Pagi yang cerah tiba-tiba berubah menjadi momok bagi Narynra saat hendak menaiki sepeda motornya. Ban motornya kempes semua, membuatnya merasa sangat kesal dan frustrasi. Dia menghela nafas dengan keras, mengangkat tangan kanannya ke atas kepala sambil menggelengkan kepala, menunjukkan rasa kesalnya yang semakin meningkat.
Hari ini dia buru-buru pergi ke kampus untuk menemui dosen bimbingan skripsinya, dan kejadian ini membuatnya semakin terlambat. "Pake acara ban bocor segala, huftttttt.....", ucap Narynra sambil menghela nafas dengan frustrasi, tangan kirinya terkapar di samping tubuhnya sementara tangan kanannya masih berada di atas kepala.
Dengan tidak ada pilihan lain, Narynra balik masuk ke rumah, menghampiri ayahnya di ruang makan dengan harapan ayahnya bisa membantu. Dia berjalan dengan langkah yang cepat, menunjukkan rasa kesalnya yang masih membara.
"Ayah bisa ga antar aku ke kampus dulu?" tanya Narynra penuh harapan, berharap ayahnya bisa memahami betapa pentingnya pertemuan dengan dosen bimbingan skripsinya. Dia berdiri di depan ayahnya, tangan kanannya terulur ke depan sambil menatap ayahnya dengan mata yang berharap.
Namun, Edward menjawab dengan nada yang lugas, "Ayah ada meeting pagi, ga bisa antar kamu. Emang motor kamu kenapa sampai minta antar ayah?" Edward meletakkan tangan kanannya di atas meja sambil menatap Narynra dengan mata yang penasaran.
Narynra menjelaskan dengan nada sedikit kesal, "Kayaknya bocor deh yah, soalnya semua ban nya kempes. Ayah ga bisa kah meetingnya di undur bentar? Aku buru-buru banget mau ketemu dosen bimbingan skripsi aku." Dia mengangkat kedua tangannya ke atas, dia memohon dengan mata yang berharap, berharap ayahnya bisa memahami keadaannya yang sulit. Dengan nada yang lembut dan penuh harap, dia memohon kepada ayahnya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
Namun, Edward dengan tegas menjawab, "Ga bisa, ini meeting penting bareng klien dari luar negeri." Nada suaranya yang tegas menunjukkan bahwa keputusan ini tidak bisa diubah lagi. "Gini aja kamu di antar Lukas," ucap Edward mengusulkan, sambil menoleh ke arah Lukas yang sedang berada di sebelahnya. Dengan nada yang santai namun tetap berwibawa, Edward berharap solusi ini bisa diterima oleh Narynra dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
"Lukas anter Ade kamu, gapapa kamu telat meeting nanti ayah yang handle bagian kamu," ucap Edward dengan nada yang tenang dan meyakinkan, sambil menatap Lukas yang berada di sebelahnya. Dengan sedikit anggukan kepala, Edward memberi isyarat kepada Lukas untuk melaksanakan tugas tersebut.
Lukas menjawab dengan santai, "Baik yah," sambil tersenyum dan menganggukkan kepala, menunjukkan kesediaannya untuk mengantar Narynra ke kampus.
Edward tersenyum, merasa yakin bahwa Lukas bisa membantu Narynra. Edward menganggukkan kepala, menunjukkan rasa puas dengan keputusannya.
Narynra tidak punya pilihan lain, sehingga dia menerima tawaran ayahnya meskipun tidak terlalu senang dengan ide tersebut. Dengan menghela nafas, Narynra menganggukkan kepala dan mengikuti Lukas ke mobil.
Di sepanjang jalan, tidak ada obrolan antara Lukas dan Narynra, hanya keheningan yang menyelimuti suasana. Narynra menatap keluar jendela, menunjukkan rasa kesal dan frustrasi yang masih membara.
Sesampainya di kampus, Narynra keluar dari mobil Lukas, sementara beberapa orang memperhatikan Narynra sambil berbisik-bisik.
Lukas membuka kaca pintunya dan berbicara dengan nada santai. "Lo ntar pulang sendiri, gue ga punya waktu jemput lo," ucap Lukas tersenyum dengan sinis.
Narynra menatap Lukas dengan mata yang menyala, merasa sangat kesal dengan sikap Lukas.
"Oh iya btw ban motor lo itu gue yang kempesin hahaha," ucap Lukas lalu tertawa,
Narynra mengancam Lukas, merasa sangat marah dengan perbuatan Lukas. "Gue aduin ayah ya," ucap Narynra sambil mengepalkan tangan dengan marah, menunjukkan rasa amarah yang tidak terkendali.
Lukas meledek Narynra dengan senyum sinisnya, "Aduin aja gue ga takut, ayah juga ga akan percaya. Anggap aja ini pembalasan buat semalem, karna lo ga jawab pertanyaan gue," Lukas tersenyum dengan sinis. sambil menutup kaca mobilnya setelah selesai berbicara.
Narynra sangat geram mendengar ucapan Lukas, merasa Lukas telah mempermainkannya. "Awas aja ntar gue bales," ucap Narynra menatap Lukas dengan mata yang menyala, menunjukkan rasa ancaman yang serius.
Lukas melajukan mobilnya, meninggalkan Narynra yang masih berdiri di tempat, merasa sangat kesal dan berniat membalas perbuatan Lukas. Narynra melihat kepergian mobil Lukas dengan mata yang menyala, rasa amarah dan kesal masih membara di dalam dirinya. Dengan langkah yang cepat, Narynra berjalan menuju gedung kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments