Dalam ruangan yang hening dua insan yang berbeda usia dan jenis itu duduk berhadapan, tak ada suara keduanya sama-sama diam dan fokus pada urusan masing-masing. Bapak dosennya sibuk mencatat sesuatu, sedangkan mahasiswinya melirik kesekitar ruangan yang terasa bak tempat interogasi.
Azmi melirik pada kertas bergaris yang tertulis deretan nama mahasiswa yang ikut dalam mata kuliah bapak Athar. Di angka terakhir namanya tertulis disana, ia masih diam tak ingin tanya sesuatu karena takut salah ucap lagi.
"Kau tahu, kenapa saya panggil kamu kesini?" tanya itu dosen yang sudah selesai mendata ulang.
"Ya mana saya tahu, kan dari tadi bapak diam dan menulis saja," jawab Azmi dengan polosnya, yang penting dia menjawabnya lantas apa salahnya.
"Kenapa gak bertanya?" tanya dosen itu lagi yang menghela nafas sebal.
"Saya takut salah panggil bapak dengan kakak senior lagi, saya kan masih baru disini," jawab Azmi dengan jujur.
"Nah, itulah kesalahan kamu," ucap si bapak.
Azmi menganga, benar kata sepupunya dosen itu tensian dan juga mereka itu pada killer. Tak ada yang namanya dosen baik hati, jadi jangan samakan dosen dengan guru. Level dan pendidikannya saja sudah beda begitu pun cara ngajarnya, jadi kudu kuat mental dan kuat iman.
Kuat mental kalau dosennya killer abis, kuat iman kalau dosennya seganteng bapak Prof, Dr. Atharrazka Abdillah. Sejelas itu ia bisa melihat ketampanan bapak dosennya dari dekat, sampai ia harus menahan deguban jantungnya yang temponya meningkat saat wajah itu menatapnya.
"I-iya, Pak. Saya minta maaf," ucap Azmi menundukkan kepalanya dengan sesekali melirik pada dosen yang di incar para mahasiswi itu.
"Begini, karena kamu masih baru saya ingin kamu membuat makalah dengan tema apa saja. Saya harus tahu kemapuan kamu, karena kesan kamu diawal sangat buruk. Apalagi saat kamu mengucapkan kata Anjirr, sangat-sangat tak sopan," papar bapak Athar.
Mata Azmi membulat menatap wajah pak dosen itu, ia baru sadar ternyata ia sedang dihukum karena masalah sepele itu. Tangannya yang ada dibawah meja itu mengepalkan dan bibirnya cemberut, kala mendengar hukuman didapatnya adalah membuat makalah.
"Iya pak," ucap Azmi menyetujui hukuman yang diberikan oleh pak dosen.
Setelah selesai berbicara dengan pak Athar, dengan langkah malas Azmi berjalan kekantin ia duduk di bangku kosong yang tak ada satu pun orang disana. Pikirannya mumet, baru masuk sudah dapat hukuman dari bapak dosen alih-alih kenalan dengan teman atau cowok tajir.
Kan, ia bisa berbagi ilmu sosialitas. Cita-citanya tak setinggi langit emang, ia hanya ingin jadi pengacara saja seperti sang ayah. Hidup dengan tenang dan menjadi pengacara hebat, segitu saja sudah cukup baginya.
"Gini amat hidup ku," gerutu Azmi menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan yang berada diatas bangku.
"Emang hidup lo kenapa?" suara lelaki menyahut dan bertanya padanya.
Sontak Azmi menoleh pada sumber suara itu, ia ingat lelaki itu adalah teman sekelasnya yang sama-sama belajar hukum.
"Boleh duduk disini?" ucap lelaki itu meminta ijin.
Azmi mengangguk pelan, ia kaget ada lelaki yang mau dekat dengannya. Semasa SMA saja tak ada yang mau dekat dengannya kerena dekil dan hitam. Dulu ia tak pernah memakai skin care, berbeda dengan sekarang ia punya penghasilan sendiri meski sedikit, biaya kuliahnya pun dibantu kakaknya yang sudah bekerja.
"Kalau boleh tahu hidup lo itu kenapa?" tanya lelaki itu.
"Kamu itu namanya siapa, ya? Maaf aku gak nyimak absenan," tanya Azmi yang membuat laki-laki itu terkekeh pelan.
"Kamu itu lucu banget, ya. Ok! Kita kenalan aja dulu," laki-laki itu menyodorkan tangannya pada Azmi.
Dengan ragu Azmi menjabat tangan lelaki tersebut.
"Nama gue Anggara, panggil aja Angga," lelaki itu dengan tersenyum.
"Azmi," sahut Azmi dengan singkat.
"Nama yang manis, semanis orangnya," puji Anggara menggombali gadis polos itu.
"Jangan gombal-in aku, aku mungkin lebih tua dari kamu," ujar Azmi pura-pura gak keGeeran, padahal hatinya tersenyum dibilang manis.
Seorang pedagang menghampiri mereka, ia membawa nampan yang berisi dua mie ayam dan dua teh botol. Mamang pedagang itu menaruhnya di bangku tepat Azmi dan Angga.
Azmi menatap heran pada pedagang tersebut, ia merasa tak memesan apapun malah duduk dan langsung menyandarkan mukanya.
"Mang, saya kan gak pesan apa-apa," ucap Azmi memberitahukan dan menjelaskan.
"Angga yang pesan dan bayar," ujar si mamang.
Azmi melirik pada Angga yang sudah menyeruput teh botolnya, ia hendak mengatakan sesuatu tapi keduluan sama lelaki tersebut.
"Makan aja, gue traktir," ucap Angga, tapi Azmi masih menatap mangkuk dan teh botol yang ada dihadapannya.
Ada rasa takut dihatinya, dengan makanan yang dihidangkan oleh orang lain.
Menyadari keterdiaman nya Azmi, Angga sempat heran tapi ia hempaskan segera.
"Ada apa?" tanya lelaki itu sambil memakan mie ayam yang sudah ia campur aduk dengan sambalnya.
"Ini gak ada sianidanya, kan," bisik Azmi.
Makanan yang harusnya masuk ketenggorokan malah masuk kehidung, itulah yang Angga rasakan hingga hidungnya terasa perih dan panas. Ucapan Azmi ini menurutnya sangat konyol, dengan motif apa ia harus memasukan racun itu pada gadis yang baru dikenalnya.
"Elo itu ada-ada aja," sontak Anggara melirik pada Azmi yang menatapnya dengan wajah polos khas anak SD.
"Maaf, aku harus berhati-hati dengan pemberian orang lain. Apalagi yang belum aku kenal sama sekali, sekali lagi aku minta maaf gak bisa terima traktiran kamu," ucap Azmi dengan halus menolaknya.
Azmi beranjak dari tempat duduknya, sementara Anggara hanya menatapnya dengan membeku. Baru kali ini ada cewek yang menolak traktirannya, memang mereka belum kenal lama tapi ...
Anggara mengusap pipinya lalu dagunya, "Emang gua kurang ganteng, ya." pikirnya.
Selama ini tak ada satu pun cewek yang menolaknya karena ia berasal dari keluarga konglomerat, namun melihat Azmi yang berbeda dari cewek yang mendekatinya ia tersenyum.
"Sangat menantang," gumam Anggara, tak berkedip ia melihat Azmi yang berjalan menjauh dari kantin.
...----------------...
Dirumah, tepatnya dikamar Azmi mulai mencari bahan untuk membuat makalah yang akan diberikan pada bapak dosen, dengan laptop bekas kakaknya ia mulai membaca tiap analisis yang menjadi tema karya tulis ilmiahnya.
Juga buku yang ia pinjam dari perpustakaan, untuk mencocokkan dan menjelaskan sedetail mungkin tema yang akan ia tulis. Suara tekanan laptop itu terdengar lincah, kala tangan mungil gadis itu menuliskannya dengan cepat.
Drrrrtttt
Drrrrrtttt
Bunyi ponselnya menyala dan berdering mengusik ketenangannya untuk belajar dan menulis, ia raih dan menggeser tombol hijau yang tertera dibawah layar. Kemudian Azmi menghentikan aktivitasnya dan fokus pada orang yang sedang menghubunginya, mungkin berita penting.
"Mimi, apa kabar adikku yang centil, ceroboh tapi cerdas?" suara wanita menyapanya dengan pertanyaan kabar tentangnya.
"Baik Mil, kamu gimana?" sahut Azmi sembari memutar badannya kearah kanan.
"Gue mau sekarat, Mi. Abis mau dijodohin sama bujang lapuk," ujar Kamila, kakak sepupu Azmi.
"Setan, lo! Ngomong gak ada benernya, lo mau kawin jangan bikin malu keluarga, Mil. Kan, elo udah setuju ama perjodohannya uwa dan temennya," tutur Azmi memberikan nasehat seolah ia paling bener.
"Lebih tepatnya dipaksa setuju, Mi. Elo kagak kenal uma gue aja, beliau akan melakukan segala cara untuk melakukan keinginannya. Anaknya aja dijadikan tumbal perkawinan ama bujang lapuk, mana dosen lagi kerjaannnya," ungkap Kamila panjang lebar.
Mendengar pekerjaan calon suami sepupunya, Azmi jadi ingat sama pak Athar. Tiba-tiba kesal jadinya mengingat ia dihukum karena masalah sepele, emang tuh dosen tensian dia pikir dosen gak semuanya killer ternyata realita dan faktanya tak jauh dari mitosnya. Dosen emang killer.
"Kok gue jadi inget Dosen gue, ya," terdengar suara tawa kamila disebrang sana.
"Pasti dosennya killer, iya kan. Dan elo dihukum bikin makalah tema bebas, dido'akan berjodoh lahir batin sampe jannah." suara tawa kamila masih menggema diponsel hitam itu.
"Anjirr, setan emang lo," umpat Azmi.
"Amit-amit si jabang bayi, berjodoh ama tuh dosen. Otak gue masih waras, mil," ujar Azmi mengetuk-ketuk kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
nah itu udah di do'akan sama sepupunya biar jodoh sama pak dosen 😁😁😁
2025-10-08
0
kalea rizuky
jangan2 dosen nya yg mau di jodohin sama temen mu mi
2025-10-07
0
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2025-10-02
0