"Secara konservatif, jika tidak ada komplikasi, sekitar satu tahun. Jika beruntung, mungkin bisa bertahan hingga dua tahun. Hanya saja kemungkinan itu..." Merasakan aura dingin yang semakin mengancam dari pria di hadapannya, dokter itu tidak berani melanjutkan kalimatnya.
Meskipun wajah Mason tidak menunjukkan ekspresi apa pun mendengar perkataan dokter, kedua tangannya yang terkepal di belakang punggung dengan urat-urat yang menonjol jelas menunjukkan gejolak emosinya.
"Aku mengerti."
Mason berbalik dan berjalan menuju lift. Aimee tadi berkata ingin sekali makan kue dari toko pastry kesukaannya. Selagi Aimee tertidur, Mason berencana menyetir sendiri untuk membelikannya.
Sosok tegap itu melangkah cepat keluar dari gerbang rumah sakit. Di saat yang bersamaan, sosok mungil lain berlari tergesa-gesa memasuki gerbang rumah sakit.
***
Seorang gadis berlari tergesa-gesa menuju ruang gawat darurat. Karena berlari dengan cepat, dahinya yang mulus itu basah oleh butir-butir keringat halus.
"Dokter, bagaimana keadaan ayah saya?" Melihat dokter keluar dari ruang gawat darurat, gadis itu segera menghampiri dan mencengkeram lengan sang dokter.
"Anda keluarga dari Cedric Bigler?"
Gadis itu mengangguk dengan antusias. "Saya putrinya. Maaf, ada apa dengan ayah saya?" Setengah jam yang lalu, ketika ia masih di dalam kelas, tiba-tiba menerima telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa ayahnya sedang dirawat darura dan memintanya segera datang. Setelah menutup telepon dan menjelaskan situasinya kepada dosen, ia langsung bergegas ke sini.
"Ayah Anda didiagnosis mengidap kanker hati stadium lanjut dan sangat memerlukan transplantasi hati. Kebetulan rumah sakit kami memiliki donor hati yang cocok. Jika operasi transplantasi hati tidak segera dilakukan, ayah Anda mungkin tidak akan bisa bertahan lebih dari beberapa hari."
Perkataan dokter itu membuat otak gadis itu seakan berhenti berfungsi sepenuhnya.
Selama ini ia memang tahu bahwa hati ayahnya bermasalah dan selalu minum obat, namun tidak pernah menyangka kondisinya sudah seserius ini!
"Lalu... berapa biaya untuk operasi transplantasi hati?" tanya gadis itu dengan suara bergetar. Meski tidak ditanya pun, ia sudah tahu pasti biayanya sangat besar.
"Perkiraan konservatif sekitar 400.000 franc Swiss."
Mendengar perkataan dokter, gadis itu melepaskan cengkeramannya pada lengan dokter dan membiarkan tangannya jatuh lemas.
400.000 franc...
Duduk di luar pintu ruang gawat darurat, gadis itu menundukkan kepala dan air mata mengalir diam-diam di wajahnya yang bersih.
400.000 franc... Dari mana ia bisa mendapatkan jumlah uang sebesar itu!
Ayahnya hanya seorang guru sekolah menengah biasa. Gaji sebulannya setelah dipotong sewa apartemen dan biaya hidup, hanya tersisa sedikit.
Sementara ia masih mahasiswa semester dua dan belum memiliki sumber penghasilan.
Ia adalah anak angkat ayahnya, dan di rumah tidak ada saudara lain, jadi tidak ada tempat untuk meminjam uang.
Tangan mungilnya yang kurus mencengkeram ujung bajunya dengan erat. Ia tidak ingin menyerah. Ayah yang tidak memiliki hubungan darah dengannya itu selalu merawatnya seperti anak kandung sendiri. Bagaimana mungkin ia menyerah pada saat seperti ini!
Tapi 400.000 franc...
Bagaimana caranya ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu...
Seorang perawat menghampiri gadis itu. Melihatnya menangis begitu sedih, perawat itu agak sungkan untuk berbicara.
"Permisi, apakah Anda Nona Chiara Laurene? Ini tagihan biaya pertolongan pertama untuk ayah Anda tadi. Mohon segera diselesaikan pembayarannya."
Mengusap air matanya, Chiara menerima bon tagihan dari perawat.
"Terima kasih, saya akan segera membayarnya."
Setelah menyelesaikan pembayaran, Chiara berjalan menuju bangsal tempat ayahnya dirawat.
Setelah membayar biaya tadi, uang yang tersisa hanya 5.000 franc. 5.000 ke 400.000 perbedaannya begitu jauh seperti langit dan bumi.
Karena berjalan sambil menunduk, Chiara tidak sengaja menabrak seseorang di tikungan koridor.
"Ah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments