MINTA MAAF PADA SARAH!

Melihat jawaban berupa jempol tangan, Grace pun membalas, "Ok, sore ini aku ke sana!"

Begitu jam kerja usai, Grace langsung melajukan mobilnya di jalan yang berliku-liku. Pemandangan selama perjalanan itu sangat terlihat indah. Sepadan dengan langit senja yang indah. Ini seakan membuat siapa saja yang melihatnya merasa ingin menetap di momen senja ini.

Berkendara beberapa jam, Grace tiba di Villa bambu kuning. Dia turun dari mobil sambil mengeluarkan kartu akses masuk ke Villa. "Bibi Tan... lama tak bertemu, mengapa aku merasa semakin awet muda saja!" pujinya kepada Ibu Nania Tan, teman dekatnya.

Bibi Tan memeluk Grace dengan tersenyem sembari berkata, “Andai Nania sedikit saja sepertimu…”

"Anak itu... hish... aku hanya punya satu putri. Sulit sekali mengendalikannya. Jika bukan karena kau, pasti dia masih bermain main diluar sana!" kata Bibi Tan mengeluh.

"Bibi... jika dia ingin menikah, pasti nanti akan menikah!" hibur Grace.

"Yang aku inginkan hanya seorang cucu yang berpipi gembul kemerahan!" kata Bibi Tan lagi sambil bersedekap kesal.

Grace mengambil kedua tangan Bibi Tan, seraya berkata, "Menikah itu seumur hidup, jadi jangan sampai menikah dengan orang yang salah, menyesal kemudian!"

Suara Grace terdengar lirih, Bibi Tan pun berkata, "Apa baik-baik saja?"

Grace memaksakan senyumannya," Baik, semua baik-baik saja!"

Tiba-tiba terdengar suara lantang. "Sayang, aku datang membawa hadiah!" Kata Nania sambil memeluk Grace.

Bibi Tan yang tadi baru saja mengeluh langsung tersenyum ketika melihat persahabatan putrinya itu dengan Grace. Baginya Grace ada teman ternormal putrinya itu. Anggun, pintar dan menyenangkan hati orang tua.

Bibi Tan berdiri sambil berkata, "jika saja kau ini pria, aku pasti akan menikahkan kau dengan putri nakal-ku ini!"

"Ma... aku ini masih muda lho, masih ingin mengejar karir!" Protes Nania.

"Karir modelmu itu! Tanpa bekerja, statusmu itu juga sudah bisa menghidupimu seumur hidupmu!" kata Bibi Tan dengan nada sedikit kesal.

Grace langsung mengambil alih situasi agar tidak ada perdebatan lebih panjang. "Bibi! Tenang saja, nanti aku akan kenalkan dengan temanku,, dokter terbaik!"

Bibi Tan langsung tersenyum, "Aku dan leluhurku akan sangat berterima kasih, seandainya anak nakal ini bisa menikahi orang berbakat sepertimu!"

Bibi Tan berkata lagi, sambil tersenyum. "Kau makan malam di sini ya, aku akan memasak makan malam spesial untukmu?"

"Iga bakar?" kata Grace.

"Tentu saja, itu kan kesukaanmu!" Jawab Bibi Tan.

"Lalu aku, dimasakan apa?" tanya Nania sambil menunjuk ke dirinya sendiri.

"Sayur kecambah!" jawab Bibi Tan sambil berlalu ke dapur.

"Ma, aku ini kan putri kandungmu!" protes Nania.

Grace langsung menarik lengan Nania, "Mana kopi-ku?"

"Ayo ke kamar!" ajak Nania.

Di kamar Nania terpajang foto-foto masa sekolah mereka. Mereka berteman dari masa taman kanak-kanak. Hanya saja berpisah tidak satu universitas, karena Grace memilih menjadi dokter, tapi berhenti menyerah tidak meneruskan kuliah kedokterannya.

Nania menarik Grace duduk di ranjang, "Apa orang taumu tahu kau akan bercerai?"

Pada saat ini Grace memandang teman baiknya itu, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan tenang.

Nania merasa senang akhirnya Grace memutuskan bercerai. Tapi, sekaligus merasa khawatir karena dia tahu betul perangai orang tua Grace yang hanya menakar kehidupan dari untung dan rugi.

"Kau tenang saja, jika kedua orang tuamu membuangmu, aku dengan segala kekayaanku ini siap menampungmu!" Janji Nania sambil merentangkan kedua tangannya.

Grace tersenyum sambil memeluk Nania. "Terbaik!” pujinya

Nania menepuk tepuk punggung Grace seraya berkata, "Nanti aku carikan model pria yang tampan untukmu!"

"Lebih tampan dari Ethan brengsek itu!" kata Nania lagi dengan nada sedikit berapi-api.

"Mana kopiku?" tanya Grace lagi.

"Hish! Kau ini masih saja ingat dia!" kata Nania seraya bangkit berdiri dan mengambil kopi yang baru dia dapat dari pelelangan internasional.

"Terbaik!" puji Grace lagi sambil mengambil kotak kayu mahoni solid berisi kopi kesukaan Ethan.

“Hei! Apa kau sudah punya pengacara?” tanya Nania.

Grace menggelengkan kepala, lalu dengan semangat berapi-api, Nania berkata, “Tenang sayang, aku akan memberikanmu pengacara terbaik dari yang terbaik!”

Grace mengangguk, lalu Bibi Tan membuka pintu kamar Nania. “Makan malam sudah siap, ayo!”

Perut sudah kenyang, Kopi sudah di tangan. Selama ini, Grace selalu meminta Nania agak membelikan kopi Ethan, bekerja sebagai model, kerap kali membuat Nania berpergian keluar negeri dan memiliki lingkaran pertemanan di belalahan dunia, sehingga memudahkan bagi Grace untuk mendapatkan kopi untuk Ethan.

Grace pun bergegas pulang, hujan lebat sedikit menghambat perjalanan. Dia pun tiba menjelang tengah malam di kediaman Mo. Tapi siapa sangka malah di perjalanan alami insiden kecil, ban mobil bagian belakang sebelah kiri kempis, bahkan sudah mulai sobek, tak ada pilihan lain selain menggantinya di tempat itu juga.

Baru sebentar beridiri di luar mobil, tubuh Grace sudah langsung kuyup meski sudah berusaha berteduh dengan jaket tipis yang kini menempel dingin di kulitnya.

Gracfe membuka bagasi, mengankat ban cadangan yang terasa lebih berat karena tubuhnya lelah dan dingin. Jemarinya gemetar, bukan hanya karena udara malam yang sangat dingin, tetapi juga karena rasa cemas berada sendirian di tengah hujan. Kunci roda di tangannya beberapa kali terlepas, licin oleh air hujan.

Grace berlutut, mencoba melepas mur ban, otot lengannya tegang, dia menghela napas panjang, memandang langit yang kelam seakan meminta kekuatan. Rambutnya menempel di wajah, mascara tipis mulai luntur.

Setiap mur yang berhasil terlpas terasa seperti kemenangan kecil. Roda cadangan akhirnya berhasil Grace pasang, meski pakaian dan tubuhnya kotor, tangan penuh noda hitam dari besi dan tanah.

Grace masuk ke dalam mobil, menyalakan penghangat mobil. Pada akhirnya dia pun tiba di Kediaman Mo. Baru saja tiba dan mengganti sapatu dengan sandal rumah, suara yang familiar sudah menyapanya. “Kakak!”

“K-kau di sini!” kata Grace sedikit terbata.

“Kak Ethan memintaku untuk tinggal menginap di sini, karena diluar hujan sangat deras!” kata sarah.

“Merasa khawatir sesuatu terjadi padaku, dia pun memintakku tidur di sini malam ini!” sambung kata sarah lagi.

Grace membasahi bibirnya sambil mengangguk, lalu berlalu begitu saja, pergi ke kamar. Yang dia inginkan saat ini adalah segera mengganti baju basahnya dan mengeringkan rambutnya yang kuyup.

Sarah menarik tangan Grace, “Kak! Kau tidak marah kan?”

Tatapan kakak beradik itu saling beradu, Grace ingin lekas mengganti pakaian basahnya dia pun menghempaskan tangan sarah. Tapi, siapa sangka hempasan kecil itu malah membuat Sarah jatuh ke lantai, dan ini terjadi tepat di saat Ethan datang.

“Grace! Apa yang baru saja kalu lakukan!” hardik Ethan sambil memapah Sarah berdiri.

Melihat keduanya seperti sedang memamerkan kasih sayang di depannya, rasa hati Grace seakan ingin meledak. Enggan meladeni, Grace lebih memilih diam dan bergegas pergi. Tapi, pergelangan tangannya langsung di Tarik oleh Ethan.

“Minta maaf pada Sarah!” kata Ethan Tegas.

Terpopuler

Comments

💞🖤Icha

💞🖤Icha

Tampol Ethan gk tau siapa yang salah...enak aza minta maaf...sadar...sadar Ethan Sarah itu adiknya Grace...🤨🤨🤨🤨

2025-09-09

1

terserah adminlah

terserah adminlah

Ni cerita terjemahan bukn sih?? Cuma nyk ja ya guys soalnya tempt and kotanya gtu kek di LN

2025-09-09

0

momAriqa

momAriqa

suami macam apa itu pingin nampol,, sudah kopinya jangan di kasih sama ethan grace lebih baik simpan biar dia nyari nyari tuh kopi terenak

2025-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!