Chapter 3
Setelah berpikir panjang akhirnya Gadis itu mendatangi perusahaan Tuan Muda, tidak ada pilihan lain Dia butuh pekerjaan ini. melihat perusahaan yang ada di depannya Gadis itu tercengang kagum! bagaimana tidak, bangunan yang menjulang tinggi dan megah sudah pasti ini adalah perusahaan elit. " Semoga kali ini Aku di terima, cayo Arena!" ucapnya liri sembari menyemangati diri sendiri. meski agak deg-deg an Gadis itu tetap berusaha untuk terlihat santai, dengan merapikan rambut yang sedikit acak-acak kan Dia pun membuang napas pelan untuk menstabilkan rasa groginya.
saat ingin melangkah masuk kedalam, Gadis itu bertemu pak Bagas di depan pintu kantor.
" Nona?" sapa pak Bagas pelan
" Eh, iya Pak! Bapak... orang yang menabrak Saya kemarin kan?" Gadis itu langsung mengenali Bagas
" Iya Nona, ini Saya! Mmm, apakah Ada Cidera yang serius?" Bagas pura-pura bertanya
" Tidak Pak, Saya baik-baik Saja! Saya kesini... mau melamar kerja katanya di sini ada lowongan" jelas Gadis itu lagi
" Ooh, benar sekali Nona! Mmm...sebelumnya kita berkenalan dulu, nama Saya Bagas! siapa Nama anda Nona?" Bagas mengulurkan Tangan
" Oh, Saya Arena Pak!" Gadis itu membalas jabatan tangan Bagas
" Nama yang cantik, secantik orangnya! baiklah ayo ikut Saya ke dalam" ajak Bagas
Arena hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah Bagas.
setibanya di ruangan Tuan Muda, Bagas meminta Gadis itu masuk kedalam karena Tuan Muda sendiri yang ingin meng interview calon karyawan yang satu ini.
" Silahkan Nona Arena masuk, Tuan Muda sudah menunggu!"
" Ah, Pak! ke.. kenapa Saya makin deg-deg an ya? Saya takut CEO nya galak"
" (Bagas berusaha keras menahan tawa) Mmm, sedikit! hanya saja Tuan Muda tidak akan menggigit Nona"
"Hah..! Baiklah Pak, semoga saja Saya tidak membuat kesalahan nanti"
" Semangat Nona! kalau begitu Saya permisi dulu"
" Iya Pak Bagas, terimakasih!"
Arena memberanikan diri mengetuk pintu...
Tuk...Tuk...Tuk...
" Masuk!" terdengar suara dari dalam
Arena melangkah masuk dengan pelan, Tuan Muda membalikan kursi dan langsung menatap lekat wajah Gadis imut itu. "Ternyata Dia" ucap Tuan Muda dalam hati.
" Permisi Tuan, Saya kesini atas perintah pak Bagas" Arena menjelaskan
" Duduk!"
"Huh...judes sekali Tuan Muda ini, padahal kan kalau senyum sedikit saja pasti ganteng" Arena ngedumel dalam hati.
" Saya bilang duduk! apa yang Kamu pikirkan?" Justin mengulang kata-katanya
" Ah, tidak ada Tuan!" Arena langsung duduk
" Kamu lulusan apa?"
" Management Tuan, dan Saya lebih mendalami ke Pemasaran dalam bentuk Bisnis Tuan! dan ini Data diri Saya" jelas Arena lagi sembari memberikan berkas
Justin membuka berkas tersebut, Dia melihat ternyata Gadis di depannya ini adalah lulusan terbaik tahun ini, dan yang lebih mengagetkan lagi usianya baru dua puluh satu tahun. " Dia benar-benar masih remaja" Gumam Justin dalam hati sembari memperhatikan.
" Baiklah!" Justin kembali meletakkan berkas di atas meja dan langsung menatap tajam wajah Gadis itu
Beberapa detik suasana menjadi hening, Arena bingung keputusan apa yang akan di berikan Tuan Muda untuknya.
" Aaa Tuan, apa... Saya memenuhi Standar?"
" Hampir!"
"Dingin sekali Tuan Muda ini" kesabaran Arena mulai teruji
" Jadi... apa Saya di terima Tuan?" Arena kembali bertanya.
" Ehem! besok Kamu mulai bekerja, dan menjadi Asisten pribadi Saya"
Arena tercengang, bukannya menjadi karyawan Dia malah menjadi Asisten pribadi!
" Aa, Tuan! Apa... tidak ada lowongan yang lain selain menjadi Asisten?"
" Kamu keberatan menjadi Asisten Saya?" mata Justin menatap tajam ke arah Arena
" Ah, Tidak,tidak, Tuan! bukan itu maksud Saya"
" Lalu?"
" Baiklah Tuan, Saya ikut Saja! terimakasih untuk kesempatannya, Saya permisi dulu"
" Tunggu!,"
Langkah Arena terhenti
" Iya Tuan?"
" Tanyakan lebih jelas kepada Bagas, apa yang Saya suka dan Apa yang Saya tidak Suka"
" Baik Tuan, permisi!"
Arena keluar dari ruangan Tuan Muda dengan wajah sedikit pucat, baru kali ini melamar kerja seperti bertaruh nyawa! Aura mafia kejam Tuan Muda sangat terlihat jelas.
Arena mencari keberadaan Bagas, setelah bertemu Dia mengajak Ajudan Tuan Muda itu untuk berbincang sebentar.
" Pak Bagas! maaf Saya mengganggu waktu Bapak lagi"
" Tidak apa-apa Nona Arena, apa yang bisa Saya bantu?"
" Emmm, tadi Tuan Muda bilang Saya harus menanyakan segala sesuatunya dengan Bapak! Apa yang Tuan Muda suka, dan apa yang tidak di Suka?"
" Nona, Tuan Muda memang terkenal disiplin, Tidak suka pekerjaan yang di tunda-tunda, setiap pagi harus On time, saat rapat harus karyawan yang lebih dulu ada di ruangan, Dia juga dingin, Galak dan sedikit kejam. tapi sebenarnya Dia orang yang tegas dan baik semua yang Dia lakukan semata-mata untuk kebaikan para Karyawan, ya... meskipun terkadang agak berlebihan" Bagas Memperjelas
" Semenyeramkan itukah Tuan Muda?" Arena menjadi tidak karuan
" Kalau... Tugas Asisten itu apa ya Pak?"
" Haha... jadi, Nona menjadi Asisten Pribadi Tuan Muda?"
Arena hanya mengangguk pelan dengan wajah yang takut dan sedikit memelas
" Sepertinya pekerjaan Nona agak sedikit berat dari karyawan yang lain,"
" Pak Bagas, ( Arena memegang lengan Bagas) Apa... Saya mundur saja? Saya Mau kerja Pak, bukan mau spot jantung!"
" Haha, tenang Nona seperti yang Saya bilang selagi Nona tidak berbuat salah Nona akan aman-aman Saja, semangat!" Bagas memegang kedua pundak Arena
Arena hanya mengangguk paham...
Dari atas gedung, ternyata Justin memantau dari jendela ruangannya, "Huh! Bagas, berani sekali Kamu memegang pundak Perempuanku,"
Arena berpamitan pergi, dan tak lupa berterimakasih atas penjelasan Bagas barusan.
belum lama Gadis itu pergi Bagas langsung di telpon Tuan Muda...
Krinnnnngg.(Dering telpon)
" Hallo Tuan Muda, ada apa?"
" Berani sekali Kamu memegang pundak Gadis itu!"
" Maksud Tuan, Nona Arena?"
Justin hanya Diam sembari mendengus
" Tuan cemburu? Astaga, Saya tidak bermaksud Tuan! tolong jangan salah paham, bukankah Tuan yang meminta Gadis itu untuk menemui Saya? Saya hanya memberinya semangat! dan...."
Tuuuuut... telpon terputus...
"Hallo? Tuan?" Bagas terus memanggil...
"Huhhh! (Bagas mendengus) secemburu itukah Tuan Muda? sepertinya Dia benar-benar sedang jatuh cinta! hah, Aku jadi sasarannya sekarang, cuma karena memegang pundak Nona Arena! Tuan, Anda benar-benar kejam jika mencurigai Saya" Bagas menepuk jidat lalu kembali masuk kedalam kantor.
***
Arena sudah di perjalanan menuju pulang kerumah, Dia membeli Cake untuk kedua kakaknya, ingin merayakan hari keberhasilan! karena mulai besok Dia tidak akan menjadi beban kedua kakaknya lagi, dan sekarang Dia juga bukan anak kecil lagi.
Raut bahagia terlihat jelas dari wajah imut seorang Arena, meski besok harus menghadapi CEO dingin itu, namun Dia percaya ini adalah awal tantangan menuju sukses. ya... mau bagaimana pun tidak ada pekerjaan yang mudah, semua pasti ada konsekuensinya masing-masing dan mungkin inilah salah satunya. mendapatkan pekerjaan dengan mudah, namun harus menghadapi CEO yang terkenal galak "Kuat-kuat Arena, Kamu pasti bisa" Arena terus menyemangati diri sendiri sembari mengendarai sepeda motornya.
Dua puluh menit di perjalanan Gadis itu sampai...
terlihat Rumah masih sepi, kedua kakaknya pasti belum pulang kerja. Arena masuk dan berniat untuk memasak makanan kesukaan Kakaknya, sebagai anak yatim piatu, Arena sadar hidupnya serba kekurangan! apalagi waktu kuliah kedua kakaknya berkorban sampai Dia menjadi seperti sekarang, tidak ada niat dalam hatinya untuk mengecewakan, justru Dia ingin membalas semua yang telah kakaknya berikan.
selesai masak, terdengar klakson motor di depan dan sudah pasti itu Kakaknya yang baru pulang kerja.
" Kakak...!" teriak Arena
" Arena, Kamu sudah pulang?" Kak Sofia ( Kakak pertama)
" Sudah Kak, Ayo kalian masuk dulu," wajah Arena terlihat sangat bahagia
" Waah... ada apa ini, kenapa Kamu beda dari biasanya?" Kak Cahyani ( Kakak kedua)
" Nanti Kakak juga akan tau,"
" Ya... baiklah..." sambung Sofia
setelah tiba di meja makan, Kedua kakaknya melihat makanan favoritnya masing-masing dan ada Cake di sebelahnya.
" Ren, ini ada apa? siapa yang ulang tahun?" Kak Sofia bingung
" Iya, Kita bertiga belum waktunya ulang tahun" sambung kak Cahyani
" Ih, bukan ulang tahun Kak! ayo duduk dulu biar Aku jelaskan! Kak, Aku udah dapat kerja"
" Waah... benarkah? Kamu kerja dimana?" Kak Sofia bersemangat
" Di sebuah perusahaan elit!" jelas Arena
" Mmm, Kamu jadi apa? karyawan?" sambung kak Cahyani
Arena menggelengkan kepala
kedua kakaknya mengernyitkan kening
" Aku... jadi asisten pribadi CEO kak!" jelas Arena
" Apa...? " kedua Kakaknya serentak kaget
" Husssst! pelanin suara Kakak" pinta Arena
" Kamu serius Ren? baru keterima kerja langsung jadi asisten pribadi?"
" Serius kak, besok Aku sudah mulai kerja"
" Waah... Gawat sih ini" kak Sofia menggelengkan kepala
" Kok gawat sih kak, maksudnya gimana?" Arena bingung
" Yaaa... Kamu itu seperti di spesialkan! dimana-mana karyawan dulu melalui masa kerja selama tiga bulan, lah Kamu langsung jadi Asisten Pribadi, Asisten CEO lagi"
," Jangan-jangan... Kamu mau di jadikan Istri CEO" goda kak Cahyani
" Iiih, Kak Cahya... tidak ya, mana mungkin! lagian Dia galak dan sedikit kejam Kak"
" Kata siapa?" ledek kak Sofia
" Kata Ajudannya kak,!"
Hahahaha... mereka sama-sama melepas tawa
Mereka melanjutkan makan, lagipula sudah sangat lapar! jam menunjukkan pukul setengah enam...
Namun meski demikian, kedua kakaknya sangat bangga karena adik kesayangannya sudah benar-benar mandiri, apapun pekerjannya yang terpenting Arena nyaman, mereka tidak pernah memaksa apapun pilihan Adiknya mereka hanya bisa mensupport. dan yang lebih penting lagi, harus selalu waspada dan hati-hati di manapun dan kapanpun.
Bersambung...
Vote ya Guys, kita akan gencar next terus... 🤗🤗🤗
komen kalau ceritanya seru...🙏🙏🙏😍😍😍
jangan lupa follow akunku 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Siskaahmaristha Luvbiee
waah terimakasih kakak masih pemula saling support ya 🤗🤗🤗
2025-09-07
0
Coykusayang
hai, cerita kakak menarik
2025-09-07
1