"Selesai sholat Maghrib, Senja membantu ibunya menyiapkan makan malam. Kebetulan hari ini abang Senja datang ke rumah dengan istri dan anak-anaknya.
"Bu, aku bantu ya," kata Senja sambil membantu ibunya menghidangkan makanan.
"Iya, Nak. Kamu bantu saja," jawab ibunya dengan senyum.
Senja dan keluarganya menikmati makan malam bersama, dengan menu goreng tahu, tempe, ikan asin pakai cabe hijau, dan sayur tumis kubis, ditambah dadar telur untuk keponakan-keponakan Senja yang membuat mereka sangat senang.
"Wah, makanan hari ini enak banget, Bu," kata abang Senja dengan pujian.
"Iya, ayo kita langsung makan," ajak Ibu dengan senyum lebar.
Sangat nikmat rasanya bisa makan bersama dengan keluarga.
Selesai makan malam, Senja dan kakak iparnya membereskan piring-piring kotor.
"Aku bantu saja, Kak," kata Senja sambil membantu kakak iparnya.
"Tidak masalah, Senja. Kamu bantu saja," jawab kakak iparnya dengan senyum.
Setelah bersih-bersih, Senja dan kakak ipar duduk bersama keluarganya.
"Bagaimana sekolahmu, Sen?" tanya abang Senja dengan nada yang peduli. "Alhamdulillah lancar, Bang," jawab Senja lesu. "Kalau lancar, kenapa lesu begitu?" tanya abang Senja lagi.
"Hmm, Ayah, Ibu, Abang, sebentar lagi kami ujian nasional," ucap Senja sedih. "Siang tadi guru di sekolah sudah mengingatkan ada pembayaran untuk ujian tersebut! Jadi kami diminta untuk kasih tahu orang tua masing-masing."
"Hmm, emang berapa bayarnya, Sen?" tanya Ayah. "Sekitar 600-700-an, Ayah," jawab Senja. Ayah langsung terdiam, Ibu juga terdiam. Lalu, abang Senja yang bertanya, "Apakah harus dibayar lunas, Sen?" "Kayaknya iya, Bang," jawab Senja. "Tapi uang SPP aku juga sudah menunggak tiga bulan, Bang," ucap Senja lagi.
Ayah Senja menarik napas, "Hufft, insyaallah nanti kita bayar kalau Ayah dapat rezeki, ya, Sen. Kamu jangan pikirkan masalah uangnya, biar Ayah yang pikirkan bagaimana cara mendapatkannya. Kamu harus fokus dulu belajar agar nanti bisa lulus ujian dengan nilai terbaik," ucap Ayah.
"Baik, Ayah," jawab Senja sambil tersenyum. Senja tahu kalau ayahnya sulit mendapatkan uang sebanyak itu, belum lagi ditambah dengan uang SPP yang menunggak. "Senja besok coba kamu tanya dulu sama gurunya!" ucap abang Senja. "Apakah boleh bayar setengah dulu? Kalau boleh, nanti sisanya saat terima tanda lulus."
"Maaf ya, Sen, untuk sepenuhnya mungkin Abang belum bisa bantu. Tapi nanti akan Abang usahakan juga sedikit semampu Abang!" "Abang bukan tidak mau bantu kamu, tapi kendalanya juga sama, ekonomi Abang yang belum mendukung untuk membantu kedua orang tua dan adik Abang.
"Iya, Abang, besok Senja coba tanya dulu sama gurunya di sekolah. Siapa tahu ada keringanan untuk siswa yang belum bisa bayar sepenuhnya," ucap Senja. "Biasanya kalau ujian nasional tidak bisa ditunda dan semua murid harus ikut ujian!" timpal Kakak ipar Senja.
"Iya, Kak," jawab Senja. "Setahu Kakak ya, Sen!" "Sekolah akan memberikan keringanan, di saat ujian telah tiba." Jadi kamu fokus belajar saja dulu! Jangan pikirkan uangnya. Nanti jika ada rezeki lebih baru kita lunaskan sama-sama hutang Senja di sekolah," ucap Kakak ipar Senja sangat lembut. "Ya, ini salah satu yang harus Senja syukuri, mengingat masih punya orang tua lengkap, Kakak ipar yang baik adalah satu anugerah."
"Terus Novi bagaimana, Sen?" tanya Ibu pada Senja. "Kayaknya sama seperti Senja, Bu, dia juga nunggak SPP dua bulan. Kalau untuk bayar ujiannya mungkin juga belum bisa lunas."
"Tapi besok kami coba tanya gurunya dulu, Bu, siapa tahu ada keringanan dan kami bisa ikut ujiannya. Aamiin, semoga saja ya, Nak," jawab Ibu dengan mata berkaca-kaca. "Senja tahu, Ibunya yang banyak pikiran. Jangankan untuk bayar hutang di sekolah, beli beras hari ini entah di mana didapatkan oleh Ibunya. Apakah hutang lagi atau dibeli?" Senja tidak tahu.
"Bang, aku mau tanya sesuatu," kata Senja dengan nada yang sedih.
"Apa itu, Sen?" tanya abang Senja dengan nada yang peduli.
"Aku ingin kuliah, Bang. Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa," jawab Senja dengan nada yang ragu.
"Kenapa kamu ragu, Senja? Kamu pasti bisa," kata abang Senja dengan nada yang penuh dukungan.
"Tapi, Bang, SPP dan uang ujian saja belum ada. Bagaimana aku bisa kuliah?" jawab Senja dengan nada yang sedih.
"Untuk kuliah, nanti kita fikirkan lagi ya, Sen. Sekarang kamu fokus untuk ujian dulu," kata abang Senja dengan nada yang bijak.
Senja hanya terdiam, pikirannya masih dipenuhi dengan kekhawatiran tentang biaya ujian dan kuliah.
Tidak lama kemudian, datang tetangga meminta beras yang dipinjam ibu dengan marah-marah.
"Bu, tolong kembalikan beras saya! Saya sudah menunggu lama!" kata tetangga dengan nada yang kasar.
Ibu Senja terlihat kaget dan berusaha menenangkan tetangga. "Maaf, Bu. Saya akan kembalikan berasnya segera. Saya hanya perlu waktu sedikit lagi."
Tapi tetangga tidak mau tahu dan terus memaki-maki ibu Senja. Keponakan Senja yang mendengar pertengkaran itu langsung menangis.
"Aku takut, Ibu!" kata keponakan Senja sambil menangis.
Ayah Senja yang mendengar pertengkaran itu kemudian bersuara. "Besok insyaallah kami bayar ya, Bu. Sekarang sudah malam, takut tetangga yang lain keluar malu kita."
Tetangga masih terlihat marah, tapi sedikit mereda setelah ayah Senja berbicara. "Baiklah, saya tunggu besok," kata tetangga dengan nada yang masih kasar.
Semuanya terdiam, suasana menjadi tegang dan tidak nyaman.
"Aku merasa tidak bisa mencapai mimpiku," kata Senja dengan nada yang sedih.
Abang Senja mendengar keluh kesah Senja dan berkata, "Kamu jangan pikirkan masalah ini ya, Sen. Kamu fokus saja belajar dulu."
Azan Isya terdengar, Ayah mengajak keluarganya untuk sholat berjamaah dan meminta pertolongan pada Allah. Abang Senja yang menjadi imam memimpin sholat dengan khidmat.
"Allahu Akbar," kata Abang Senja dengan suara yang tenang dan penuh keyakinan.
Keluarga Senja mengikuti sholat dengan penuh konsentrasi, mereka meminta pertolongan dan kekuatan dari Allah untuk menghadapi kesulitan yang mereka hadapi.
Setelah sholat selesai, Ayah berdoa dengan suara yang penuh harap. "Ya Allah, kami memohon pertolongan dan kekuatan dari-Mu. Tolonglah kami menghadapi kesulitan ini dan berikanlah kami kemampuan untuk mencapai impian kami."
Keluarga Senja mengaminkan doa Ayah dengan penuh keyakinan, mereka berharap bahwa Allah akan mengatasi kesulitan mereka dan memberikan mereka jalan keluar yang terbaik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments