antara sembilan surga, sementara kau... hanyalah seekor semut yang merayap di tanah."

Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap. "Perjanjian pernikahan antara kita... mari kita batalkan."

Dunia Xiao Chen seakan runtuh. Meskipun dia sudah menduganya, mendengar kata-kata itu diucapkan secara langsung di depan seluruh klannya terasa seperti jantungnya direnggut keluar.

"Kau... datang jauh-jauh ke sini... hanya untuk mempermalukanku?" Suara Xiao Chen serak, bergetar karena amarah yang ditahan.

"Aku tidak mempermalukanmu. Aku hanya menyatakan fakta," jawab Su Qingyue tanpa emosi. "Jalan kita sudah berbeda. Memaksakan ikatan ini hanya akan menjadi beban bagiku dan penderitaan bagimu."

Dia mengangkat tangannya yang ramping. Sebuah botol giok kecil muncul di telapak tangannya, memancarkan aroma obat yang pekat. "Ini adalah Pil Pembangunan Fondasi. Anggap saja sebagai kompensasi dariku. Mungkin ini bisa memberimu sedikit harapan untuk menembus alam berikutnya, meskipun kemungkinannya kecil."

Clink.

Botol giok itu dilemparkan dan mendarat di kaki Xiao Chen, mengeluarkan suara yang tajam di atas lantai batu.

Penghinaan! Ini adalah penghinaan paling brutal yang bisa dibayangkan! Bukan hanya membatalkan pertunangan, tetapi juga memberinya sedekah seolah-olah dia adalah seorang pengemis!

"HAHA... HAHAHAHA!"

Tawa tiba-tiba pecah dari bibir Xiao Chen. Tawa itu serak, penuh dengan kepahitan, kemarahan, dan keengganan untuk menyerah yang tak terbatas. Dia menatap Su Qingyue, matanya yang biasanya redup kini terbakar dengan api hitam yang ganas.

KRAKK!

Dengan satu tendangan, dia menghancurkan botol giok itu menjadi serpihan. Bubuk pil yang berharga tumpah ke tanah, bercampur dengan debu.

Semua orang terkesiap. Pil Pembangunan Fondasi adalah harta yang bahkan para tetua pun dambakan!

"Kompensasi?" Xiao Chen meludah. "Klan Xiao-ku mungkin tidak sekuat Sekte Pedang Giok-mu, tapi kami masih punya harga diri!"

Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, menatap lurus ke dalam mata Su Qingyue yang kini menunjukkan sedikit keterkejutan. "Baik! Pertunangan ini batal! Tapi ukir kata-kataku hari ini di dalam hatimu, Su Qingyue! Tiga tahun dari sekarang, aku, Xiao Chen, akan datang ke gerbang Sekte Pedang Giok! Aku akan membuatmu mengerti, siapa sebenarnya burung phoenix, dan siapa semut yang kau remehkan!"

Sumpah yang berani itu menggema di alun-alun, membuat semua orang tercengang, sebelum akhirnya disambut oleh tawa mengejek Xiao Long. "Hanya denganmu? Jangan bermimpi!"

Su Qingyue menatap Xiao Chen untuk terakhir kalinya, sedikit rasa kesal muncul di wajahnya yang sempurna, sebelum dia berbalik dengan dingin. "Kalau begitu, aku akan menunggu."

Rombongan Sekte Pedang Giok pergi tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Klan Xiao dalam kekacauan dan Xiao Chen dalam kehancuran.

Xiao Chen tidak mengatakan apa-apa lagi. Dengan punggung lurus yang menyembunyikan dunia penderitaan, ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan alun-alun yang penuh dengan tatapan rumit—cemoohan, kasihan, dan kekaguman sesaat atas keberaniannya.

Saat ia berjalan, tidak ada yang menyadari bahwa telapak tangannya yang terkepal erat telah terluka oleh kukunya sendiri. Setetes darah segar jatuh dari lukanya, menetes tanpa suara ke sebuah manik-manik hitam kusam yang tergantung di lehernya, tersembunyi di balik jubahnya.

Manik-manik itu menyerap tetesan darah itu dalam sekejap, dan sebuah kilatan cahaya yang sangat redup, segelap jurang tak berdasar, berkedip sesaat sebelum lenyap.

Episodes
1 PENAMPILAN WAJAH-WAJAH PEMERAN
2 Bab 1: Hari Penghinaan
3 Bab 2: Kaisar dalam Manik-Manik
4 Bab 3: Langkah Pertama yang Sulit
5 Bab 4: Gudang Obat dan Mata yang Tajam
6 Bab 5: Perspektif Sang Jenius Klan
7 Bab 6: Menempa Tubuh, Menempa Hati
8 Bab 7: Keajaiban Tingkat Keempat
9 Bab 8: Tantangan di Lembah Roh Angin
10 Bab 9: Satu Pukulan
11 Bab 10: Su Qingyue, Sang Bidadari Es
12 Bab 11: Perhatian Para Tetua
13 Bab 12: Hutan Binatang Kabut
14 Bab 13: Perburuan dan Penemuan
15 Bab 14: Kera Roh Lengan Panjang
16 Bab 15: Terobosan Tak Terduga
17 Bab 16: Pertemuan Tak Terduga
18 Bab 17: Gelombang di Dalam Klan
19 Bab 18: Persiapan Menuju Puncak
20 Bab 19: Babak Penyisihan
21 Bab 20: Babak Perempat Final
22 Bab 21: Xiao Chen Vs Xiao Long
23 Bab 22: Kemenangan Xiao Chen
24 Bab 23: Arogansi Klan Lie
25 Bab 24: Panggung Tiga Kota
26 Bab 25: Xiao Chen Vs Lie Huo
27 Bab 26: Kekalahan Lie Huo
28 Bab 27: Final Xiao Chen Vs Wang Chen
29 Bab 28: Fondasi Sempurna dan Harta Karun Tersembunyi
30 Bab 29: Sebuah Perpisahan dan Langkah Pertama
31 Bab 30: Pertarungan Melawan Bandit
32 Bab 31: Karavan Menuju Kota Angin Perak
33 Bab 32: Pil Kelas Sempurna
34 Bab 33: Paviliun Harta Karun
35 Bab 34: Negosiasi dan Kartu Giok Ungu
36 Bab 35: Badai yang Akan Datang
37 Bab 36: Tahap Kedua Penempaan Tubuh
38 Bab 37: Lelang Dimulai
39 Bab 38: Pembuktian dan Wajah yang Tertampar
40 Bab 39: Kekayaan yang Mengejutkan dan Niat Membunuh
41 Bab 40: Taring Anjing Gila
42 Bab 41: Kemarahan Master Serikat Alkemis
43 Bab 42: Teknik Bela Diri
44 Bab 43: Langkah Naga Pertama
45 Bab 44: Undangan dari Tuan Kota
46 Bab 45: Tiga Hari Kemudian
47 Bab 46: Perjamuan Para Penguasa
48 Bab 47: Jawaban dan Sebuah Taruhan Baru
49 Bab 48: Tiga Bulan dan Api Jantung Bumi
50 Bab 49: Lautan Pil dan Palu Spiritual
51 Bab 50: Terobosan Kultivasi dan Tamu Tak Diundang
52 Bab 51: Tekanan Seorang Master dan Hati yang Tenang
53 Bab 52: Resep Pil Kuno
54 Bab 53: Konferensi Dimulai
55 Bab 54: Pemurnian Seratus Roh
56 Bab 55: Hasil yang Tak Terbantahkan dan Babak Kedua
57 Bab 56: Api di Telapak Tangan
58 Bab 57: Babak Final - Pil Kelahiran Naga
59 Bab 58: Kelahiran Sang Naga dan Akhir dari Taruhan
60 Bab 59: Menelan Api Jantung Bumi
61 Bab 60: Meninggalkan Kota Angin Perak
62 Bab 61: Hukum Rimba
63 Bab 62: Menghadapi Tiga Orang Asing
64 Bab 63: Harta Karun dan Peta Baru
65 Bab 64: Perburuan di Wilayah Tengah
66 Bab 65: Api Jantung Bumi dan Pil Energi
67 Bab 66: Perlombaan Menuju Lembah Petir
68 Bab 67: Saat Penghalang Runtuh
69 Bab 68: Lembah Penuh Jebakan
70 Bab 69: Merebut Harta dan Melarikan Diri
71 Bab 70: Persembunyian dan Racun Tulang Es
72 Bab 71: Buah Petir Ungu dan Terobosan Ganda
73 Bab 72: Mencoba Pembentukan Inti
74 Bab 73: Perjalanan ke Lembah Terlarang
75 Bab 74: Di Dalam Sarang Petir
76 Bab 75: Sang Raja Lembah
77 Bab 76: Penantian Sang Pemburu
78 Bab 77: Mencuri Pohon di Bawah Hidung Sang Raja
79 Bab 78: Di Ambang Kematian dan Kelahiran Kembali
80 Bab 79: Pemulihan di Sarang Musuh
81 Bab 80: Raja yang Terluka dan Rencana Perburuan
82 Bab 81: Memancing Sang Kadal Guntur
83 Bab 82: Saat Para Tiran Bertemu
84 Bab 83: Di Dalam Sarang Sang Raja
85 Bab 84: Wanita Berbaju Hitam
86 Bab 85: Aliansi yang Rapuh dan Isi Kotak Tulang
87 Bab 86: Kekacauan dan Peluang
88 Bab 87: Kekacauan di Dalam, Keajaiban di Luar
89 Bab 88: Raja yang Tunduk dan Panen Terakhir
90 Bab 89: Kembali ke Dunia Manusia
91 Bab 90: Cabang Utama dan Pertemuan Tak Terduga
92 Bab 91: Gelombang Baru di Ibukota
93 Bab 92: Jalur Ujian Hati
94 Bab 93: Puncak Gunung dan Tatapan yang Terkejut
95 Bab 94: Gema dari Masa Lalu
96 Bab 95: Bakat yang Menentang Langit
97 Bab 96: Guncangan di Puncak Giok
98 Bab 97: Keputusan Sang Master Sekte
99 Bab 98: Arena Para Jenius
100 Bab 99: Pertarungan Para Pesaing
101 Bab 100: BABAK FINAL XIAO CHEN VS LEI AO
102 Bab 101: Awal yang Baru dan Janji yang Telah Usai
103 Bab 102: Paviliun Pedang Tersembunyi
104 Bab 103: Perpisahan Singkat dan Perjalanan ke Rawa
105 Bab 104: Lembah Beracun dan Buaya Tulang
106 Bab 105: Pertemuan Sesama Murid
107 Bab 106: Api di Tengah Rawa
108 Bab 107: Aliansi yang Dipaksakan
109 Bab 108: Inti Binatang dan Tatapan yang Berbeda
110 Bab 109: Jantung Rawa
111 Bab 110: Umpan Pertama
112 Bab 111: Mencuri Teratai di Tengah Badai
113 Bab 112: Melarikan Diri dari Sarang Naga
114 Bab 113: Keluhan Seorang Kaisar
115 Bab 114: Teratai Es
116 Bab 115: Kembalinya Sang Naga
117 Bab 116: Simpul Karma yang Terlepas
118 Bab 117: Jalan Menuju Nascent Soul dan Dunia yang Lebih Luas
119 Bab 118: Melintasi Prefektur dan Kota Seribu Sungai
120 Bab 119: Geng Ular Hitam
121 Bab 120: Penyelamatan di Sarang Ular
122 Bab 121: Amukan Naga Air dan Budi Klan Shui
123 Bab 122: Hutang Budi dan Perjalanan yang Berlanjut
124 Bab 123: Benua Kuno dan Ujian Pertama
125 Bab 124: Kota Kuno Luan Feng
126 Bab 125: Berjalan di Atas Awan
127 Bab 126: Status Seorang Tuan Terhormat
128 Bab 127: Ibukota Kaisar Ilahi
129 Bab 128: Kota Seribu Harta dan Persiapan Akhir
130 Bab 129: Jalan Kuno Terbuka
131 Bab 130: Penghuni Reruntuhan
132 Bab 131: Menara Kuno dan Pertemuan Pertama
133 Bab 132: Ancaman dari Bawah Tanah dan Bidadari yang Terluka
134 Bab 133: Aliansi di Dalam Reruntuhan
135 Bab 134: Terowongan Kuno dan Sisa-sisa Masa Lalu
136 Bab 135: Api dan Es
137 Bab 136: Menghancurkan Sarang
138 Bab 137: Kekuatan Bintang Tujuh
139 Bab 138: Kepercayaan di Dalam Gua
140 Bab 139: Jalan Para Bintang
141 Bab 140: Ujian Peta Bintang
142 Bab 141: Ruang Warisan dan Kembalinya Para Pesaing
143 Bab 142: Aliansi Para Jenius
144 Bab 143: Empat Penjuru Melawan Iblis
145 Bab 144: Kesepakatan dan Jalan yang Terpisah
146 Bab 145: Pegunungan Logam Runtuh
147 Bab 146: Tempaan Logam Bintang
148 Bab 147: Petunjuk Terakhir dan Gurun Tulang Raksasa
149 Bab 148: Hukum Ketajaman dan Fondasi Sempurna
150 Bab 149: Pertemuan di Puncak Kuno
151 Bab 150: Pertarungan di Puncak Dunia
152 Bab 151: Benturan Para Monster
153 Bab 152: Huangfu Jue Yang Licik
154 Bab 153: Amukan Naga Emas
155 Bab 154: Yang Terakhir Berdiri
156 Bab 155: Guncangan di Ibukota
157 Bab 156: Pemahaman di Ruang Warisan
158 Bab 157: Fondasi yang Mengguncang Langit
159 Bab 158: Istana Kekaisaran
160 Bab 159: Rencana Baru
161 Bab 160: Perjalanan ke Barat
162 Bab 161: Arwah Penasaran dan Sungai Duka
163 Bab 162: Pertarungan Melawan Kesedihan
164 Bab 163: Penemuan Sebuah Telur Aneh
165 Bab 164: Kelahiran Sang Tiran Cilik
166 Bab 165: Kecerdasan Sang Naga
167 Bab 166: Perburuan dan Pesta Si Rakus
168 Bab 167: Petunjuk dari Paviliun Harta
169 Bab 168: Tiba Di Ngarai Gemetar
170 Bab 169: Di Bawah Tekanan Gunung
171 Bab 170: Aliansi yang Diuji
172 Bab 171: Janji yang Terpenuhi
173 Bab 172: Bai Lingshuang Yang Misterius
174 Bab 173: Perpisahan
175 Bab 174: Lautan Setan Chaotic
176 Bab 175: Pulau Para Iblis
177 Bab 176: Lembah Tulang Putih
178 Bab 177: Sergapan Malam Hari dan Pencuri Kecil
179 Bab 178: Jenderal Kembar dan Jebakan Maut
180 Bab 179: Menghancurkan Kolam Darah
181 Bab 180: Amukan Raja Iblis
182 Bab 181: Medan Perang Pilihan
183 Bab 182: Menantang Surga
184 Bab 183: Penghakiman Kaisar
185 Bab 184: Kembali ke Ibukota dan Petunjuk Terakhir
186 Bab 185: Perjalanan Ke Sekte Langit Abadi
187 Bab 186: Mengetuk Gerbang
188 Bab 187: Guncangan di Puncak Es
189 Bab 188: Menyembuhkan Sang Bidadari
190 Bab 189: Restu Sekte Langit Abadi
191 Bab 190: Taman Para Dewa yang Terlupakan
192 Bab 191: Sungai Waktu dan Ikan Kenangan
193 Bab 192: Menyeberangi Sungai Waktu
194 Bab 193: Jantung Taman Abadi
195 Bab 194: Menaklukkan Diri Sendiri
196 Bab 195: Warisan Kehidupan dan Selamat Tinggal Kunlun
197 Bab 196: Persiapan
198 Bab 197: Tungku Langit dan Bumi
199 Bab 198: Kelahiran Kembali Sang Kaisar Dewa Alkemis
200 Bab 199: Kaisar Tanpa Kultivasi
201 Bab 200: Menembus Paksa Batas Dunia
202 ( SPESIAL BAB ) Gema dan Perpisahan Misterius
203 ( SPESIAL BAB ) Riak di Antara Para Bidadari
Episodes

Updated 203 Episodes

1
PENAMPILAN WAJAH-WAJAH PEMERAN
2
Bab 1: Hari Penghinaan
3
Bab 2: Kaisar dalam Manik-Manik
4
Bab 3: Langkah Pertama yang Sulit
5
Bab 4: Gudang Obat dan Mata yang Tajam
6
Bab 5: Perspektif Sang Jenius Klan
7
Bab 6: Menempa Tubuh, Menempa Hati
8
Bab 7: Keajaiban Tingkat Keempat
9
Bab 8: Tantangan di Lembah Roh Angin
10
Bab 9: Satu Pukulan
11
Bab 10: Su Qingyue, Sang Bidadari Es
12
Bab 11: Perhatian Para Tetua
13
Bab 12: Hutan Binatang Kabut
14
Bab 13: Perburuan dan Penemuan
15
Bab 14: Kera Roh Lengan Panjang
16
Bab 15: Terobosan Tak Terduga
17
Bab 16: Pertemuan Tak Terduga
18
Bab 17: Gelombang di Dalam Klan
19
Bab 18: Persiapan Menuju Puncak
20
Bab 19: Babak Penyisihan
21
Bab 20: Babak Perempat Final
22
Bab 21: Xiao Chen Vs Xiao Long
23
Bab 22: Kemenangan Xiao Chen
24
Bab 23: Arogansi Klan Lie
25
Bab 24: Panggung Tiga Kota
26
Bab 25: Xiao Chen Vs Lie Huo
27
Bab 26: Kekalahan Lie Huo
28
Bab 27: Final Xiao Chen Vs Wang Chen
29
Bab 28: Fondasi Sempurna dan Harta Karun Tersembunyi
30
Bab 29: Sebuah Perpisahan dan Langkah Pertama
31
Bab 30: Pertarungan Melawan Bandit
32
Bab 31: Karavan Menuju Kota Angin Perak
33
Bab 32: Pil Kelas Sempurna
34
Bab 33: Paviliun Harta Karun
35
Bab 34: Negosiasi dan Kartu Giok Ungu
36
Bab 35: Badai yang Akan Datang
37
Bab 36: Tahap Kedua Penempaan Tubuh
38
Bab 37: Lelang Dimulai
39
Bab 38: Pembuktian dan Wajah yang Tertampar
40
Bab 39: Kekayaan yang Mengejutkan dan Niat Membunuh
41
Bab 40: Taring Anjing Gila
42
Bab 41: Kemarahan Master Serikat Alkemis
43
Bab 42: Teknik Bela Diri
44
Bab 43: Langkah Naga Pertama
45
Bab 44: Undangan dari Tuan Kota
46
Bab 45: Tiga Hari Kemudian
47
Bab 46: Perjamuan Para Penguasa
48
Bab 47: Jawaban dan Sebuah Taruhan Baru
49
Bab 48: Tiga Bulan dan Api Jantung Bumi
50
Bab 49: Lautan Pil dan Palu Spiritual
51
Bab 50: Terobosan Kultivasi dan Tamu Tak Diundang
52
Bab 51: Tekanan Seorang Master dan Hati yang Tenang
53
Bab 52: Resep Pil Kuno
54
Bab 53: Konferensi Dimulai
55
Bab 54: Pemurnian Seratus Roh
56
Bab 55: Hasil yang Tak Terbantahkan dan Babak Kedua
57
Bab 56: Api di Telapak Tangan
58
Bab 57: Babak Final - Pil Kelahiran Naga
59
Bab 58: Kelahiran Sang Naga dan Akhir dari Taruhan
60
Bab 59: Menelan Api Jantung Bumi
61
Bab 60: Meninggalkan Kota Angin Perak
62
Bab 61: Hukum Rimba
63
Bab 62: Menghadapi Tiga Orang Asing
64
Bab 63: Harta Karun dan Peta Baru
65
Bab 64: Perburuan di Wilayah Tengah
66
Bab 65: Api Jantung Bumi dan Pil Energi
67
Bab 66: Perlombaan Menuju Lembah Petir
68
Bab 67: Saat Penghalang Runtuh
69
Bab 68: Lembah Penuh Jebakan
70
Bab 69: Merebut Harta dan Melarikan Diri
71
Bab 70: Persembunyian dan Racun Tulang Es
72
Bab 71: Buah Petir Ungu dan Terobosan Ganda
73
Bab 72: Mencoba Pembentukan Inti
74
Bab 73: Perjalanan ke Lembah Terlarang
75
Bab 74: Di Dalam Sarang Petir
76
Bab 75: Sang Raja Lembah
77
Bab 76: Penantian Sang Pemburu
78
Bab 77: Mencuri Pohon di Bawah Hidung Sang Raja
79
Bab 78: Di Ambang Kematian dan Kelahiran Kembali
80
Bab 79: Pemulihan di Sarang Musuh
81
Bab 80: Raja yang Terluka dan Rencana Perburuan
82
Bab 81: Memancing Sang Kadal Guntur
83
Bab 82: Saat Para Tiran Bertemu
84
Bab 83: Di Dalam Sarang Sang Raja
85
Bab 84: Wanita Berbaju Hitam
86
Bab 85: Aliansi yang Rapuh dan Isi Kotak Tulang
87
Bab 86: Kekacauan dan Peluang
88
Bab 87: Kekacauan di Dalam, Keajaiban di Luar
89
Bab 88: Raja yang Tunduk dan Panen Terakhir
90
Bab 89: Kembali ke Dunia Manusia
91
Bab 90: Cabang Utama dan Pertemuan Tak Terduga
92
Bab 91: Gelombang Baru di Ibukota
93
Bab 92: Jalur Ujian Hati
94
Bab 93: Puncak Gunung dan Tatapan yang Terkejut
95
Bab 94: Gema dari Masa Lalu
96
Bab 95: Bakat yang Menentang Langit
97
Bab 96: Guncangan di Puncak Giok
98
Bab 97: Keputusan Sang Master Sekte
99
Bab 98: Arena Para Jenius
100
Bab 99: Pertarungan Para Pesaing
101
Bab 100: BABAK FINAL XIAO CHEN VS LEI AO
102
Bab 101: Awal yang Baru dan Janji yang Telah Usai
103
Bab 102: Paviliun Pedang Tersembunyi
104
Bab 103: Perpisahan Singkat dan Perjalanan ke Rawa
105
Bab 104: Lembah Beracun dan Buaya Tulang
106
Bab 105: Pertemuan Sesama Murid
107
Bab 106: Api di Tengah Rawa
108
Bab 107: Aliansi yang Dipaksakan
109
Bab 108: Inti Binatang dan Tatapan yang Berbeda
110
Bab 109: Jantung Rawa
111
Bab 110: Umpan Pertama
112
Bab 111: Mencuri Teratai di Tengah Badai
113
Bab 112: Melarikan Diri dari Sarang Naga
114
Bab 113: Keluhan Seorang Kaisar
115
Bab 114: Teratai Es
116
Bab 115: Kembalinya Sang Naga
117
Bab 116: Simpul Karma yang Terlepas
118
Bab 117: Jalan Menuju Nascent Soul dan Dunia yang Lebih Luas
119
Bab 118: Melintasi Prefektur dan Kota Seribu Sungai
120
Bab 119: Geng Ular Hitam
121
Bab 120: Penyelamatan di Sarang Ular
122
Bab 121: Amukan Naga Air dan Budi Klan Shui
123
Bab 122: Hutang Budi dan Perjalanan yang Berlanjut
124
Bab 123: Benua Kuno dan Ujian Pertama
125
Bab 124: Kota Kuno Luan Feng
126
Bab 125: Berjalan di Atas Awan
127
Bab 126: Status Seorang Tuan Terhormat
128
Bab 127: Ibukota Kaisar Ilahi
129
Bab 128: Kota Seribu Harta dan Persiapan Akhir
130
Bab 129: Jalan Kuno Terbuka
131
Bab 130: Penghuni Reruntuhan
132
Bab 131: Menara Kuno dan Pertemuan Pertama
133
Bab 132: Ancaman dari Bawah Tanah dan Bidadari yang Terluka
134
Bab 133: Aliansi di Dalam Reruntuhan
135
Bab 134: Terowongan Kuno dan Sisa-sisa Masa Lalu
136
Bab 135: Api dan Es
137
Bab 136: Menghancurkan Sarang
138
Bab 137: Kekuatan Bintang Tujuh
139
Bab 138: Kepercayaan di Dalam Gua
140
Bab 139: Jalan Para Bintang
141
Bab 140: Ujian Peta Bintang
142
Bab 141: Ruang Warisan dan Kembalinya Para Pesaing
143
Bab 142: Aliansi Para Jenius
144
Bab 143: Empat Penjuru Melawan Iblis
145
Bab 144: Kesepakatan dan Jalan yang Terpisah
146
Bab 145: Pegunungan Logam Runtuh
147
Bab 146: Tempaan Logam Bintang
148
Bab 147: Petunjuk Terakhir dan Gurun Tulang Raksasa
149
Bab 148: Hukum Ketajaman dan Fondasi Sempurna
150
Bab 149: Pertemuan di Puncak Kuno
151
Bab 150: Pertarungan di Puncak Dunia
152
Bab 151: Benturan Para Monster
153
Bab 152: Huangfu Jue Yang Licik
154
Bab 153: Amukan Naga Emas
155
Bab 154: Yang Terakhir Berdiri
156
Bab 155: Guncangan di Ibukota
157
Bab 156: Pemahaman di Ruang Warisan
158
Bab 157: Fondasi yang Mengguncang Langit
159
Bab 158: Istana Kekaisaran
160
Bab 159: Rencana Baru
161
Bab 160: Perjalanan ke Barat
162
Bab 161: Arwah Penasaran dan Sungai Duka
163
Bab 162: Pertarungan Melawan Kesedihan
164
Bab 163: Penemuan Sebuah Telur Aneh
165
Bab 164: Kelahiran Sang Tiran Cilik
166
Bab 165: Kecerdasan Sang Naga
167
Bab 166: Perburuan dan Pesta Si Rakus
168
Bab 167: Petunjuk dari Paviliun Harta
169
Bab 168: Tiba Di Ngarai Gemetar
170
Bab 169: Di Bawah Tekanan Gunung
171
Bab 170: Aliansi yang Diuji
172
Bab 171: Janji yang Terpenuhi
173
Bab 172: Bai Lingshuang Yang Misterius
174
Bab 173: Perpisahan
175
Bab 174: Lautan Setan Chaotic
176
Bab 175: Pulau Para Iblis
177
Bab 176: Lembah Tulang Putih
178
Bab 177: Sergapan Malam Hari dan Pencuri Kecil
179
Bab 178: Jenderal Kembar dan Jebakan Maut
180
Bab 179: Menghancurkan Kolam Darah
181
Bab 180: Amukan Raja Iblis
182
Bab 181: Medan Perang Pilihan
183
Bab 182: Menantang Surga
184
Bab 183: Penghakiman Kaisar
185
Bab 184: Kembali ke Ibukota dan Petunjuk Terakhir
186
Bab 185: Perjalanan Ke Sekte Langit Abadi
187
Bab 186: Mengetuk Gerbang
188
Bab 187: Guncangan di Puncak Es
189
Bab 188: Menyembuhkan Sang Bidadari
190
Bab 189: Restu Sekte Langit Abadi
191
Bab 190: Taman Para Dewa yang Terlupakan
192
Bab 191: Sungai Waktu dan Ikan Kenangan
193
Bab 192: Menyeberangi Sungai Waktu
194
Bab 193: Jantung Taman Abadi
195
Bab 194: Menaklukkan Diri Sendiri
196
Bab 195: Warisan Kehidupan dan Selamat Tinggal Kunlun
197
Bab 196: Persiapan
198
Bab 197: Tungku Langit dan Bumi
199
Bab 198: Kelahiran Kembali Sang Kaisar Dewa Alkemis
200
Bab 199: Kaisar Tanpa Kultivasi
201
Bab 200: Menembus Paksa Batas Dunia
202
( SPESIAL BAB ) Gema dan Perpisahan Misterius
203
( SPESIAL BAB ) Riak di Antara Para Bidadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!