Di rumah Novi.
"Assalamualaikum Novi, apakah kamu sudah siap?" tanya Senja. "Iya, aku sudah siap," jawab Novi. "Ayuk, kita berangkat!" ucap Senja.
"Tunggu sebentar, Sen... Aku mau minta uang buat jajan. Siapa tahu ada rezeki hari ini," ucap Novi. "Ok.
5 menit kemudian. "Sen, ayo kita langsung pergi ke sekolah!" "Apakah kamu dapat uang hari ini, Nov?" tanya Senja. "Iya, Alhamdulillah dapat lima ribu, hehe."
"Wah, enak dong. Aku hari ini zonk," Senja pura-pura sedih. "Hehe, jangan sedih, Sen. Nanti aku traktir kamu."
"Haha, aku sudah tahu kalau kamu akan jawab itu," ucap Senja. "Aku pura-pura sedih kok." "Hmm, kamu ini Sen terlalu banyak gaya. Aku sudah tahu kalau kamu itu pura-pura sedih," hahaha mereka tertawa bersama.
Ketika dalam perjalanan ke sekolah, Novi tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke arah sebuah pohon yang rindang.
"Senja, lihat! Burung kecil itu sedang bernyanyi," katanya dengan mata yang berbinar-binar. Senja tersenyum dan melihat ke arah burung itu. Kami berdua berdiri sejenak, menikmati suara merdu burung itu.
Kemudian terus bercerita di jalan hingga sampai di sekolah.
"Nov, sebentar lagi kita ujian nasional, aku khawatir tidak bisa bayar untuk ujian ini," kata Senja dengan nada yang sedih.
"Aku juga, Senja. Tapi kita harus tetap optimis," jawab Novi dengan senyum.
"Uang ujian nasional kita belum ada, Nov. Aku sudah cerita ke orang tua, tapi Ayah bilang jangan pikirkan, biar Ayah yang urus," ungkap Senja sedih.
"Tapi kamu tahu bahwa orang tua kamu tidak memiliki uang yang cukup, kan?" tanya Novi dengan nada yang memahami.
"Ya, aku tahu. Ayah dan Ibu sudah bekerja keras, tapi masih belum cukup," jawab Senja dengan nada yang sedih.
"Kita harus mencari solusi bersama, Sen. Kita tidak boleh menyerah," ucap Novi.
"Kita berdua memang memiliki kesamaan dalam banyak hal ya, Nov, termasuk keluarga sederhana dan masalah finansial.
"Ya, memang benar. Tapi kita tidak boleh menyerah, Sen. Kita harus terus berusaha dan berdoa," jawab Novi dengan tersenyum.
"Terus apakah kita bisa kuliah ya, Nov? Sedangkan untuk biaya ujian saja kita tidak ada, SPP kita saja masih menunggak," kata Senja dengan nada yang penuh keraguan.
"Itu benar, Senja. Tapi kita tidak bisa memikirkan hal itu sekarang. Yang penting kita lulus ujian nasional dulu.
Mereka sampai di sekolah dan langsung masuk kedalam kelas.
"Sen, aku duduk di sini ya," kata Novi sambil menunjuk tempat duduknya.
"Baik, aku duduk di sana," jawab Senja sambil menunjuk tempat duduknya yang terpisah dari Novi.
"Kita tidak bisa duduk bareng, ya?" tanya Novi dengan nada yang sedikit sedih.
"Kalau kita duduk bareng, nanti kita tidak belajar malah bercerita terus," jawab Senja.
"Hehe benar juga sih. Kita memang suka membahas hal-hal yang tidak penting," ucap Novi.
"Seperti apa?" tanya Senja dengan rasa ingin tahu.
"Seperti kehidupan sehari-hari, masalah ekonomi, artis, dan... mantan aku yang sudah punya gebetan baru, hehe," ungkap Novi .
"Haha," mereka tertawa
Mereka berdua terus bercanda dan bercerita sebelum pelajaran dimulai.
"Bel sudah berbunyi, tanda sudah masuk kelas." Semua teman Senja masuk kelas.
"Hai Sen, selamat pagi," sapa Susan dengan wajah cerianya. "Iya, pagi juga," jawab Senja senyum. "Sen, kamu tahu tidak malam tadi aku mimpi apa?" tanya Susan. "Mana aku tahu kamu mimpi apa! Karena setiap hari kamu mimpi terus deh, San," hehe jawab Senja.
"Emang kamu mimpi apa sih, San?" baru duduk langsung bahas mimpi. "Tanya kek tugas akuntansi kelompok kita bagaimana!" celetuk Senja. "Ya Allah, Senja jangan pagi-pagi itu kita bahas tugas! Nanti kita bisa stres, apalagi ingat wajah Bu Tet mengerikan," ungkap Susan sambil membayangkan wajah Bu Tet.
"Hai, jangan kayak gitu ngomongnya! Nanti terdengar sama Bu Tet, bahaya tu. Apalagi kelas kita ini dekat dengan kantor ruang guru," balas Senja. "Ya habis kamu itu! Aku sudah semangat pagi-pagi mau ceritain mimpi terbaikku, malah bahas tugas yang hitung modal, rugi tentang uang yang tidak jelas itu. Boro-boro uangnya ada, ini kan tidak," celetuk Susan.
"Haha, lucu kamu, San. Tapi benar juga ya, kita hitung uang yang tidak ada," balas Senja. "Ok, ngomong-ngomong kamu mimpi apa, San?" tanya Senja. "Oh iya, hampir aku lupa cerita tentang mimpi terbaik aku. Kamu sih ada-ada saja," jawab Susan.
"Haha, Senja tertawa. "Malam tadi aku bermimpi ketemu Sahrulkhan. Dia ngasih aku bunga sambil bernyanyi, suaranya merdu sekali, di tambah ya Sen, dia ganteng sekali. Aku langsung terpesona." Susan langsung mengkhayal.
"Ya Allah, ni anak, kirain mimpi dapat emas atau uang, eh malah mimpi artis India," ucap Senja sambil tepuk jidatnya. "Itu mimpi terkeren lo, Sen, hehe," jawab Susan sambil senyum-senyum sendiri. "Ya sudah, nanti kita bahas lagi ya mimpi tidak masuk akalmu itu! Sekarang kita fokus belajar dulu. Itu kamu lihat Miss Lila udah jalan menuju kelas kita," ungkap Senja.
"Ya, ya, ya, oke, Bu Bos," jawab Susan sambil cengingisan. "Oh, ya, jangan lupa juga kita nanti di jam istirahat tidak ada yang keluar kelas!" ungkap Senja. "Haaa, kenapa begitu?" tanya Susan.
"Ya Allah, anak ini! Mau aku pukul kepalamu nanti," kata Senja yang gemes melihat Susan. "Jangan, dong," kata Susan yang cengingisan sambil memperlihatkan giginya. "Aku kan hanya bertanya dengan lemah lembut," jawab Susan dengan wajah yang pura-pura sedih.
"Tak usah deh kamu pasang tampang sok sedih begitu, San!" kata Senja dengan nada gemes. "Kamu kan tahu tugas kelompok kita yang dikasih Bu Tet kemarin belum selesai! Jadi, kita harus menyelesaikannya dulu."
Kemarin sudah aku coba buat di rumah sendiri. Tapi tidak balance hasilnya bagi aku, mungkin ada yang salah hitung atau gimana, aku tidak tahu, jawab Senja. "Oh, itu masalah kecil, Sen. Aku juga tidak ngerti,hehe," jawab Susan.
"Ya Allah, anak ini! Kirain masalah kecilnya dia bisa, ternyata juga tidak," jawab Senja yang geleng-geleng kepala. "Hehe, maaf, Buk Bos," ucap Susan. "Ya sudah diam! Itu Miss Lila sudah masuk," kata Senja. "Iya, aku diam lagi," jawab Susan.
Susan adalah teman yang asik juga bagi Senja, selain dia yang ceria dan polos. Susan ini anak yang tipikal mudah berbaur dengan teman yang lainnya. Tapi sayangnya dia suka ceplas-ceplos saja dalam berbicara, hehe.
Miss Lila masuk, dan semua membaca doa belajar, ya, agar dapat ilmunya.
"Ok anak-anak untuk pengambilan nilai praktek, kalian harus presentasikan dialog yang kalian buat minggu kemarin. Untuk pertama tampil adalah Senja dan Susan," ucap Miss Lila.
Senja dan Susan tampil. "Hello, my name is Senja. Nice to meet you."
"Halo, mai nem ais Sosen. Naisu tu mit yu."
Senja tidak bisa menahan tawa melihat kesalahan Susan.
Susan mencoba lagi, tapi masih salah, "Halo, mai nem... eh... is... Sosan?"
Kelas pun meledak dalam tawa.
Guru tersenyum dan memberikan saran, "Mungkin kamu perlu banyak berlatih membaca bahasa Inggris, Susan." Susan menjawab dengan malu-malu, "Iya, Miss. Aku akan berusaha lebih baik lagi."
****************
Pelajaran pertama sudah selesai, dilanjutkan dengan mata pelajaran yang kedua.
"Kenapa gurunya sudah langsung masuk, ya, Sen?" tanya Susan yang kaget. "Tidak biasanya Ibu Rozanya datang tepat waktu, biasanya molor mulu 10 menit atau lebih. Bahkan cerita dulu atau gosip dulu sama guru yang lain," ucap Susan sambil bisik-bisik.
"Husss, diam! Nanti terdengar sama Ibu-nya bagaimana? "Dapat nilai rendah, rugi kita," jawab Senja.
"Tapi benar juga, ya, apa katamu, San? Hehe," kata Senja lagi. Mereka tertawa bersama. "Mungkin Ibu-nya lagi dapat hidayah atau dapat teguran dari Bapak Kepala Sekolah, kali, Sen," jawab Susan. "Iya, mungkin juga," jawab Senja.
"Oh iya, San, apakah kamu sudah ada uang untuk bayar ujian nasional nanti?" tanya Senja. Alhamdulillah, kalau aku sudah ada Sen," balas Susan tersenyum.
Kamu bagaimana Sen? "Aku belum ada San, doain saja ya semoga nanti aku bisa bayar untuk ujian," jawab Senja.
"Aamiin," ucap Susan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
yulia weni
mohon supportnya ya teman2 hehe
2025-09-06
1