"Kiara, sekarang kita mandikan dulu jenazah bunda!" ajak Maya.
Namun Kiara hanya diam Dnegan tatapan kosong. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir nya.
Jenazah pun dibawa ketempat yang sudah disediakan dan siap untuk dimandikan. Dengan dipapah oleh Maya Kiara berjalan mendekat ke arah jenazah bundanya.
Perlahan dengan tangan bergetar memandikan jenazah sang bunda yang sudah terbujur kaku itu.
Mulai hari ini tak akan lagi dia mendengar nasehat dari wanita itu, tak akan ada lagi canda tawa dirumah itu. Semua telah sirna bersama kepergian kedua orang tuanya.
Tak bisa dipungkiri pipi itu terus basah, meskipun tak ada lagi suara Isak tangis dari Kiara dan Maya.
Setelah selesai memandikan jenazah bundanya, Kiara juga terlihat ikut sholat. mengantar kepergian bundanya untuk selama-lamanya.
Iring-iringan pengantar jenazah terlihat begitu haru, semua ikut bersedih dengan apa yang menimpa Kiara .
Selesai pemakaman, satu persatu orang-orang mulai meninggalkan tempat itu. Kiara berjalan mendekat kearah kuburan sang ayah yang tepat berada disamping bundanya.
"Ayah, Bunda!"
"Semoga kalian berdua mendapat tempat terbaik disisi Allah." ucap Kiara sambil memegang kedua nisan orang tuanya.
"Kenapa begitu cepat kalian meninggalkan Kiara, Bunda dan Ayah tau kalau Kiara masih butuh kalian." suara Kiara terdengar bergetar.
"Hari ini Kiara lulus dengan nilai terbaik, Ayah dan Bunda bahagiakan?"
Kiara tersenyum, senyum getir yang saat itu begitu menghancurkan hatinya. Dia seakan ingin menyusul kedua orang tuanya. Dia tak mampu ditinggal sendirian.
"Kiara, ayo kita pulang!" Tante Maya menyentuh pundak Kiara.
Namun Kiara masih duduk ditempatnya. Bahkan tak menoleh sama sekali .
"Kia, kamu tidak sendirian, masih ada Tante yang akan selalu menemani kamu." Tante Maya kembali bicara.
Namun Kiara seakan menjadi patung, hanya diam. Tak ada jawaban disana. Tante Maya terlihat begitu sedih melihat kondisi Kiara. Belum lagi sembuh luka atas kehilangan sang ayah, namun dia harus merasakan kehilangan lagi.
Tante Maya berjongkok dan memeluk bahu Kiara, membantunya untuk bangun. Karena hari sudah mulai gelap.
"Ayo kita pulang!" menatap Kiara.
Namun gadis dihadapannya hanya diam, ikut berjalan dengan tubuh bergetar. dalam dekapan sang Tante Kiara hanya diam.
Mulai malam itu, sampai tujuh hari kepergian bundanya, rumah Kiara terus dipenuhi oleh tetangga yang ikut mendo'akan kepergiaan bundanya.
Kondisi Kiara yang begitu terpukul hanya diam, dengan tatapan kosong. Tubuhnya lemas karena tidak diisi oleh makanan. hanya minum itupun harus dipaksa.
Keesokan paginya, mata pun harus membawa Kiara kerumah sakit karena kondisinya yang drop, dia seakan tak lagi memiliki tenaga.
"Kiara, bangun!" ucap Maya sambil memeluk tubuh Kiara yang terbaring dikamar rumah sakit.
"Jangan seperti ini, kamu harus kuat." Maya terisak disamping Kiara yang masih memejamkan mata.
"Ayah dan Bunda pasti sedih melihat kamu seperti ini."
Maya terus bicara dengan Kiara yang tentu saja tak dia dapatkan jawabnya. Dan tak berpa lama dokter memasuki ruang rawat Kiara.
"Dokter, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Maya dengan khawatir.
"Dia hanya kehilangan cairan ditubuhnya, karena tidak da asupan makan dan minum." jawab dokter yang terlihat prihatin dengan kondisi Kiara.
"Mudah-mudahan setelah di infus, kondisinya segera membaik." ucap dokter tersebut.
Dan benar saja setelah dua hari dirumah sakit kondisi Kiara mulai hari membaik, dia pun dibawa pulang kerumah Maya, karena Maya harus bekerja. Akan sulit baginya jika harus bolak-balik kerumah Almarhum kakak nya.
"Kiara, Tante harus kerja. Kamu tidak apa-apa kan Tante tinggal?" tanya Maya meyakinkan dirinya.
Kiara hanya menggeleng pelan, tanpa memberikan jawaban. Dia bersandar diatas tempat tidur sambil memeluk foto kedua orang tuanya.
***
Sebulan pun berlalu sejak kepergian bundanya, namun Kiara masih jarang bicara. Tak lagi terlihat canda tawanya.
"Kiara, boleh Tante bicara?" tanya Maya disiang hari itu.
"Ada apa Tante?" Kiara menatap lekat netra hitam yang ada dihadapannya.
Maya terlihat gelisah, dan seakan ragu untuk bicara. Maya berpindah duduk kesamping Kiara.
"Katakan saja Tante!" ucap Kiara meyakinkan wanita disampingnya.
"Kiara, apa kamu mau ikut Tante?" tanya Maya dengan terbata.
Kiara mengalihkan pandangannya, dan menatap lekat perempuan berambut sebahu itu.
"Tante harus pindah keluar kota, Karena tugas dari kantor."
"Dan Tante mau kamu ikut, tidak mungkin Tante meningal kamu sendirian."
"Tapi Tante." Kiara menggantung perkataan nya.
"Kenapa Kia?" tanya Maya sambil menyentuh kedua bahu keponakannya saat itu.
Tentunya Maya berharap, Kiara mau ikut bersamanya. Karena tidak ada lagi sanak saudara yang Kiara punya kecuali dirinya.
" Kamu kan tau, kalau hanya pekerjaan ini yang Tante punya untuk menghidupi kita berdua."
"Kia juga sangat tau kan? Kalau Tante ini hidup sendiri. Tidak ada yang bisa Tante harapkan selain diri Tante sendiri."
"Tapi Tante, Kia mau disini saja. Biar kita bisa dekat dengan ayah dan bunda." Kiara menatap tantenya dengan mata berkaca-kaca.
Hal itu tentu membuat Maya serba salah. Dia paham betul pasti Kiara masih tidak bisa mengikhlaskan kepergian orang tuanya.
Akan tetapi, dia sendiri juga tidak punya pekerjaan lain. Maya terdiam sesaat. Berpikir apa yang harus dia lakukan.
"Atau begini saja!" ucap Maya tiba-tiba.
Kiara menoleh kearah tantenya, tentu saja dengan berbagai pertanyaan dihatinya.
"Kia, Tante akan titipkan Kiara kepada salah satu teman Tante."
"Tante akan kembali untuk jemput kamu, setalah semua perpindahan Tante selesai."
"Tapi kamu harus mau ya?" tanya Maya penuh harap.
"Tante Kiara biar tinggal dirumah bunda saja." jawab Kiara pelan.
"Enggak, Tante tidak bisa meninggalkan Kiara tanpa ada yang menjaga."
"Kiara sudah dewasa Tante." jawab Kiara meyakinkan.
"Tapi Tante yang tidak tenang meninggalkan kamu." jawab Maya terlihat khawatir.
"Nanti sore, Tante akan antar kamu kerumah teman Tante."
"Namanya Sari, dia juga tinggal sendirian."
"Tapi Tante!" Kiara tetap ingin menolak.
"Percaya sama Tante, ini yang terbaik."
Kiara kemabli diam, dia sebenarnya tidak punya pilihan. Karena dia juga belum pernah hidup sendirian.
"Tante janji akan kembali untuk menjemput kamu, Dan mendaftarkan kamu kuliah."
"Kamu ingin kuliah kan?" tanya Maya dengan senyuman di bibirnya.
"Iya Tante, Kiara mau." mata itu terlihat berbinar, karena memang itu cita-cita nya.
Setelah Kiara setuju, Maya pun terlihat menghubungi perempuan bernama Sari itu. Terlihat Maya tersenyum bahagia. itu artinya Kiara akan benar-benar dititipkan kepada sahabatnya itu.
Setelah pembicaraan mereka, Maya menyiapkan segala keperluan dirinya yang akan berangkat keluar kota. Begitu juga dengan Kiara menyiapkan pakaian yang akan dibawa kerumah perempuan bernama Sari itu.
Bagaimana kehidupan Kiara setalah ini, akankah Maya kembali untuk menjemput dirinya, atau akan sebaliknya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments