Sebelum pulang ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan Nilam dan Angga, Novia meminta izin untuk menetap di Jakarta saja. Memang sudah lama istrinya itu merasakan tidak betah tinggal di Lampung. Selain tidak punya teman, Bintara akhir-akhir ini tidak punya banyak waktu untuk menemani Novia di apartemen seperti biasanya.
Bintara tidak menaruh curiga dengan permintaan Novia yang memilih tinggal terpisah dengannya. Hanya sedikit merepotkan saja hidup terpisah. Bintara jadi harus sering pulang pergi Jakarta Lampung, setiap kali dia merindukan Novia dan butuh istrinya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Terkadang Bintara harus menahan diri, karena terhalang pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Proyek yang Bintara kerjakan harus segera diselesaikan sebelum akhir tahun.
Akhirnya satu bulan yang lalu Bintara pulang ke Jakarta, setelah hampir tiga Minggu dia menahan rindu pada istrinya. Itu pun Bintara paksakan pulang karena ingin menjenguk kakek Mahendra yang dikabarkan sedang sakit.
Bintara tidak menyangka, kunjungannya ke kediaman kakek Mahendra justru mendapatkan laporan yang tidak menyenangkan dari asisten rumah tangga kediaman kakeknya.
Wanita paruh baya yang ikut mengasuh Bintara sejak kecil itu menghampiri Bintara. "Den, ada yang ingin Mbok bicarakan," ucap mbok Darmi.
"Bicara saja Mbok," jawab Bintara.
Mbok Darmi pun memberitahu Bintara, jika dia mendengar suara laki-laki di kediaman Bintara di saat Bintara tidak berada di rumah. Bintara mengenal Mbok Darmi orang yang jujur. Jadi. Tidak mungkin membohongi Bintara. Apalagi bagi mbok Darmi, Bintara sudah seperti anaknya sendiri.
Laporan dari mbok Darmi membuat Bintara meminta bantuan sahabatnya. Bintara meminta sahabatnya untuk mencarikan orang yang bisa menyelidiki keseharian Novia selama tinggal terpisah darinya.
Hasil penyelidikan orang yang dicarikan sahabatnya itu, membuat Bintara akhirnya memasang cctv di setiap sudut kediamannya. Hasilnya, selama satu minggu ini Bintara melihat sendiri perbuatan menjijikan istrinya. Seperti sekarang ini, Bintara bisa mendengar dengan jelas percakapan Novia dan Angga.
"Aku pulang dulu Via," ucap Angga sambil memberikan satu kecupan di bibir kakak ipar istrinya itu. Mereka baru saja selesai melakukan penyatuan. Bahkan milik Angga masih berada di dalam milik Novia.
"Tidak bisakah menginap saja?" Novia tidak rela Angga meninggalkannya. Dia masih menginginkan pelukan hangat dari suami Nilam itu.
Sementara Bintara yang mendengar percakapan itu hanya bisa mengepalkan tangannya, menahan amarah. Bintara kecewa dan marah pada Novia, tapi dia lebih marah lagi karena Novia melibatkan Nilam. Banyak pria lain diluar sana, mengapa harus suami adiknya yang Novia jadikan selingkuhannya.
"Aku hanya bilang lembur pada Nilam, bukan keluar kota." Angga menjawab sambil menarik miliknya yang masih bersarang di milik Novia.
Bukan Novia namanya jika membiarkan Angga begitu saja. Istri Bintara itu justru menahan Angga untuk tidak melepaskan juniornya yang masih bersarang di inti tubuhnya.
"Baru jam delapan. Kita masih bisa bermain sekali lagi," ucap Novia.
Tanpa persetujuan Angga, Novia menukar posisi. Sekarang Angga yang berada di bawah. "Aku bantu besarkan lagi," ucap Novia. Mana bisa Angga menolaknya. Inilah yang dia suka dari Novia, nakal namun Angga suka.
Jangan tanyakan bagaimana perasaan Bintara mendengar ucapan istrinya yang luar biasa itu. Benar-benar menjijikkan, Novia tidak pernah seperti itu padanya. Bintara tidak sampai hati jika Nilam harus mengetahui hal ini. Tapi Bintara tidak mungkin tidak memberitahu Nilam tentang hubungan terlarang antara Novia dan Angga.
Hubungan Novia dan Angga terus berlanjut. Karena setelah malam pertama itu, Novia sering datang berkunjung ke rumah Nilam dan Angga. Istri Bintara itu beralasan kesepian, karena Bintara tidak pulang. Dan setiap kali mengunjungi Nilam, Novia selalu mencari kesempatan untuk menggoda Angga.
Seperti yang pernah Novia katakan, "Aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja Angga." Setelah mereka menghabiskan malam untuk pertama kalinya di malam pertama Angga dan Nilam.
Novia benar-benar tidak melepaskan Angga, atau sebenarnya Angga yang tidak ingin lepas dari Novia? Hanya Angga yang tahu jawabannya. Yang pasti, setiap kali mereka bertemu, selalu saja berakhir di tempat tidur.
Hampir setiap hari Angga mengunjungi kediaman Novia. Bintara bekerja diluar kota, membuat Angga punya banyak kesempatan untuk bermain dengan Novia. Tidak hanya di kamar, mereka menjelajahi semua tempat di rumah itu untuk memuaskan nafsu mereka. Seperti malam ini. Mereka melakukannya di sofa depan televisi. Angga lupa jika ada istri yang menunggunya pulang.
"Aku pulang," ucap Angga yang sudah rapi.
Kali ini dia benar-benar pulang. Malam sudah sangat larut. Bahkan sebentar lagi dini hari. Satu kali lagi yang Novia katakan menjadi berkali-kali. Sungguh luar biasa memang perbuatan mereka. Menyia-nyiakan yang halal, berlama-lama dengan yang haram.
Saat Angga tiba di rumah, dia menemukan Nilam tertidur di sofa. Angga bergegas masuk ke kamar tamu untuk mengganti pakaiannya. Menyimpan pakaian kotornya di kotak laundry. Jangan sampai istrinya tahu dia tidak mandi di rumah. Angga sengaja membuat kamar mandinya basah, agar Nilam mengira Angga mengunakan kamar mandi itu.
Merasa tidak ada yang mencurigakan lagi, Angga memindahkan Nilam ke tempat tidur yang ada di kamar tamu. Angga tidak kuat jika harus membawa Nilam ke lantai dua. Dia kelelahan dan mengantuk. Novia malam ini benar-benar menguras tenaganya.
Dari sekian banyak wanita yang tidur dengannya. Hanya Novia yang bisa mengimbangi keperkasaannya. Karena itu, Angga sulit melepaskan Novia meskipun dia tahu dia salah. Kesalahannya, dia dan Novia terlambat bertemu. Andai saja semasa dia berusaha mendapatkan Nilam sudah bertemu Novia, mungkin Angga berhenti mengejar istrinya ini.
Pagi harinya Nilam terbangun di samping Angga. Nilam terkejut karena dia berada di kamar tamu dan ada Angga disampingnya. Hal yang sangat jarang terjadi. Karena Angga lebih sering tidur di kamar tamu ini seorang diri.
Setelah mengumpulkan kesadarannya dengan sempurna. Nilam memperhatikan Angga yang masih tidur dengan pulas. Lagi-lagi kesempatan yang langkah bisa memperhatikan suaminya tidur. Hingga mata Nilam menemukan banyak tanda kemerahan di leher dan dada Angga.
Jelas sekali itu tanda gigitan sisa percintaan. Nilam memang belum berpengalaman dalam hal ini. Bukan berarti dia tidak mengetahui tanda-tanda seperti itu.
Nilam pun meninggalkan Angga untuk menenangkan diri. Ingin menyangkal, tapi tanda itu sangat jelas. Sekarang Nilam tahu, mengapa Angga tidak pernah menyentuhnya. Bukan sedih, Nilam justru bersyukur. Inilah jawaban dari doa-doanya selama ini yang Nilam panjatkan, meminta petunjuk mengenai hubungannya dengan Angga.
Tidak akan ada air mata untuk sebuah penghianatan. Nilam akan mencari bukti tentang perselingkuhan Angga, sebelum dia mengajukan perceraian ke pengadilan. Tidak ada kata maaf untuk sebuah perselingkuhan, meskipun Nilam sendiri belum bisa mencintai Angga.
Nilam mengingat nasehat guru agamanya. Ustadzahnya pernah berkata, "Bisa menikah dengan orang yang kita cintai itu harapan. Mencintai orang yang menikah dengan kita itu kewajiban."
Nilam sedang berusaha untuk mencintai Angga, meskipun itu sulit. Tapi dia justru menemukan penghianatan Angga. Mungkin inilah mengapa Nilam sulit mencintai suaminya itu.
Biarpun Nilam belum mencintai Angga, bukan berarti Angga bisa berkhianat seperti ini. Nilam merasa Angga telah merendahkan harga dirinya sebagai seorang istri.
"Apa mungkin ini yang membuat abang Tara ingin bertemu besok?"
Nilam bergumam sendiri. Dia teringat janjinya bertemu dengan Bintara. Jika benar karena masalah Angga selingkuh, itu berarti suaminya tidak akan selamat. Nilam tahu betul bagaimana sikap Bintara bila mengetahui ada yang menyakiti keluarganya, khususnya pada mama Ratih, Nurma dan Nilam.
Pagi-pagi sekali Nilam sudah pergi ke sekolah, meninggalkan Angga yang masih tidur dengan pulas. Nilam sengaja tidak membangunkan suaminya itu. Nilam melihat Angga sepertinya kelelahan setelah bermain kemarin malam.
Tapi Nilam tetap menyiapkan Angga sarapan. Agar suaminya itu tidak curiga bila Nilam sudah mengetahui apa yang Angga lakukan di belakangnya.
Tiba di sekolah Nilam menyempatkan untuk sarapan bekal yang dia bawa. Tidak berselang lama, Sisil datang. Sahabat Nilam itu terkejut dengan kehadiran sahabatnya sepagi ini. Karena sejak menikah, Nilam berangkat kerja setelah Angga pergi ke kantor.
"Pagi sekali datangnya Bu Guru Cantik," ucap Sisil sambil menggoda Nilam.
Sahabat Nilam itu mengikuti panggilan Adela untuk Nilam, setelah dia mendengar cerita Nilam kemarin tentang daddy Adela yang ikut memanggilnya bu guru cantik.
Nilam tidak menggubris godaan Sisil. Dan itu tentu saja membuat Sisil jadi bertanya-tanya. "Masih kepikiran pertemuan siang ini sama abang kamu itu?" tanya Sisil.
Nilam menggeleng. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. "Bantu aku cari bukti perselingkuhan mas Angga," jawab Nilam.
Bukan tanpa sebab Nilam meminta bantuan Sisil. Sahabat Nilam itu juga korban dari perselingkuhan yang membuatnya menjadi janda anak satu sampai sekarang. Sisil punya pengalaman dalam hal mencari bukti perselingkuhan mantan suaminya. Karena dia pernah melakukan untuk dirinya sendiri.
"Angga?" Ulang Sisil takut salah dengar.
"Kamu yakin?" Sisil kembali bertanya setelah mendapat anggukan dari Nilam.
"Aku yakin," jawab Nilam. Lalu dia menceritakan apa yang dia lihat di leher dan dada Angga.
"Tidak mungkin karena gigitan serangga, kan?" Nilam mengakhiri penjelasannya dengan pertanyaan. Pertanyaan yang tidak perlu Sisil jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ais
mantabb thor langsung sat set mampus kamu pasangan slengki ngak sbr si angga dibuat koma sm bintara dan si novi jalang dicerai talak tiga smoga karma terus memgikuti kedua pasangan haram ini jijik sumpah
2025-09-11
1
Ila Lee
bagus nilam lelaki seperti angga tidak harus ditangisi Allah masih sayang kn diri MU Nilan akhirnya kau thu apa yg selama ini semua hanya kebohongan jantan keparat di potong burung nya baru tahu😡😡😡😡😡
2025-09-17
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᨰ
air matamu terlalu berharga nilam untuk laki² berengsekk macam angga
2025-09-16
1