tiga

"kamu baik sekali reeva" peluk rania, setibanya mereka di kamar, "aku salut sama kamu dan keberanianmu, kamu memang luar biasa reeva" reeva melangkah ke arah ranjang, tempat tidur mereka, wajahnya masih terlihat tenang, walau terus terang hatinya sangat galau dan bingung luar biasa, " kalau itu diriku, aku pasti tidak akan sanggup ree, kamu memang hebat" puji rania menatap adiknya dengan mata berbinar. "bukan hebat nia, aku hanya putus asa" geleng reeva menatap kakak cantiknya itu dengan takjub, padahal matanya sembab oleh air mata namun rania masih tetap kelihatan sungguh cantik. Reeva membuang mukanya jengah, senyuman rania terlihat begitu mempesona. "tapi aku berterima kasih padamu ree, tanpamu aku pasti tidak akan bisa menikahi mas arka, kamu memang adik terhebatku" puji rania tulus memeluk hangat tubuh reeva, reeva menyambut pelukan rania tak kalah hangat. Tepukan lembut tangan reeva pada punggung rania, terasa penuh kasih.

"reeva harus pergi bu, reeva ketua panitia dalam acara pembukaan jambore itu, bagaimana mungkin reeva tidak menghadirinya" rengekan reeva terdengar membujuk ibunya yang masih berdiri di ambang pintu, tangan bu nila bersidekap dengan mata tajamnya menatap reeva. "ibukan udah ngomong kemaren, selain sekolah kamu tidak boleh mengikuti kegiatan apapun, jangan sampai nanti pria itu menyesal telah mengajukan lamarannya, setelah melihatmu" mata ibunya tetap terlihat tidak mau di ajak kompromi, gelengan kepalanya tegas menolak bujukan reeva. "kalau tidak ada halangan selesai ujian akhir, kamu akan menikahi pria itu ree. Susah payah ayahmu membujuk pria itu untuk membiarkan kamu selesai ujian dulu"

"tapi bu..",

"tidak ada tapi-tapi ree" geleng bu reeva cepat, "kamu sudah setuju untuk semuanya, jadi ibu harap kamu bisa patuhi ibu"

"hehhhhh.." terdengar reeva menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia membantingkan tas ranselnya ke atas meja belajar, raut wajahnya terlihat kesal. Tangannya meraih gawai yang ada di saku luar tas ranselnya, tangannya dengan lincah mengetikkan sebuah pesan di sebuah aplikasi pesan berwarna hijau berlambang telepon itu. Reeva memutuskan untuk meminta garkha, mewakilinya di acara itu. Raut wajah reeva masih terlihat kesal, beberapa kali terdengar hembusan nafasnya yang kesal dan berat. reeva menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur yang sudah mulai hilang keempukannya, mata indahnya menatap layar gawai tanpa kedipan, di situs pencarian reeva mengetikkan sebuah nama'albirru naratama'

Informasi lengkap tentang pria itu tercatat dengan rapi, sebuah gambar memuat pria itu yang sedang berkuda. Wajahnya yang terlihat tegas dengan garis rahang, hidung mancungnya yang tinggi, membuat reeva menelan salivanya, bukan karena kegantengannya namun lebih ke rasa takut yang tiba-tiba menerpa hatinya. Reeva yakin pria yang akan menikahinya ini bukan lagi hanya seorang pria dewasa, namun memang pria yang sudah cukup matang. Perkiraan reeva pria itu sudah menginjak usia 30-an, latar belakang pria itu juga bukan main-main, siapa yang tidak mengenal grup argatama, salah satu grup yang mendukung perekonomian negara ini berjalan lancar. Reeva lagi-lagi menelan air ludahnya yang terasa bagai duri, latar belakang pria itu saja sudah membuat reeva minder, apalagi jika sampai ia berdiri di sisi pria itu, reeva lebih pantas menjadi artnya, 'alangkah lebih baik jika rania yang mendampingi pria itu, kecantikan rania lebih layak untuk disandingkan dengan pria itu' batin reeva dalam hati. Rania memang cantik, sangat cantik malah, namun rania tidak secerdas reeva, baik secara IQ ataupun EQ, tidak ada yang menyangka kalau rania sangat pas-pasan dalam hal itu, namun siapa yang perduli, bukankah di dunia ini ada semboyan 'kalau kamu cantik kamu selalu dimaafkan', lagian siapa juga pria yang perduli dengan kecerdasan. Pria itu makhluk visual, bagi mereka kecantikan adalah hal pertama yang harus dilihat dari seorang wanita.

Reeva meletakkan gawainya di nakas, perlahan matanya terpejam, ada rasa yang begitu sesak di dadanya, namun reeva sendiri heran entah apa yang membuatnya jadi bingung seperti ini. Sebenarnya jika boleh jujur, reeva takut akan kehidupan pernikahan yang akan ia jalani dengan pria itu. Apalagi sampai detik ini reeva juga belum pernah ketemu dengannya, ingin rasanya ia membatalkan rencana ini, namun akibatnya sungguh fatal bagi keluarga mereka.

"ree.." panggilan lembut dan ketukan di pintu kamar menyadarkan reeva dari tidur-tidur ayamnya, perlahan reeva menyeret langkahnya malas menuju pintu, terlihat ayahnya berdiri dengan senyum canggung memegang sebuah bingkisan di tangannya. "ayah tadi beli martabak telur, yuk kita kumpul di meja makan, kebetulan rania juga sudah pulang" ajak pak danu menatap putrinya yang terlihat kusut. Tanpa menjawab sepatah katapun reeva berjalan malas menuju ke ruang makan dimana ibu dan kakaknya duduk manis dengan mulut yang terlihat sedang mengunyah.

"bagaimana mas, apakah Birru mau menikah dirumah ini?" pertanyaan bu nila memecah keheningan dan lamunan reeva. Pak danu menggelengkan kepalanya lesu, "dia tidak mau dek, katanya dia udah mengalah dengan mengundurkan waktunya, jadi giliran kita yang mengalah sekarang"

"cihhh, memang pria brengsek" terdengar umpatan bu nila yang terlihat kesal, " apa karena dia orang kaya, lantas bisa berbuat sesukanya" mata bu nila terlihat menyipit tak suka," seandainya saja kamu tidak punya masalah dengan pria itu mas, aku tidak akan mengijinkan putriku menikahinya"

Reeva mendongakkan kepala, matanya menatap bu nila penuh tanya, sejak kapan ibu mereka itu memperdulikan dirinya. Setahu reeva ibunya hanya memperdulikan rania, kakaknya yang cantik itu. "jadi gimana dek?" tanya pak danu yang terlihat bingung. Reeva membuang pandangannya ke arah lain, sungguh terkadang reeva kesal melihat ayahnya tidak tegas dan lembek seperti ini. Dalam keputusan apapun ayahnya sangat bergantung kepada ibu.

"aku tidak bisa bayangkan bagaimana reeva mengatasi pria egois itu nanti, aku takut reeva nggak sanggup" kata bu nila dengan tatapan sendu ke arah rania. Reeva menoleh jengah, ia tahu ibunya berharap ranialah yang menerima lamaran ini, baginya putri cantiknya itu terlalu berharga kalau hanya mendapatkan seorang suami seorang pns di kantor pajak.

"trus apakah menurut ibu, rania sanggup mengatasi pria itu?" tanya reeva tanpa ekspresi, ia melihat ibunya sedikit tersentak. " hahahahha" tawa pak danu terdengar renyah "aku yakin reeva mampu menaklukkan pria itu, sikap keras kepala reeva akan mampu menandingi birru, aku yakin" wajah sendu bu nila terlihat sedikit berubah, ada rasa bersalah dari sorot matanya yang menatap reeva, bagaimana bisa ia berpikir bahwa reeva tidak layak menjadi istri seorang konglomerat, padahal reeva juga putri kandungnya yang berharga.

"sudahlah dek, percayalah reeva pasti mampu, jangan ragu" ujar pak danu meyakinkan bu nila yang terlihat masih terdiam. " iya bu..aku tahu reeva pasti mampu" sahut rania yang sedari tadi hanya mendengarkan. Reeva melihat ibunya hanya mengangguk, namun raut wajahnya masih terlihat merasa bersalah. Ia juga tahu putri bungsunya itu bukanlah wanita biasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!