Bab 02

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."

"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."

"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.

"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.

Yumna tersenyum sinis.

"Jadi, aku sedang diancam?"

"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,

dan itu terlihat sangat menyebalkan.

Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

"Bagaimana? Kau pasti sudah memutuskan." Putri GM itu meminta keputusan Yumna.

"Tidak. Aku tak memutuskan apa pun. Aku justru sedang berpikir untuk mencakar wajahmu. Kebetulan hari ini aku memang belum potong kuku." Yumna memperhatikan

kuku jarinya yang memang sedikit memanjang. "Kurasa ini cukup untuk membuat wajah cantikmu itu cedera."

"Lakukan saja kalau berani. Maka kupastikan, setelah aku menikah dengan Zian, dia akan menceraikanmu. Dan aku yang akan menjadi istri satu-satunya."

Bersamaan dengan titik dari ucapannya, senyum kemenangan kembali tercetak di bibir Talita.

Dira memandang muak, dia ingin sekali membantai wanita di depannya. Tapi, Yumna justru berucap santai.

"Terlalu percaya diri. Bahkan jika kau menikah dengan Zian sekarang, kau hanya menjadi istri ketiga."

"Istri ketiga?"

Kini Talita yang terlihat heran. Tidak. bukan hanya heran, tapi terlihat kebingungan.

"Belum tahu kalau Zian. sudah punya dua istri?" Yumna menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya ia mulai berhasil membalik keadaan.

Raut wajah kebingungan Talita menjadi pemandangan indah tersendiri sekarang bagi Yumna.

"Kau bisa mendatangi kembali informanmu, Mbak Talita, untuk menanyakan perihal ini. Pastikan tidak ada informasi yang terlewat tentang Zian Ali Faradis."

"Ja-jadi?"

Yumna semakin menikmati raut kebingungan di wajah Talita.

"Azaira Mahrin. Itu nama istri pertama Zian. Kau bisa datang padanya, dan meminta izin untuk menjadi istri Zian yang ketiga."

"A-apa?!" Zian, sudah punya dua istri?"

Talita nampak shock. Tubuhnya terhempas ke sandaran kursi. Wajahnya langsung pucat pasi.

*****

"Yumna kau yakin?"

Langkah Dira mulai goyah. Di hatinya mendadak gelisah. Bahkan tanpa terasa ujung mata gadis itu membasah.

"Yakin atau tidak. Kita harus menuntut penjelasan dari Zian," jawab Yumna tegas. Di tatap matanya nampak larva panas. Yang siap dimuntahkan dengan ganas.

Yumna telah berhasil membalik keadaan dari tekanan yang dilakukan Talita.

Putri pak Handoko itu sangat kaget mendengar Zian sudah punya istri dua. Dia pergi meninggalkan Yumna dan Dira bahkan sebelum noktah kesepakatan didapat.

Sepeninggal Talita, Yumna mengajak Dira menemui Zian untuk menanyakan hal yang sebenarnya.

Kelihatannya saja Yumna menang dengan membuat Talita pergi tanpa membawa hasil apa-apa. Namun, sebenarnya hati gadis cantik itu diliputi gelisah, bahkan amarah terkait berita yang baru saja diterima.

"Aku gak percaya, Yum, kalau Zian kayak gitu." Suara Dira bergetar saat mengucapkan demikian. Ia tak percaya. Dan sangat menolak percaya. Namun, nyatanya pengakuan Talita begitu memukul hatinya.

"Aku juga gak mau percaya. Tapi kita tetap harus menanyakan langsung hal ini ke Zian."

"Kita akan ke kantornya?"

"Gak. Dia keluar kantor sejak satu jam lalu."

"Trus, kita kemana?"

"Aku akan telepon dia." Yumna mengacak tas sandangnya, hampir saja seluruh isinya terburai, begitu tergesanya gadis cantik itu ingin mendapatkan apa yang tengah dicari di sana. Ponsel.

Terdengar notifikasi panggilan telepon dari dalam tas Dira.

"Yumna, ini kak Aira telepon."

"Angkat saja! Aku akan telepon Zian." Yumna sudah mendapatkan ponselnya dan langsung menghubungi Zian.

Akan tetapi, setelah beberapa panggilan, Yumna tidak berhasil menghubungi Zian. Nomor ponsel atasannya yang tampan itu sedang tidak aktif.

Sedangkan Dira hanya sekejap saja berbicara dengan Aira, sebelum kini wajah manis itu nampak terkejut dan pucat.

"Yumna."

"Ada apa?"

"Zi-zian kecelakaan."

"Kata siapa?" Yumna berbalik cepat menatap Dira.

"Kak Aira."

"Zian kecelakaan." Yumna seperti baru mencerna informasi itu.

"Di mana dia sekarang?"

"Di rumah sakit."

Tanpa ada yang mengomando lebih dulu, kedua gadis itu pun pergi dengan langkah terburu.

"Kenapa harus kecelakaan sekarang sih, waktunya sangat tidak tepat." Terdengar Yumna menggerutu. Pasalnya dia sudah menyusun rencana untuk menyerang Zian. Apalagi jika sampai pengakuan Talita itu benar. Tapi, jika si atasan tampan itu mengalami kecelakaan, Yumna harus menahan diri dulu sekarang.

"Yumna jangan bercanda. Kalau dari suara kak Aira barusan, sepertinya kondisi Zian cukup parah."

Yumna langsung terdiam. Secara mendadak hatinya seakan tenggelam.

****

"Kalau kau tak ingin Zian celaka. Jauhi dia!"

"Kalau kau ingin Zian baik-baik saja, jangan pernah dekat-dekat dengannya."

"Dan ingat! Ucapanku ini bukan sebatas ancaman saja."

Ini sudah kesekian kali kalimat bernada ancaman itu menari-nari dalam maya ingatan. Bahkan serasa ada yang membisikkan di pendengaran. Menggema hingga delapan penjuru.

Aira mengusap wajahnya. Pening terasa menghantam kepala. Ada rasa sesak di rongga dada.

Braakk.

Suara benturan keras menggema.

Di sela decit rem yang memekakkan telinga. Jeritan histeris yang membahana. Dan tubuh tinggi tegap itu terhempas di atas aspal dengan kerasnya.

"ZIANNNN!"

"Rabb. Selamatkan Zian. Aku mohon."

Lirih kata terucap di sela linang air mata.

Nanar memandang pintu ruang unit gawat darurat yang masih belum terbuka.

Detik waktu berlalu tanpa terasa.

Aira tetap terpaku dalam rasa bersalah yang menghimpit dada.

Seorang gadis menghampiri, berdiri di dekatnya dan menatap dengan teliti.

"Tinggi 165, kulit kuning langsat, wajah ayu meneduhkan, pakai abaya dan berhijab. Kamu pasti, Aira ya.Azaira Mahrin nama panjangnya."

Gadis itu langsung menunjuk dengan mata berbinar. Sangat percaya diri kalau tebakannya benar.

"Iya, saya Aira. Dari mana, kamu tau nama saya?"

Melihat gadis berwajah cerah penuh senyum itu, jelas Aira heran. Mereka baru bertemu sekarang. Tapi, gadis itu sudah menyebutnya dengan benar.

"Ah jangan terlalu formal." Gadis itu mengibaskan tangannya sambil tersenyum. "Tentu saja aku tau dari yang sering crita tentang kamu."

"Ooh." Hanya itu tanggapan Aira. Ia sepenuhnya belum bisa mencerna maksudnya. Pikiran masih belum fokus, kekawatiran masih menggelayut. Satu jam duduk menunggu, dan belum ada yang keluar untuk memberitahu.

Aira semakin gelisah. Dalam situasi perasaan seperti itu, tiba-tiba gadis ini datang, langsung mengenali Aira dengan benar.

"Aku Di."

Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Di?" Aira perlahan

bangkit dari duduknya dan menerima uluran tangan tersebut dengan sedikit terkejut.

"Iya. Aku Di. Kamu sampai terkejut begitu? Jangan bilang kalau dia tak pernah cerita tentangku, atau setidaknya menyebut namaku."

"Iya. Dia sering nyebut namamu kok."

Aira tersenyum tipis sesaat.

"Dia akuin aku sebagai pacar?"

Di menatap penuh harap.

"Iya, dia bilang Di itu pacar kecilnya yang sering ngajak gelut. Tiap ketemu pasti ribut," jawab Aira dengan senyum.

Sejenak raut kekawatiran menyingkir dari wajahnya yang ayu.

"Baguslah. Jadi aku gak perlu pukul dia pakai sapu lidi."

Di tergelak, raut wajahnya nampak senang. Begitu alami, membuat Aira tertular. Dia ikut ketawa. Tapi, hanya sekejab. Saat melihat lagi pada pintu ruang IGD yang masih tertutup rapat, wajah ayu itu kembali nampak cemas.

"Gimana keadaannya?" tanya Di sejurus kemudian.

"Belum tau. Belum ada yang ngasih tau apa-apa."

"Jangan cemas." Di menepuk punggung tangan Aira pelan.

"Zian itu punya sembilan nyawa. Kecelakaan kecil kayak gini gak bakal bikin dia mati."

Begitu ringannya Di mengatakan itu. Namun, tak urung membuat Aira mengangguk sambil tersenyum.

"Dia celaka karena aku," lirihnya sepenuh rasa bersalah.

"Anak itu. Demi menyelamatkanmu, malaikat maut sekalipun akan dia lawan."

"Di, kau tak menyalahkan aku?"

"Itu sudah jadi pilihan Zian, buat celaka untukmu. Lalu kenapa aku harus marah padamu? Lagian setiap peristiwa itu sudah tertulis. Tak lepas dari takdirnya masing-masing."

Aira mengangguk. Ucapan Di memang benar. Tapi, tetap ada hukum sebab dan akibat yang menurut Aira tidak bisa diabaikan.

Terlihat kemudian pintu terbuka disusul munculnya dua orang perawat yang melangkah keluar dengan tergesa. Aira gegas menghampiri dan bertanya, "Gimana kedaan Zian?"

"Sebentar ya, Mbak."

Perawat itu jelas tak ingin langkahnya diganggu. Dia sedang mengemban tugas penting dari dokter terkait pasien yang sedang ditangani dalam ruang UGD itu.

Aira juga bersikeras untuk mendapatkan informasi tentang Zian. Sudah setengah jam pemuda itu dalam ruangan. Dan ia harus menanggung kegelisahan dan kecemasan yang tak terperikan.

"Saya hanya ingin tau keadaannya--"

"Biar dokter nanti yang menjelaskan." Sang perawat memangkas ucapan Aira dengan cepat. "Permisi, saya sangat terburu-buru."

Aira hanya bisa mengangguk lemah dengan sepasang mata basah.

Di menghampirinya dan membimbing gadis itu duduk. "Tenanglah, Aira. Yakinlah. Zian pasti akan baik-baik saja."

Terpopuler

Comments

Nofi Kahza

Nofi Kahza

kak Naj muntah pelangi tu kayak gini loh. aki kasih taunya disini sekalian aja ya😆

2025-09-03

1

Ayuwidia

Ayuwidia

Semoga Zian baik-baik saja. Perasaan baru tadi siang kita ketemuan di sahabat cerita

2025-09-02

1

Nofi Kahza

Nofi Kahza

kebetulan kukunya jg baru diasah. ayuk ah deketin sini mukanya. 😆

2025-09-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!