"Hm.. gimana caraku menangkap ikan-ikan itu ya?" Gumamku sambil mendekapkan ke dua tanganku.
"Lihat saja walaupun tubuhnya itu besar-besar tapi larinya cepat sekali. Apa kalian pelari maraton?" Membuatku semakin bingung saja mencari cara untuk menangkapnya.
Baru ditatap saja ikan-ikan itu langsung berlarian seperti melihat hantu saja. Atau jangan-jangan..
"Hm.. Aku tau, pasti kalian semua pada salah tingkah karena yang menatap kalian itu wanita secantik diriku." Ucapku sambil menyibakkan rambut panjangku.
"Tenang saja, akan aku olah dagingmu dengan sebaik mungkin. Jadi kemarilah, mendekatlah ke padaku." Aku berusaha mendekati ikan yang sedang bergerombol.
'Cpakk - Cpakk.'
Ikan itu terus menghindar melarikan diri dariku. Sudah dari tadi aku mengendap-endap tapi percuma saja. Satu ekor pun belum ada yang berhasil aku tangkap.
"Argh.... menyebalkan sekali, kesabaranku sudah habis." Aku berteriak sambil memegang kepalaku yang sudah mulai memanas.
"Hey, lama kelamaan akan ku racun saja kalian semua." Kakiku sudah mulai berkerut karena kedinginan.
Aku pun naik ke atas, di tepian sungai sambil terus menatap ikan-ikan gendut itu yang kembali bergerombol dengan teman-temannya seperti sedang mengejekku.
"Dasar ikan gendut tukang ngerumpi." Ucapku marah-marah ke ikan yang ada di sungai.
"Tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan terus-terusan begini. Nanti yang ada aku mati kelaparan." Ucapku sambil menggelengkan kepala.
Aku berjalan menuju gubuk untuk mencari alat yang bisa aku gunakan untuk menangkap ikan, namun hasilnya nihil juga.
"Kenapa alat untuk menangkap ikan saja tidak ada, semiskin apa pemilik asli tubuh ini.." Ucapku geram.
"Huft.. ya sudah aku coba buat bendungan saja."
Akhirnya aku putuskan untuk membuat bendungan dengan menyusun batu agar ikan-ikan itu tidak bisa kabur lagi.
Belum sempat menyusun batu tiba-tiba ikan-ikan itu mendekat ke arahku.
"E.eh.. nanti dulu dong belum selesai ini bendungannya. Jangan ke sini dulu."
"Bukan begini aturan mainnya, ah.. sudahlah yang penting bisa nangkep nih ikan." Aku langsung menangkap ikan yang mendekat ke kaki ku.
"Hap, yey.. akhirnya dapat juga.." Aku sangat senang karena sudah satu jam lebih tidak mendapatkan ikan akhirnya dapat juga.
"Beres deh, jadi tidak perlu melanjutkan bikin bendungannya." Kini sudah ada empat ekor ikan yang berhasil aku tangkap.
'Cpakk-Cpakk'
"Loh-loh, yah.. kabur lagi tuh ikan." Satu ikan berhasil lolos dan kembali berenang ke sungai.
Ikan-ikan itu memberontak, jadi aku biarkan lolos karena memang dari awal aku hanya akan menangkap dua ekor ikan saja.
Aku pun membawa ikan yang ku tangkap menuju gubuk untuk aku masak.
Di dapur dalam gubuk. Aku berjalan menuju tempat memasak ternyata menggunakan tungku yang memakai kayu bakar. Tapi nampaknya kayu bakar di penyimpanan sudah habis.
"Apa berarti aku harus mencari kayu bakarnya dulu dengan menahan perut laparku ini?" Aku mendengus kesal.
Akhirnya mau tidak mau aku berjalan keluar gubuk untuk mencari kayu bakar.
Ketika sedang mencari kayu, mataku tanpa sengaja tertuju di sebuah gundukan tanah berumput tidak jauh dari gubuk.
"Hm.. aku sangat penasaran." Ucapku sambil berjalan menuju gundukan tanah.
Sesampainya di dekat gundukan tanah itu, aku terkejut. Ternyata itu merupakan sebuah pemakaman.
"Makam siapa ini?" Aku mendekat ke makam dan tiba-tiba kepalaku sangat pusing.
"Akh.. sepertinya aku mau kesurupan. Apa aku akan menjadi aing macan?"
Aku terjatuh duduk, sebuah ingatan melintas di benakku. Makam ini milik nenek yang tinggal di gubuk tua sekaligus nenek yang sudah mengasuh pemilik asli tubuhku ini.
Tubuh ini memang sangat mirip sekali dengan tubuhku, tapi ternyata tubuh yang saat ini aku tempati adalah tubuh milik orang lain yang sepertinya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Namaku Rayna, sebelum aku berpindah ke dunia ini, dulunya aku adalah seorang kepala asosiasi dokter bedah di Rumah Sakit ternama.
Sebenarnya aku ahli dalam bidang pengobatan apapun. Tapi karena menurutku menjadi dokter bedah adalah pekerjaan yang paling cepat menghasilkan uang banyak. Jika dibandingkan dengan hanya menjadi peramu obat tradisional. Aku hanya memikirkan soal mana yang lebih menguntungkan di dalam hidupku. Jadi aku lebih memilih pekerjaan itu.
Hal itu yang ku yakini selama hidupku sebagai dokter, karena bagaimanapun aku yang hanya seorang yatim piatu dari panti asuhan dari kecil hidupku miskin dan tidak memiliki apapun. Jadi aku berusaha lebih keras dari siapapun agar bisa menjadi kaya.
Namun kenyataannya, aku setelah menjadi dokter bedah yang setiap waktu melihat banyak pasien hampir kehilangan nyawa. Bahkan tidak sempat memikirkan seberapa besar bayaran yang aku terima. Karena yang ada di fikiranku saat itu hanya bagaimana cara agar tetap bisa menyelamatkan nyawa seseorang sebanyak mungkin.
Maka dari itu, terkadang aku pun juga mengeluarkan uang pribadiku untuk membayar biaya operasi pasien yang tidak mampu membayar.
Hidupku enak dan tidak kekurangan apapun. Banyak para koas yang diam-diam mengidolakanku. Namun karena terlalu bersemangat mengumpulkan uang, maaf maksudku karena semangat kerjaku ini tinggi, jadi aku sampai sering lupa waktu istirahat.
Begitu aku tersadar dengan usiaku yang sudah tidak muda lagi, akhirnya memutuskan bahwa aku yang selama ini gila kerjaan saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku.
Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.
"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..
'Klap' gelap.
Saat membuka mata aku sudah berada di sini, ditubuh ini, dan hidupku malah jadi miskin seperti ini.
"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua." Teriakku frustrasi.
"Kya..! Kaget aku, apa ini tiba-tiba ada layar." Ucapku terkejut melihat sebuah layar muncul tepat di depan mataku.
"Apa lagi ini?" Ucapku sambil mencoba menyentuh layar tembus pandang itu.
Layar itu berisi seperti online shop, terdapat berbagai jenis barang yang dijual. Ada situs penyimpanan juga ternyata.
"Hm.. seperti di novel fantasi yang pernah aku baca." Ucapku sambil mengangguk.
"Tapi.. apa-apaan sistem ini, masa tidak ada yang gratis. Semuanya berbayar, mana aku juga tidak punya uang sepeserpun." Ucapku kesal.
Bagaimana aku tidak kesal, semua yang disediakan oleh sistem terkunci dan harus dibeli menggunakan uang untuk mendapatkannya.
"Lihat pakaian lusuh anak ini, sudah pasti dia tidak punya sepeserpun uang."
"Ah sudahlah, aku mau makan dulu untuk mengisi perutku ini." Aku berusaha bangun untuk kembali mencari ranting pohon kering yang berjatuhan.
Di depan tungku untuk memasak. Ternyata tidak ada korek untuk menyalakan api, aku pun membuat api dengan teknik bor busur atau apalah itu.
"Huhu.. Ternyata sulit juga, tidak semudah yang biasa aku lihat di Yubut." Tanganku sampai lecet dan capek sekali menggerakan busur kayu itu.
Tapi aku tidak boleh menyerah, ini demi kelangsungan hidupku.
Tidak lama kemudian setelah aku mempercepat gerakan tanganku dengan stabil akhirnya api berhasil aku buat.
Karena tidak ada apapun di dapur, jadi setelah ikan dibersihkan lalu akan aku tusuk menggunakan ranting untuk ku bakar saja sampai matang.
"Hm... lembut sekali daging ikan ini, rasanya juga sangat manis padahal tidak ditambahi bumbu apapun." Aku langsung menyantap habis ikan bakar ini sampai kenyang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Pecinta Gratisan
mantap💞 thor cerita nya💞
2025-09-24
1