Bab.5

Beberapa hari kemudian di Paviliun Teratai, Permaisuri Jesselyn terlihat fokus membuat sebuah syal yang hampir jadi.

Walaupun pikirannya mengacu pada Ethan yang tiba-tiba mengajaknya bicara.

"Yang Mulia, apa menurut anda perubahan Yang Mulia Kaisar ini hanya pura-pura atau siasat darinya??" Tanya Marry sambil melihat junjungannya menyelesaikan pekerjaannya.

"Hmm, aku pun tak tahu mengapa ia berbeda, Marry Sebelumnya, ia bahkan sama sekali tak mau menemuiku." Jawab Jesselyn.

"Tapi ada satu yang aku khawatirkan ketika Yang Mulia mulai memperhatikanku." Lanjut Jesselyn.

Tangannya berhenti merajut dan matanya berkaca-kaca. Jelas sekali ia terlihat murung.

"Apa yang anda khawatirkan, Yang Mulia??" Tanya Marry.

"Huftt, ketika Yang Mulia memperhatikanku, itu berarti ia mulai merespon dengan baik seorang wanita tak seperti sebelumnya. Hal ini akan membuat Dewan Kanan dan Kiri sibuk menyodorkan kandidat Selir." Keluh Jesslyn.

Marry menutup mulutnya lalu menatap iba pada junjungannya. Baru saja merasakan sedikit angin segar karena akhirnya dilihat sang Suami, ia harus menahan rasa sakit dan cemburu karena berbagi cinta.

"Nah, sudah jadi. Ayo temani aku ke ruang kerja Yang Mulia." Ajak Jesselyn.

Marry terkejut tapi langsung mengangguk. Pelayan lain pun menunduk lalu mengikuti sang Permaisuri. Iringan Permaisuri itu dilihat Ibu Suri Agung yang kebetulan ada diluar Paviliunnya.

"Kira-kira, mau kemana Permaisuri??" Tanya Ibu Suri Agung pada Pelayannya.

"Hamba tidak tahu, Yang Mulia."

Ibu Suri Agung hanya diam dan memperhatikan sekejap lalu pergi masuk ke dalam Paviliun.

Di perjalanan, Marry akhirnya bertanya mengapa Jesselyn ingin ke ruang kerja Kaisar.

"Yang Mulia, apa yang ingin anda lakukan?? Yang Mulia Kaisar pasti akan mengusir anda." Ucap Marry.

"Aku hanya ingin mengetesnya." Balas singkat Jesselyn.

Jesselyn bertujuan menguji apakah Ethan sudah berubah atau belum. Sebelumnya saat mendekati musim dingin, Jesselyn selalu mencoba membuatkan syal untuk Ethan walaupun ditolak pada akhirnya.

Sesampainya dilorong ruang kerja Ethan, Jesselyn terkejut melihat dari kejauhan Frederick dan Count Erland yang menunduk dan membantu membersihkan pecahan gelas.

Pelayan yang melihat kedatangan Permaisuri langsung berlutut dan bersujud sementara Frederick dan Count Erland berlutut.

"Salam Yang Mulia Permaisuri." Ucap Frederick.

"Ah, Frederick! Apa Yang terjadi??" Tanya Jesselyn.

Kasim Wang terlihat gugup dan bingung lalu akhirnya menjawab saat melihat tatapan seperti ingin menguliti dari Marry.

"Yang Mulia ada didalam. Namun, beliau sepertinya dalam kondisi emosi."

Brakkk

Pintu ruang kerja ditendang dari dalam memperlihatkan Ethan yang terlihat kesal. Sontak semua orang termasuk Jesselyn berlutut.

"Yang Mulia, aku menyapa anda." Ucap Jesselyn datar.

Ia menunggu. Biasanya Ethan akan langsung mengusirnya bahkan tanpa melihat wajahnya.

"Masuklah Permaisuri. Tunggu aku didalam.." Ucap Ethan sedikit halus.

Semua orang terkejut termasuk Jesselyn saat mendengar nada halus Ethan. Biasanya ia akan mengamuk dan mengusir Permaisuri dari hadapannya.

Jesselyn pulih dari rasa terkejutnya lalu mengangguk patuh.

"Baik, Yang Mulia." Sahut Jesselyn. lalu masuk.

Pintu ditutup dan ekspresi wajah Ethan kembali terlihat kesal. Ia menatap tajam Frederick yang sudah ketakutan setengah mati.

"Frederick Jonathan!"

"S-saya Y-yang M-mulia."

"Minta Juru Tulis Kekaisaran untuk menungguku di Aula. Ada Dekrit Kaisar yang akan kuturunkan."

Krett brakk

Ethan segera masuk tanpa menunggu jawaban dari Frederick. Frederick hanya mengangguk lalu pergi bersama pengawal.

Di dalam ruang kerja, Jesselyn sudah duduk menunggu Ethan. Saat melihat Ethan mendekat, ia ingin bangkit dan memberi penghormatan.

Namun, ia dihentikan Ethan hanya dengan mengangkat tangannya.

Ethan pun akhirnya duduk di hadapan Jesselyn. Jesselyn sedikit gugup karena manik kelam Ethan menatapnya seolah menginterogasinya.

"Yang Mulia, jauhkan tatapan anda dariku. Tak biasanya Yang Mulia menatapku begitu lekat." Ucap Jesselyn datar.

"Hahahah, apa kau gugup??" Tanya Ethan sambil terkekeh.

Wajah Jesselyn memerah namun ia segera menormalkannya kembali. Jesselyn pun segera mengeluarkan kotak tempat syal yang akan diberikan pada Ethan dan meletakkannya diatas meja.

"A-ku M-membuatkan anda sebuah syal." Ucap Jesselyn sedikit terbata.

Ia sudah siap mental jika Ethan membuangnya. Namun angannya itu tak terjadi saat Ethan membuka dan mengambil syal buatannya dari dalam kotak.

"Terima kasih, Permaisuri." Ucap Ethan dengan tulus.

"Tapi itu tidak gratis, Yang Mulia. Ada bayarannya." Ucap Jesselyn.

Raut wajah Ethan berubah malas. Ia meletakkan syal-nya kedalam kotak lalu menutupnya kembali dan menatap mata Jesselyn.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!