"Tak ku sangka ada tragedi seperti itu di malam terakhirku," gumam Leon. Dan berusaha melupakan kejadian itu.
Saat ini pukul 11.00 tepat. Tak ada lagi orang yang datang ke perpustakaan setelah kejadian yang sangat tragis itu. Dan lagi sekarang sudah larut malam, bagi anak akademi, jam segini inilah seharusnya tidur.
Perpus akademi yang Leon tempati ini tutupnya jam 10.00, dan tidak boleh ada anak-anak yang masuk lagi. Yang berarti tak ada harapan bagi Leon.
"Yah... Mana mungkin kan ada orang yang masuk lagi?" tanya-nya dengan nada tiada harapan. Dan mulai menerima kenyataan bahwa dirinya akan segera di-teleport.
Saat ini pukul 11.59 yang di mana tinggal 60 detik lagi waktu teleport-nya Leon.
Tik!
Tik!
Suara jam yang terus menerus berbunyi berputar.
"Suara apa itu?!" tanya Leon. Mendengar suatu suara, yang mungkin ia mengenali suara itu. Suara yang berasal dari pintu. Ya, dari pintu depan.
KLIK!
Leon mengenali suara itu, suara pintu dibuka, namun kali ini bukan dengan kunci, tapi dengan paksaan. Suara pintu yang dibuka dengan besi saat pencuri ingin membuka pintu.
"Pencuri?!" Leon kaget, apalagi setelah melihat sosoknya, berjubah hitam, dengan rambut pemuda itu yang berwarna abu-abu.
Mukanya tampak panik, dengan penuh kewaspadaan. Mengendap-endap dengan cepat dan tanpa suara.
Dan bukan tidak di sengaja, anak itu menuju ke rak di mana Leon berada. Seolah memang Leon lah tujuannya datang ke sana.
"Dia kemari..?" Hanya bisa mendengar step-nya, apalagi pandangan Leon terbatas. Ditutupi oleh buku-buku di sampingnya.
"Dia benar-benar kemari... dia mengetahui keberadaanku!" Kata Leon, merasa harapan muncul kembali.
"Dia sudah susah payah mencariku, aku harus memanggilnya!" kira Leon.
"Hei nak! Lihat aku! Lihat lah!! Kau sudah susah payah kemari!!" panggil Leon kepada anak itu yang sekarang tepat berada di depannya.
“Waktunya!! Aku akan segera teleport!” Batin Leon panik ketika melihat bahwa tinggal lima detik lagi waktu tersisa.
Namun bukan kebetulan, anak itu berhenti ketika selesai Leon memanggilnya. Dan menoleh ke Leon dan tanpa basa-basi langsung mengambil Leon. Seolah ia mendengar batin Leon.
Tik!
Pukul tepat jam 12:00. Namun terlihat Leon sudah ada di genggaman anak itu dan yang lebih hebat, Leon berhasil menjalin kontrak ketika detik-detik terakhir, satu detik sebelum pukul 12.00. Pemuda itu membuka sampulnya.
"Yes! Kau berhasil nak!" ucap Leon dengan senang dan puas pula. Kali ini ia tak perlu menunjukan kewibawaannya, karena kontrak telah terjadi.
Tapi, yang lebih mengejutkannya adalah, pemuda itu Tidak terkejut sama sekali, dengan tatapan yang polosnya, bagai bukan suatu hal yang mengerikan baginya.
“Kau tidak takut..?” tanya heran Leon, biasanya anak-anak akan takut ketika mendengar suara yang bahkan dari buku.
Dengan polosnya anak itu menggelengkan kepalanya, tanpa ketakutan dan kewaspadaan sama sekali.
Dan terlihat anak itu memakai baju akademi yang menandakan ia dari akademi. Tapi apa yang membuat ia harus masuk paksa begitu? Bukankah ia bisa langsung masuk saja? Ia kan dari Akademi?
tanya Leon setelah melihat seragamnya.
“Hei nak, mengapa kau masuk ke perpus? Apa yang mau kau maling?” tanya Leon. Dan kali ini masih dalam bentuk buku, belum berubah menjadi wujud manusia.
“Tak ada” jawab anak itu dengan santainya.
Yang membuat Leon semakin bingung dengan anak ini, betapa beraninya ia membobol pintu perpus akademi, apalagi di sini ada CCTV. Dan , Tidak ada yang mau di curi?! Itu sangat rugi dan menyia nyiakan tenaga, itulah pikir Leon, yang terus mengomentari anak itu di dalam hatinya.
“Aku membobol pintu itu karena aku mau masuk. Aku hanya ingin membaca buku.” Lanjut anak itu menjelaskan maksudnya.
“Lalu, kenapa kau terlihat panik tadi?” lanjut tanya Leon. Dan memang, tadi muka anak itu tampak panik ketika awal ia masuk.
“Aku hanya merasa bahwa sesuatu yang kucari akan segera hilang tadi, makanya aku sangat panik,” jawab anak itu, yang membuat Leon tambah yakin bahwa anak inilah takdirnya. Yang akan menjadi Penyihir Agung bersamanya nanti.
“Kau sengaja menemuiku?” tanya Leon semakin mengintimidasi anak itu. Lagi-lagi ia hanya menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Yang membuat Leon semakin bingung lagi.
'Berarti ia tak bermaksud menemuiku?' tanyanya di batinnya.
“Lalu mengapa kau langsung kemari, seolah kau tahu keberadaanku?” Leon lanjut bertanya. Perasaannya dipenuhi dengan keheranan dan pertanyaan tentang anak ini.
“Entahlah… Saat itu tubuhku seolah tidak mengikuti kehendakku. Tubuhku bagai bergerak mengikuti kata hatiku yang terdalam…” Kali ini ia menjawab dengan jelas. Yang membuat Leon sedikit terpengaruh olehnya. Semakin yakin bahwa anak inilah takdir yang sebenarnya.
“Siapa nama mu?” tanya Leon, dengan suara yang serius dan intens.
“Rafael,” jawabnya dengan singkat.
“Keluarga mu?” lanjut Leon bertanya. Namun walau terus dilontari pertanyaan, Rafael tetap memasang muka santai dan cool.
“Tak ada. Aku ditelantarkan oleh kedua orang tuaku sewaktu aku bayi,” jawabnya dengan sedikit memberikan penjelasan.
'Seseorang yang tak punya identitas jelas, bisa mendengar panggilanku? Tak salah lagi, dialah yang terpilih!' batin Leon. 'Aku harus mengenalnya lebih dalam! Tapi sebelum itu, sebaiknya kami keluar dari sini dulu,' lanjut batin Leon.
“Itu. Lewat sana,” sembari menunjuk suatu fan, dan berjalan ke sana. Seolah mengetahui isi hati Leon. Sontak membuat Leon kaget.
“Dia dengar?” tanya batin Leon.
“Kita akan keluar dari bawah tanah,” kata Rafael sembari membuka ventilasinya. Dengan Leon yang di genggamnya.
“Mengapa susah-susah? Kan bisa dari depan?” tanya Leon yang terus di genggamnya dengan erat.
“Kita sudah ketahuan,” jawab Rafael.
Tuk!
Suara dentuman yang diikuti Rafael suatu momen menuruni tangganya.
Leon hanya tak bisa berkata-kata, ia benar-benar heran melihat semua yang dilakukan Rafael.
Sebelum akhirnya mereka menemukan jalan dua arah.
Namun Rafael tidak panik.
Walau tampak celingukan ke kanan dan ke kiri.
Leon yang melihatnya tentu tahu isi hati Rafael. Ia pasti sedang memilih mau mengambil jalan yang mana.
'Mari kita lihat anak ini menyelesaikan permasalahan kecil ini' Batin Leon dengan seringaian kecilnya yang berada tepat di belakang Rafael.
Yang nantinya Leon akan menilai bagaimana cara kerja otak Rafael, untuk menambah kedekatan mereka, tentunya Leon harus mengetahui identitas pengkontrak nya.
Dan terlihat sekarang Rafael mulai memejamkan matanya. Mengarahkan kedua tangannya kedepan. Bersiap siap, seakan akan keluar suatu teknik yang harus di persiapkan.
Menarik nafas, tidak banyak, hanya sedikit.
"Alvareth nox e’tira - Veyrum silen’ka."
Kata kata mantra keluar dari mulut Rafael, yang hanya di mengerti oleh sesama penyihir saja.
Yang membuat lorong yang lembab, gelap, dan dingin itu, kini bercahaya. Dan itu hanya tampak bagi Rafael saja. Pengguna Mantra nya saja.
Matanya mengeluarkan Aura biru es dingin. Mengeluarkan lambang sihir yang berada tepat di depan telapak tangannya. Dan kali ini bukan hanya Rafael saja yang bisa melihat nya.
Di pikirannya, tergambar kerangka kerangka sesuatu yang akan di lewatkan oleh mereka. Hanya terbatas itu saja. Tak lebih.
Yang membuat Rafael masih ragu ragu untuk memilih jalan yang mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
LION QUEEN
semakin menarik... Akan sangat menarik nih cerita nya. Si Leon sudah menemukan majikan nya!/Smile/
2025-09-08
4
Murnila Wati
Seru Thor!
2025-09-08
1