"Alah, ni anak ngeyel bener loh, udah sini di bersihin dulu luka-nya nanti mah sakit itu loh kecil juga."Ucap mba letta.
"Udah hayuk jangan sungkan-sungkan, sudah berapa kali lah mba sama abang–mu itu bilang, anggaplah kita ini keluarga mu jangan malu-malu seperti itu, kami itu menyayangi kamu seperti adik kami sendiri loh dek."Ucap mba letta ngomel dengan lantang seperti sedang memarahi Aluna, padahal tidak.
"I–iya mba."Ucap Aluna tidak enak hati, lalu dia mengikuti mba letta ke dalam ruko-nya itu, memang Aluna sudah sering main ke tempat mba letta dan bang andri begitu—pun sebaliknya.
Aluna masuk ke dalam ruko bang andri, dan mulai di obati lukanya oleh mba leta, celana jeans-nya di gunting bagian luka–nya dan mulai di bersihkan oleh mba letta.
"Awwwww."Desis Aluna saat merasakan perih di bagian luka yang di bersihin oleh mba letta.
"Sakit ya, tahan ya."Ucap mba letta.
"Iya mba."Jawab Aluna.
"Lain kali hati-hati loh yon bawa motornya jangan ngebut-ngebut."Ucap mba letta.
"Ya mau gimana lagi mba, namanya juga musibah mau ngebut atau engga tetep aja kalo udah takdirnya begini."Ucap Aluna.
"Iya si, tapi se engganya kalo pelan-pelan kan kitanya gak kenapa-kenapa Lun."Ucap mba letta.
"Ini juga gak kenapa-kenapa mba, cuman lecet dikit aja."Ucap Aluna.
"Kamu nih Lun kenapa ngeyel kali lah."Ucap mba letta."Udah."Lanjutnya sambil membawa kembali kotak p3k miliknya dan menaruhnya lagi di atas lemari pakaiannya.
"hehehe, makasih ya mba."Ucap Aluna.
"Iya, kamu udah makan belum?"tanya mba letta.
"Udah mba."Jawab Aluna.
"Yaudah istirahat aja dulu kamu, mba mau lanjutin kerjaan mba dulu."Ucap mba letta.
"Aku pulang aja deh mba, gapapa kan motor aku tinggal aja disini."Ucap Aluna.
"Kamu mau pulang sama siapa?"Tanya mba letta.
"Naik ojol aja lah mba."Ucap Aluna.
"Mba anterin aja ya."Ucap mba letta.
"Eh, gak usah mba, ngerepotin terus deh."Ucap Aluna dia tidak enak hati kepada mbak letta dan juga bang andri yang selalu baik kepadanya itu.
"Kamu yakin bisa sendiri?"Tanya mba letta.
"Bisa mba, kan naik ojol, aku bawa motor dari tempat kejadian sampai ke sini aja bisa kok."Ucap Aluna sambil tertawa.
"Hadehh,m, kamu ini ya, yaudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa kabarin mba aja."Ucap mba letta sambil berjalan bersama Aluna ke depan bengkel.
"Iya mba."Jawab Aluna.
"Udah di obatin dek?"Tanya bang andri.
"Udah bang."Jawab Aluna.
"Yaudah, istirahat aja dek di dalam."Ucap bang andri.
"Dia mau pulang loh katanya bang."Ucap mba letta.
"Pulang sama siapa?"tanya bang andri.
"Naik ojol katanya."Jawab mba letta.
"Anterin mbak mu aja."Ucap bang andri.
"Gak usah bang, Luna bisa sendiri."Ucap Aluna.
"Aku udah nawarin tadi, tapi katanya dia mau naik ojol aja."Ucap mba letta.
"Yaudah itu ojolnya udah dateng."Ucap Aluna nunjuk kang ojek yang ada di depan bengkel. "Aku pulang dulu ya bang, mbak, makasih loh, aku titip si pinky ya buat dia mulus seperti sebelumnya lagi ya."Ucap Aluna kepada bang andri dan mba letta.
"Iya, hati-hati loh dek."Ucap bang andri dan mba letta bersamaan.
"Iya mba."Ucap Aluna, dia menyalami tangan mbak letta, sedangkan tangan bang andri tidak karna sangat kotor di penuhi oli, bang andri juga tidak memperbolehkan Aluna menyalami dirinya.
Aluna kembali ke rumahnya di antarkan oleh abang ojol, di perjalanan dia hanya termenung memikirkan bagaimana cara dia harus mendapatkan uang sebanyak itu, sedangkan pendapatan dia dari menulis saja tidak sebanyak itu, memang dia ada tabungan tapi itu cadangan buat dia sewaktu-waktu nanti jika membutuhkan.
**
Sedangkan Haris kini sudah berada di rumahnya, dia tidak pulang ke apartementnya karna sang mami memintanya untuk pulang ke rumah.
"Haris kamu sudah sampe nak."Ucap nyonya Ghania saat melihat putra satu-satunya itu memasuki mansion mewah miliknya.
"Iya mi, ada apa mi?"tanya Haris.
"Apa-nya yang ada apa, memangnya mami gak boleh nyuruh anak mami pulang ke rumah?"tanya nyonya Ghania dengan wajah sendunya.
"Bukan begitu mi, kan mami biasanya kalo nelpon Haris pasti ada yang mau mami sampaikan."Ucap Haris, lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa mewah yang ada di sana.
"Tante."Ucap Reza.
"Eh Za, "Ucap nyonya Ghania kepada sang keponakan.
"Eh Haris, gimana apa kamu sudah memiliki kekasih? Kalo belum mami punya nih cewek cantik, baik lagi, "Ucap nyonya Ghania dengan wajah cerianya.
"Siapa?"tanya Haris. "Anak temen mami?"Lanjutnya.
"Bukan, tadi mami gak sengaja ketemu dia di mall, mami nabrak dia, dia baik banget, karna liat baju mami basah akibat di siram minuman sama temen mami, dia meminjamkan sweaternya kepada mami, katanya takut mami masuk angin, padahal kalo mami mau mami bisa mampir dulu di salah satu butik di sana untuk membeli pakaian."Ucap nyonya Ghania.
"Apa? Siapa yang berani menyiram mami dengan minuman?"Tanya Haris.
"Udah itu gak penting."Ucap nyonya Ghania.
"Yang terpenting wanita yang meminjamkan mami sweater itu."Ucap nyonya Ghania lagi.
"Mi, yang benar saja, Haris mau di jodohkan sama perempuan yang Haris gak kenal, bahkan mami aja gak kenal kan sama dia, hanya karna wanita itu meminjamkan mami sweater jadi mami menganggapnya baik gitu? Jangan ngaco mi, gimana kalo dia anak seorang bandar narko*a? Atau anak seorang narapida*a? Mami mau aku nikah sama orang sembarangan?"Ucap Haris, dia tidak habis pikir dengan pikiran maminya itu.
Nyonya Ghania terdiam, ada benarnya juga yang di katakan oleh Haris.
"Baiklah, mami akan menyelidikinya."Ucap nyonya Ghania bahkan setelah sang anak mengucapkan ketakutannya dia tidak gentar sama sekali.
"Oh astaga."Ucap Haris frustasi sambil menutup wajahnya dengan jas mahal miliknya.
Nyonya Ghania tidak pernah gentar untuk mencarikan calon istri untuk anak semata wayang-nya itu, dia sudah sangat geram dengan ghibahan para teman-temannya yang mengatakan jika anak lelaki-nya itu tidak normal, padahal memang usia segitu jika di luar negri baru akan mencari jati diri, dia masih terbilang masih mudah dengan usia 32 tahun jika di luar negri, tapi karna ini di indonesia usia segitu sudah menjadi gunjingan buat semuanya, apalagi jika seorang perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments