Hari demi hari telah berlalu sejak aku pertama kali membuka mata di dunia ini. Seperti biasa di pagi hari yang cerah, aku disambut dengan suara burung berkicau yang terdengar seperti saling menyahut.
Aku mulai merasa bosan terus berada di tengah hutan sendirian. Hidupku yang biasanya selalu di kelilingi dan berinteraksi dengan banyak orang kini malah hidup sendiri sebatang kara.
"Aku harus memikirkan cara untuk bisa keluar dari hutan ini. Tidak mungkin selamanya aku berdiam diri di dalam hutan ini seperti terisolasi dari dunia luar." Aku mencoba menguatkan tekadku. Keputusan yang aku pilih saat ini sudah bulat.
"Ya, aku harus bertambah kuat agar bisa keluar dari sini."
**
Setelah menghabiskan sarapan, aku mencoba untuk membuat senjata seperti busur dan anak panah kayu, serta tombak dari bambu yang diruncingkan.
Semua senjata ini aku baluri dengan racun yang sudah aku buat dari tanaman beracun yang aku temukan di hutan.
"Apa racun ini akan berfungsi di dunia ini?"
Aku kurang yakin dengan seberapa ampuh racun ini jika digunakan untuk membunuh binatang buas di dunia ini.
Di gubuk, aku mengambil beberapa benda tajam yang sudah sering aku gunakan seperti pisau dapur dan kapak sebagai senjata cadangan.
"Euh.. berat sekali kapak ini, rasanya tanganku mau patah jika harus mengangkatnya untuk bertarung."
Berat kapak ini sekitar 10-15 kilogram, bilahnya sangat tajam. Jika untuk menyerang lawan dengan ketajaman dan berat yang dimilikinya itu sudah pasti menjadikan daya serang kapak akan semakin mantap.
"Daya serang kapak ini emang paling greget dibandingkan dengan senjata lainnya karena sekali bug, ketimpuk tuh lawan langsung terbelah jadi dua. Tapi dengan kekuatanku yang sekarang belum sempat keangkat nih kapak yang ada nyawaku melayang duluan karena dibunuh lawanku nanti." Ucapku sambil jongkok memegangi kapak.
"Kapaknya disimpan dulu saja deh, nunggu aku jadi atlet angkat besi dulu nanti baru bisa aku pakai."
Aku beralih memegang pisau dapur yang aku letakkan di samping kapak.
"Hm.. jika aku baluri pisau ini dengan racun, sama saja dengan aku bunuh diri." pada akhirnya aku pun tidak jadi memakai kapak dan pisau dapur untuk dijadikan senjata cadangan.
Hari sudah semakin siang, aku mencoba berburu binatang kecil menggunakan panah dan tombak bambu.
Senjata pertama yang aku coba yaitu panahan, senjata inilah yang paling aku kuasai diantara yang lainnya. Karena di kehidupanku yang sebelumnya, aku sangat berbakat menggunakan panahan. Bahkan bakatku ini bisa mengantarkan aku sampai bisa lolos untuk menjadi atlet panahan, tepatnya saat aku masih di bangku akhir sekolah dasar.
Itu awal mulaku mendapat beasiswa penuh untuk pendidikanku sampai menjadi seorang dokter bedah.
'Slruttt... Sleb'
"Ah.. syukurlah anak panahku melenceng. Jahat sekali aku mau menjadikan kelinci imut itu sebagai kelinci percobaan."
Hampir saja anak panahku mengenai seekor kelinci yang sedang berlarian dengan kawannya.
'Kryukkk..' Perutku berbunyi.
"Lapar sekali aku, sudah waktunya makan siang ternyata." Mataku tanpa sengaja terus menatap ke arah kelinci-kelinci itu sambil membayangkan betapa lezatnya jika membuat makanan dari daging kelinci segar.
"Apa aku bunuh saja mereka untuk mengisi perutku ya?" Aku terus memandangi kelinci sambil berfikir ingin memakannya tapi sekaligus merasa kasihan jika membunuhnya.
Karena sudah disediakan binatang buruan di depan mata, akan sayang sekali jika dibiarkan saja. Lagian sudah lama perutku tidak diisi dengan daging binatang selain ikan.
Aku mengganti anak panah beracun dengan anak panah bersih yang akan ku gunakan untuk membidik.
'Slruttt... Sleb'
"Maafkan aku karena sudah melukaimu sekaligus menjadikanmu kelinci percobaan yah kelinci." Kali ini aku dengan sengaja mengarahkan anak panahku untuk mengenai bagian kaki belakangnya saja. Agar nantinya kelinci bisa di sembelih dulu untuk bisa aku masak.
Selanjutnya aku menggunakan senjata tombak buatanku. Kali ini pun aku langsung berhasil membidik seekor ayam hutan yang sedang berlari cepat.
Namun karena ayam hutan itu langsung mati setelah terkena tombak bambu yang aku lempar jadi ayam itu langsung aku kuburkan.
Di dalam lingkaran pelindung ini tidak ada satu pun binatang yang nampak berbahaya, hanya ada binatang liar seperti ayam, kambing, rusa, kuda, bebek, ikan dan lainnya.
"Apa aku harus pergi keluar dari perbatasan pelindung ini untuk mendapatkan pengalaman berburu binatang buas langsung?" Ucapku kemudian menggelengkan kepala.
"Tidak-tidak, keluar dari lingkaran pelindung ini sama saja mau bunuh diri."
Akan terlalu berbahaya jika aku terlalu terburu-buru keluar dari area pelindung ini.
"Sepertinya aku harus melatih tubuhku dulu sambil berlatih menggunakan banyak senjata lainnya." Ucapku sambil berlatih membidik daun yang berjatuhan dari pohon.
"Tapi bagaimana caraku berlatih, tidak ada guru yang mengajariku ataupun buku panduan untukku berlatih." Ucapku bingung.
Tiba-tiba layar sistem muncul dengan fitur seni beladiri, namun semuanya masih terkunci.
"Apa kamu mau meledekku? Apa gunanya menunjukkan padaku pelatihan beladiri namun semuanya masih terkunci." Ucapku kesal.
Sistem itu menjawab dengan tulisan.
'Level 1 (Sangat Lemah)'
"Hah, sangat lemah? benar-benar nih sistem." Perasaanku semakin dibuat kesal oleh sistem.
"Tapi sesuai katamu sih, aku juga merasa kalau tubuhku ini masih sangat lemah." Ucapku sambil duduk bersender di pohon.
Karena tubuhku yang masih terlalu lemah untuk melakukan gerakan beladiri. Tiba-tiba di layar sistem tertulis misi lari 3 km, Squat Jump 50x, Push-Up 50x untuk durasi waktu 3 jam dan jika misi gagal mendapat pinalti membunuh 30 babi hutan dengan kapak dengan batas waktu 30 menit.
"Hah. Ini beneran? Pegang kapak saja masih kesulitan, ini sih nyuruh aku buat mati secepatnya." Ucapku.
Akhirnya mau tidak mau aku lebih memilih untuk menyelesaikan misi secepatnya.
Setelah 30 menit berlalu, aku berhasil menyelesaikan misi lari. Kaki ku sudah mulai bergetar karena lelah sedangkan tugas yang diberikan sistem masih sangat banyak, aku pun melanjutkan dengan melakukan Squat Jump.
Aku terjatuh duduk, kaki ku benar-benar lemas sulit untuk aku bergerak lagi. Aku sudah mencapai batas kekuatanku.
"Ayo.. bangun Rayna! Kamu pasti bisa." Ucapku sambil berusaha memaksa diriku agar bisa bangkit melampaui batasanku.
Waktu telah habis dan misi yang diberikan telah aku selesaikan, kini aku terbaring lemas di atas tanah. Seluruh tubuhku terasa sangat nyeri.
Sudah seminggu aku melatih tubuhku dengan mengikuti misi pelatihan yang diberikan sistem untukku.
"Huah... capek! Andai saja ada tukang pijat." Teriakku dengan sedikit tenaga yang tersisa.
...****************...
"Apa yang akan dia lakukan sekarang? Apa sedang berlatih otot tubuh?" Gumam lelaki bertudung kepala dari atas pohon besar sambil mengamati Rayna yang sedari tadi sedang melatih tubuhnya.
"Sudah beberapa hari tidak melihatnya, tampaknya dia sudah melatih tubuhnya dengan baik." Ucapnya sambil memakan buah apel yang dipetik dari kebun milik Rayna.
Lelaki bertudung itu nampaknya sudah menemukan tempat aman yang sangat nyaman di dalam hutan sebagai tempat berlindung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments