Jessica tersentak kala Felix tiba-tiba berdiri di hadapannya sekarang. Lelaki bertubuh tinggi itu justru mendapatkan tamparan tepat di dadanya. Mungkin karena tubuhnya yang tinggi, tamparan Stella jadi meleset.
Sama seperti Jessica, Stella juga melebarkan mata karena Felix menghadangnya. Dengan cepat dia pun menurunkan tangan lalu menatap tajam Felix.
"Apa-apaan kau?! Minggir kau, anak ini harus diberi pelajaran!" seru Stella.
"Tidak bisa Nyonya, tugas saya adalah melindungi Nona Jessica." Tanpa berniat menggeser kaki, Felix pun menanggapi.
Mendengar respons Felix, Stella semakin melotot. Sebab untuk pertama kalinya, pengawal baru yang ditugaskan menjaga Jessica, melawannya. Padahal sebelum-belumnya, pengawal Jessica yang sudah resign, tidak berani padanya atau pun ikut campur urusan perdebatan dia dan Jessica.
"Berani kau melawanku! Kau itu hanya pengawal rendahan! Oh aku tahu pasti Jessica sudah membuka kakinya untukmu kan," cicit Stella dengan seringai tipis terlihat di wajah.
"Kalau iya, memangnya kenapa?" Felix ingin membalas. Namun, Jessica terlebih dahulu membuka suara. Kali ini dia menggeser kaki sedikit, dengan berdiri tepat di samping Felix.
Seharusnya Jessica marah dengan perkataan mama tirinya barusan, tapi wanita berwajah tegas itu justru tampak tenang dan memandang Stella dengan tatapan remeh sekarang.
Berbeda dengan Felix. Dia spontan melebarkan mata, terlihat sangat terkejut dengan reaksi Jessica barusan.
"Dasar jalang kau!" seru Stella. Sekali lagi dia mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan tamparan di pipi Jessica. Namun, pergelangan tangannya berhasil ditangkap Jessica.
"Kau lah jalang sesungguhnya!" Jessica langsung menghempas kuat tangan Stella, hingga Stella terhuyung-huyung ke belakang sesaat.
Stella mendengus kesal. "Jessica berani sekali kau melawan Mamamu ini?!" sahutnya dengan penuh penekanan.
Jessica tersenyum miring. "Mama katamu? Jangan gila Nyonya Stella Owen, Mamaku hanyalah Brenda Maverick, sedangkan kau hanyalah seorang wanita penggoda!" balasnya.
Membuat mata Stella semakin menyala-nyala. Dia ayunkan kembali tangan ke udara, tapi tangannya ditangkap lagi. Kali ini yang menangkap bukan Jessica melainkan Felix.
Melihat hal itu Jessica tiba-tiba tertawa cukup kuat. Dia tengah menertawai kebodohan mama tirinya itu karena selalu gagal menamparnya.
"Lepaskan aku!" pekik Stella dengan mata melotot keluar.
"Maaf Nyonya, tindakan Anda tidak bisa dibiarkan," balas Felix, dengan raut wajah datar.
"Kau benar, Felix. Tindakan wanita ini memang tidak benar, sudahlah aku malas bertatap muka denganmu! Aku pergi, haha!" Jessica memutuskan berlari menuju lift sambil membawa ponselnya yang sudah dimatikan. Karena panggilan tak kunjung diangkat Aiden.
"Hei kau! Aku belum selesai denganmu!" Melihat kepergian Jessica, Stella semakin meradang. Dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman Felix, tapi lelaki bertubuh tinggi ini terlalu kuat.
Jessica tak menyahut, malah kembali tertawa sambil mengacungkan jari tengah saat pintu lift mulai tertutup di ujung sana.
"Kemari kau! Aku belum selesai bicara denganmu!!!" jerit Stella lagi, bagai orang kesetanan.
Setelah pintu lift benar-benar tertutup, secepat kilat dia menoleh ke arah Felix.
"Lepaskan aku, bajingan! Apa kau ingin kuadukan pada suamiku hah?!"
Setelah berkata demikian, Felix mendadak melepaskan tangan Stella.
"Maaf Nyonya, tindakan yang saya lakukan hanya untuk melindungi Nona Jessica, jika Nyonya ingin mengadukan saya pada Tuan Aiden, silakan saja. Saya permisi dulu." Sambil menundukkan kepala sedikit, Felix lantas berkata.
Stella melebarkan mata karena Felix bersikap amat tenang meski sudah diancam. Dia hendak membalas balik perkataan Felix. Akan tetapi, Felix tiba-tiba melangkah cepat menuju lift.
"Kau!" Stella hanya bisa menahan kesal. Menatap kepergian Felix dengan tatapan penuh amarah.
Selepas pintu lift tertutup di ujung sana. Stella kembali berkicau sendiri.
"Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus menghilangkan nyawa anak itu," ucap Stella lirih. Sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri.
***
(Lantai Tiga)
Meninggalkan Stella yang tengah murka. Felix dibuat kebingungan dengan tingkah Jessica sekarang.
Entah kerasukan setan atau apa. Wanita bertubuh molek itu meminta Felix menemaninya sebentar di dalam kamar.
Felix diterpa keheranan. Kendati demikian harus tetap menjalankan tugas. Di sini lah dia menunggu Jessica keluar dari bilik kamar mandi.
"Lakukan apa saja yang putriku inginkan Felix, jika keinginannya di luar batas, lakukan lah sesuka hatimu, asal jangan sampai dia menangis,"ucap Aiden kala itu, ketika proses penerimaan dia sebagai pengawal pribadi tengah berlangsung.
Masih berdiri di sudut kamar, mata Felix sesekali berputar di ruang bernuansa biru itu. Entah mengapa perasaan Felix jadi tidak tenang sekarang. Terlebih, sikap Jessica tadi nampak mencurigakan.
Tiga menit sebelumnya, saat pintu kamar dibuka, Jessica tidak melayangkan tatapan sinis padanya seperti tatapan pertama kali mereka bertemu. Namun, malah melempar senyum tipis sambil memandangnya dengan tatapan penuh arti.
"Seharusnya tadi aku tidak menuruti perkataannya, apa yang dia rencanakan sekarang? Apa dia ingin membunuhku?" kata Felix sambil merapikan kacamata yang bertengker di hidung mancungnya sesekali.
"Oh my, aku mikir apa sih? Dia kan cuma seorang gadis."
Felix menggeleng cepat, mengusir pikiran anehnya itu. Felix mencoba untuk positif thinking. Berharap Jessica tidak membunuhnya. Namun, pikiran positifnya itu mendadak menghilang tatkala pintu ruang kamar mandi tiba-tiba terbuka lebar.
Jessica keluar dari sana, dengan memakai gaun malam yang tembus pandang. Hingga pakaian dalamnya berwarna merah terlihat sekarang. Tidak hanya itu, wanita berambut panjang itu juga membawa sebuah pisau.
Untuk apa pisau itu? Felix sedikit bingung. Dia pun dengan cepat memalingkan muka sambil menelan air ludahnya berkali-kali sekarang.
"No—na, se—benarnya waktu menjaga saya sudah ha—bis," ucap Felix terbata-bata dan sedikit panik.
Melihat siluet Jessica tadi, membuat burung Felix seketika berdiri.
'Hei kau sialan! Ini bukan waktu yang tepat untuk kau bangun!' batin Felix sejenak sambil memandang ke bawah sana sekilas. Dia juga sesekali meraba-raba dadanya karena jantungnya mendadak berdetak sangat cepat sekarang.
Sambil melangkah menghampiri Felix, Jessica melempar senyum penuh arti. "Lalu kau mau pulang sekarang? Tidak boleh, aku minta ditemani," ucapnya, penuh makna.
Membuat telapak tangan Felix jadi mulai berkeringat dingin. Ketika Jessica berusaha mendekat, Felix tanpa sadar memundurkan kaki ke belakang.
"Tapi No-na–"
"Eh, Nona! Jangan ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments