TUAN BESAR MO

Rahang Grace mengeras, dengan sekuat tenaga dia mencoba menghempas tangan Ethan. Lalu tiba-tiba, “Hatchi!”

Grace baru saja bersin tepat di depan wajah Ethan. Seketika saja, wajah suaminya itu memerah. “Grace kau sengaja ya!”

Sambil bersedekap tangan, Grace berkata, “kalian berdua jika ingin bermesraan, bisa tidak jangan merepotkanku!”

“Oh ya ampun, kalian ini bersemangat sekali, sampai-sampai tidak memberiku waktu untuk mengganti baju-ku yang basah!”

“Sungguh sial sekali!” Kata Grace dengan muka masam sembari membalikan badan dan meninggalkan keduanya.

Baru saja ditinggal, tiba-tiba Ethan ikut bersin-bersin. Sarah langsung berkata, “Kak Ethan, sepertinya kau tertular Flu?”

“Kau sebaiknya jangan dekat dulu, takut nanti malah menularimu!” kata Ethan yang memang sudah sedikit terserang flu.

“Bagaimana mungkin aku mengabaikan! Ayo aku antar ke kamar, nanti aku buatkan sup Pereda flu!”

Ethan tersenyum lembut, dimatanya selama ini memang Sarah selalu lemah lembut. Berbeda dengan Grace yang sedikit bar bar.

Pada saat ini di dalam kamar Grace, meski dia sudah mandi air hangat dan berganti baju. Tapi tetap saja sepertinya tidak bisa menghindar dari Flu. Di pagi hari, tubuhnya terasa mengalami demam. Meski sakit dia tetap harus pergi bekerja.

Ada rapat penting yang tidak bisa dia tinggalkan. Tapi ketika dia tiba di sana, malah mendapati Ethan tidak datang. Pagi tadi, Ethan sudah mau pergi ke kantor. Hanya saja, Sarah memaksa Ethan agar beristirahat demi alasab agar tidak menulari yang lainnya. Saran Sarah, sebaikanya Ethan berisitrahat dulu.

Mendapati semua orang sudah di ruangan rapat, hati Grace semakin menggebu ketika membaca pesan singkat dari ponsel Ethan. “Rapat hari ini, kau yang pimpin!”

“Apakah kepalanya baru saja terantuk lebah! Aku ini hanya asistennya, bagaimana mungkin menggantikannya mempin rapat!” pikir Grace sambil menekan nomor ponsel suaminya itu.

Satu kali, dua kali, diketiga kali barulah Ethan menjawab, “Aku tidak masuk, hari ini beristirahat dulu!”

“Apa kepalamu baru tersepak kuda ya! Mereka semua yang ada di dalam sana adalah para CEO rekanan perusahaan kita!”

“Katakan saja aku sakit! Mereka akan mengerti!” kata Ethan langsung menutup sambungan ponselnya.

“Ethan… Ethan…!” panggil berbisik berbalut kesal sambil menghentakan kakinya.

Grace mencoba menghubungi lagi, namun tidak terjawab, dan malah tiba-tiba ponsel tidak dapat dihubungi. Hatinya terlampau kesal, mencoba menarik napas berkali-kali. Lalu mau tak mau dia yang masuk ke dalam ruang pertemuan.

Grace berdiri di ujung meja, tempat dimana Ethan selalu duduk ketika melakukan pertemuan. “Selamat pagi! Tuan-Tuan!” sapa Grace penuh percaya diri, meski sedang sakit.

Pada akhirnya pertemuan pun sukses dipimpin oleh Grace. Baru saja ingin duduk tenang,bersandar di kursi, tapi ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari rumah sakit. Mendengar tentang kabar Kakek Mo, Grace pun langsung bergegas pergi ke rumah sakit.

Sambil menyetir, Grace mencoba berkali-kali menghubungi Ethan. Tapi malah tidak bisa tersambung. Sesampainya di Rumah sakit, Grace sudah tidak bisa memikirkan hal yang lain. Pikirannya langsung tertuju kepada Kakek Mo.

“Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja!” tanyanya kepada dokter yang menangani kakek Mo.

Dokter itu berkata dengan nada yang menenangkan, “Tubuh Kakek Mo, perlahan kehilangan daya tahan. Organ-organ vital yang dulu bekerja dengan kuat, kini mulai melemah!”

“Jantung yang berdetak lebih lambat, paru-paru yang tak lagi sekuat dahulu, serta ginjal yang mengalami penurunan fungsi, membuat tubuhnya menjadi rentan!

Grace langsung menerabas ke ruang perawatan Kakek Mo. Dia langsung tercekat ketika melihat napas kakek Mo tampak berat, terengah-engah seakan setiap helaan menjadi perjuangan panjang. Wajahnya pucat, kulitnya dingin, dan kesadarannya mulai melemah. Kondisi itu menunjukkan tubuhnya sedang berjuang keras melawan batas ketahanan yang kian rapuh.

“Apa tidak ada hal lain lagi yang bisa kita lakukan!” tanya Grace.

Dokter menggelengkan kepala, Kakek Mo, sudah lanjut usia dan mengalami koma. Sebanyak apa pun uang yang dimiliki tidak akan bisa membeli takdir.

Dokter pun berkata lagi, “Sebaiknya minta keluarga dekat dan kerabat berkumpul menemani, agar tidak ada penyesalan!”

Grace mengahampus air matanya sambil menganguk. Setelah dokter pergi, Grace menarik kursi lalu duduk di sisi Kakek Mo, mengambil tangan keriputnya dan mengusap-usap dengan lembut.

“kakek, terima kasih dua tahun belakangan ini kakek sudah sangat baik kepadaku, melebihi kebaikan kedua orang tuaku!” kata Grace, seraya berkata lagi, “Kakek adalah pangeran berkuda putihku!”

Grace mencium kening Kakek Mo, Seraya berkata, "Jika lelah...!" katanya terhenti karena menahan isak tangis.

"Jika lelah, Kakek boleh pergi. Aku akan baik-baik saja disini!" Katanya seraya menciumi lembut tangan kakek Mo.

Baru saja berkata seperti itu, terdengar suara pacu jantung yang tiba tiba menandakan bahwa Kakek Mo sudah pergi.

Tangis Grace langsung pecah, perawat dan dokter berusaha menyelamatkan. Namun takdir tetap menginginkan Kakek Mo pergi dari dunia hari ini.

Grace menghubungi ponsel Ethan berkali kali, dan berkali kali juga tidak ada jawaban. Pada akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Sarah.

"Kak, kau jangan bercanda. Kak Ethan tidak mau bicara denganmu!"

"Eum... apa kau sedang mengarang cerita agar bisa bicara dengan Kak Ethan?"

Grace nampak frustasi sambil menengadahkan kepalanya. "Aku bukan wanita rendahan yang bisa melakukan apapun demi mendapatkan perhatian pria!"

Grace langsung memutuskan sambungan di ponselnya. Lalu segera menghubungi HRD Grup Mo. "Tuan Besar Mo baru saja pergi untuk selamanya, buatkan altar berdoa!"

Dalam sekejap, di Aula besar sudah disulap menjadi altar untuk mendoakan arwah Kakek Mo. Sementara Grace sibuk mengurus pemakaman Kakek Mo. Ethan malah sedang berjalan-jalan sore di taman kediaman Mo.

"Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Sarah.

Ethan mengangguk, memaksakan senyum. Pqda saat ini hatinya merasa ada sesuatu yang tidak enak. Dari kejauhan dia melihat kepala pelayan berlari dengan wajah panik.

"Tuan... Tuan...!"

Pelayan itu terbata-bata, Ethan merasa tidak sabar, "Katakan ada apa?"

"Tuan Besar Mo... Tuan Besar, sudah tidak ada!" Jawabnya dengan suara yang tercekat.

"Siapa yang mengatakan ini?" tanya Ethan menggebu.

"Nyonya!" jawab kepala pelayan dengan suara pelan.

"Mengapa aku tidak diberitahu langsung olehnya!" pikir Ethan seraya bergegas pergi Ke Rumah Sakit untuk mengecek langsung.

"Kak Ethan, aku temani!" kata Sarah sembari mengikuti langkah pria itu.

Di rumah sakit, rupa Grace terlihat sedikit acak acakan, namun tidak mengurangi kecantikannya. Pada saat ini aura dewasa Grace semakin terlihat. Sambil mengurus jenazah Kakek Mo, Grace juga sambil menerima telepon soal pekerjaan.

Sedang sibuk bicara di telepon, tiba tiba tangannya ditarik dan tubuhnya didorong ke dinding. "Katakan apa maksudmu! Tidak memberitahu keadaan Kakek Mo kepadaku!"

Terpopuler

Comments

💞🖤Icha

💞🖤Icha

Kasihan Grace hanya kakek Mo yang selalu care dan attention...skrg sudah gk ada...
Semangat Grace masih ada Bibi Tan dan Nania yang selalu ada untuk kamu Grace.

2025-09-10

1

💞🖤Icha

💞🖤Icha

Kebangetan Ethan d depan mata bersama Sarah sok bermesraan. gk ada etika...punya adik juga kalau aq tampol tendang sampai babak belur. Sarah juga tarik tuh rambutnya Grace. 😠😠😠😠

2025-09-10

0

libra girl

libra girl

Hadehhh si Ethan tar kl udh gak ada baru merasakan penyesalan, mau nabung dulu ahhh baca satu bab cuma bikin penasaran apalagi update nya lumayan lama🫢

2025-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!