ketiduran>>ketemuan
Di kelas 11 IPS 3, suasana cukup tenang. Guru Bahasa Inggris berdiri di depan kelas, sementara sebagian murid sibuk mencatat, sebagian lagi sibuk pura-pura paham.
Dan Rajash? Bocah itu udah tergeletak di kursi belakang, tidur pulas kayak nggak ada beban hidup. Napasnya teratur, kepalanya miring, bahkan sempet ngorok tipis kayak mesin kipas tua.
Yang bikin ngakak, di sampingnya udah berdiri si guru Bahasa Inggris. Bukan marah, bukan juga negur… malah ngeluarin HP, ngerekam wajah Rajash close-up, zoom in sampe ke hidungnya yang kembang-kempis.
Satu kelas udah nahan ketawa setengah mati.
Esha Ganeswara
/menutupi wajahnya dengan buku sambil menahan tawanya
Esha Ganeswara
(gak kenal gak kenal.... bukan guru les gua)
Tiba-tiba, si guru berhenti ngerekam dan memilih cara ekstrim:
bukan teriak, bukan jitak kepala, tapi… meniup telinga Rajash berkali-kali.
guru mapel bhs Inggris:"fuhhh"
Rajash mulai gelisah, ngigau absurd sambil merem:
Rajash Aswangga
mama.... jangan masak rendang jam 3 pagi/menggaruk-garuk telinganya
Rajash Aswangga
nanti... ayamnya kabur/membalikkan kepalanya ke arah jendela
Satu kelas:"PUAHAHAHAHAH!? "
guru pun semakin semangat untuk menjahili bocah kacamata itu.
guru mapel bahasa Inggris:"fuhhhh~"
Rajash Aswangga
ehmmm.... jangan dijual kambingnya....bpjs nya mahal/ngigau kembali
Satu kelas sudah gak kuat, sampai ada yang menggebrak meja biar gak keluar suara tawanya
Akhirnya Rajash kebangun dengan ekspresi kaget, langsung reflek berdiri dan berteriak absurd
Rajash Aswangga
GUA GAK AKAN NIKAH SAMA TEKE-TEKE TUA!!
seketika para murid langsung tertawa kencang
:"AHAHAHAHA! ANJIR!? "
Guru cuman nyengir puas, lalu dengan tenang bilang.
Guru mapel bahasa Inggris:"Good morning, Sleeping Beauty. Now… translate the next paragraph.”
Rajash masih linglung, rambut acak-acakan, tapi tetep sok kalem padahal muka merah kayak kepiting rebus.
Rajash Aswangga
/ngeliat ke buku nya
Rajash Aswangga
emm… the… chicken… is… cooking… the… student?
Satu kelas kembali tertawa ngakak.
:"HAHAHAHAHA! KEREN BANGET SUMPAH!? "
Guru akhirnya memberi “hukuman manis” buat Rajash.
yaitu membersihkan perpustakaan sekolah.
guru mapel bahasa Inggris:"padahal kamu itu pinter lohh, kok bisa-bisanya tidur dalam kelas"
Rajash Aswangga
saya ini pinter miss, bukan rajin
guru mapel bahasa Inggris:"UDAH SANA!! "
Rajash Aswangga
ehh... iya iyaaa/pergi keluar sambil menenteng sapu dan kemoceng di kedua tangannya
Seluruh kelas langsung ketawa lagi, bahkan gurunya ikut tersenyum tipis sembari memerhatikan Rajash yang berjalan gontai keluar kelas, kayak pahlawan yang dikirim ke medan perang… tapi medannya rak buku penuh debu.
Perpustakaan itu sepi banget, cuma ada suara kipas tua yang berdecit pelan sama debu-debu yang beterbangan tiap kali sapu Rajash bergerak.
Ia nyapu bagian pojokan yang jarang banget dijamah murid lain, sambil bersenandung asal—lagu nggak jelas yang entah nadanya kemana.
Sesekali dia batuk kecil gara-gara debunya tebal banget, tapi tetep lanjut karena males ribut lebih panjang.
Rajash Aswangga
nanti istirahat enakan bakso apa mie ayam, apa seblak kali yee...
Rajash Aswangga
bakwan kayaknya enak sihh
Rajash Aswangga
/pikirnya sambil senyam senyum sendiri
Namun di sela-sela lorong buku yang menjulang tinggi dan berdebu, tampak seseorang berdiri diam, setengah tubuhnya tersembunyi di balik rak kayu tua.
Langkah-langkah perlahan terdengar, mendekat ke arah Rajash. Tetapi Rajash, yang terlalu tenggelam dalam lamunannya, sama sekali tidak menyadari kehadiran itu. Suasana perpustakaan yang sejak tadi sunyi mendadak terasa berbeda—hening yang mencekam, seakan udara menjadi lebih berat, dan tiap detik terasa terlalu panjang.
Seseorang itu berdiri di antara bayangan rak buku, menatap Rajash dengan seksama. Tatapan itu bukan sekadar memperhatikan, melainkan membawa hawa aneh—dingin dan membuat bulu kuduk berdiri.
Tiba-tiba, tengkuk Rajash terasa merinding. Ia berhenti sejenak, menyentuh leher belakangnya, mengusap perlahan seolah ingin mengusir rasa tidak nyaman itu. Namun, setelah menarik napas panjang, ia kembali melanjutkan menyapu, berusaha menepis perasaan ganjil yang menggantung di udara.
Rajash Aswangga
(perasaan gua aja... perasaan gua aja.... itu pasti cuman perasaan gua aja)
Akhirnya, perasaan itu tak bisa lagi ia abaikan. Rajash menghentikan gerakan sapunya, lalu perlahan berbalik ke belakang.
Rajash Aswangga
/menoleh ke belakang tanpa ragu-ragu
Benar saja—di ujung lorong rak buku, berdiri seseorang dengan seragam sekolah Yutara. Rambutnya sedikit berantakan, kacamata bertengger di wajahnya, dan tinggi badannya jelas melebihi Rajash. Namun, yang membuat bulu kuduk Rajash semakin berdiri adalah… wajah murid itu tak bisa ia lihat dengan jelas. Seolah-olah kabur, samar, seperti dilapisi kabut tipis.
Rajash Aswangga
/menatapnya bingung
Rajash Aswangga
(murid pindahan kahh? gak pernah liat gua)
Pikirnya mencoba menenangkan diri, walau logikanya sulit menerima apa yang baru saja ia lihat.
Rajash Aswangga
heii... kamu.... murid pindahan?
Namun, sosok itu tidak menjawab. Tidak ada anggukan, tidak ada gelengan. Ia hanya berdiri kaku di sela rak buku, menatap Rajash dengan tatapan yang tak terbaca. Tatapan yang terlalu lama, terlalu hening, hingga membuat udara di sekitarnya ikut menegang.
Jari-jari Rajash yang masih menggenggam gagang sapu tiba-tiba terasa dingin, seakan diselimuti kabut. Ia menelan ludah, matanya berkedip cepat, berharap sosok itu bereaksi—apapun, asal bukan hanya diam menatapnya seperti itu.
Rajash Aswangga
ka... kalau gak mau jawab yaudah.... gua mau lanjut nyapu/berbalik dan melanjutkan aktivitas membersihkan perpustakaan
Namun, saat sapu itu bergerak pelan, matanya tanpa sengaja tertuju pada jari kelingkingnya.
Di sana, jelas terlihat seutas benang merah tipis melilit, berkilau samar seperti cahaya senja yang hampir padam. Benang itu merambat perlahan ke belakang dirinya. Refleks, Rajash menghentikan gerakan tangannya dan menoleh, mengikuti arah benang itu dengan pandangan penuh waspada.
Pandangan itu akhirnya terhenti pada sosok murid misterius tadi. Dan benar saja—benang merah yang melilit kelingking Rajash kini juga terikat erat pada jari kelingking orang itu.
Rajash Aswangga
/memejamkan matanya lalu mendongakkan kepalanya
Rajash Aswangga
(ini pasti.....efek kurang tidur)
Orang misterius itu tiba-tiba menyeringai, senyumannya melebar penuh kemenangan seakan-akan baru saja mengalahkan Rajash dalam permainan yang tak pernah ia mengerti. Dengan tatapan licik, ia melangkah sedikit lebih dekat.
"Percaya atau tidak... pada akhirnya kau akan berlari kembali padaku."
Kata-kata itu meluncur pelan, namun menusuk dalam, membuat Rajash membeku di tempat. Jantungnya berdetak tak karuan, sementara pandangannya masih terpaku pada benang merah yang mengikat mereka berdua.
Rajash Aswangga
a... apa maksudmu!!
Tiba-tiba, hembusan angin dingin menyapu lorong perpustakaan. Kertas-kertas beterbangan, suara buku berderak halus seolah ada yang menggesernya. Refleks, Rajash memejamkan matanya untuk menahan terpaan angin itu.
Dan ketika ia membuka mata kembali—sosok itu telah lenyap.
Hanya sunyi yang tersisa, meninggalkan Rajash tercengang, bingung, dan bertanya-tanya apakah barusan ia sedang bermimpi… atau baru saja dipermainkan oleh takdir.
Rajash Aswangga
aha... ahahahah.... ini pasti gara-gara overdosis bawang
Rajash Aswangga
/langsung terburu-buru membersihkan perpustakaan agar dia cepat kabur dari tempat sepi itu
Rajash Aswangga
(setan.... FIKS SETAN ITU!?)
Setelah Rajash merasa yakin seluruh sudut perpustakaan itu sudah bersih, ia langsung meletakkan sapu di tempatnya. Hatinya masih gelisah, namun ia memilih mengabaikannya. Dengan langkah terburu-buru, ia keluar dari ruangan itu, seolah ingin menjauh sejauh mungkin dari kejadian barusan.
Begitu sampai di kelas, suasananya langsung kontras. Tidak ada ketenangan seperti di perpustakaan tadi—sebaliknya, ruangan penuh dengan keributan. Meja dan kursi berantakan, suara tawa bercampur dengan teriakan, bahkan ada yang sibuk melemparkan kertas gulung ke sana-sini. Guru? Tentu saja, tidak terlihat sama sekali.
Rajash Aswangga
anjir... rame banget/berjalan ke belakang kelas
Rajash Aswangga
/menaruh sapu dan kemoceng pada tempatnya
Rajash Aswangga
/duduk dibangkunya
Rajash Aswangga
sopan lu begitu sama guru les sendiri
Esha Ganeswara
mulai dehh...
Rajash Aswangga
Ohiya ini gurunya kemana?
Esha Ganeswara
lagi gak ada, katanya sih ada urusan mendadak ya
Esha Ganeswara
jadinya kita mapel ke-2 jamkos
Rajash Aswangga
wihhh... enak kali~
Esha Ganeswara
Ohiya, gimana bersih-bersih tadi? pasti seru kan~/nada mengejek
Rajash Aswangga
kepalamu lahh seru.... gua dihantuin njir!
Esha Ganeswara
wow, seorang Rajash Aswangga yang gak percaya sama setan
Esha Ganeswara
bilang ke gua kalo dia dihantuin, fenomena langka
Rajash Aswangga
serah lu dah!
Esha Ganeswara
ahahaha!... canda njir
Esha Ganeswara
tapi memang gak salah sihh
Esha Ganeswara
soalnya kata para bocah sihh tuhh perpus kayak udah jadi ajang pertemuan jodoh
Rajash Aswangga
maksudnya?
Esha Ganeswara
jadi gini, misalnya lu ke perpus terus pergi ke arah pojokkan perpus yang disebelah kanan
Esha Ganeswara
itu tempat jarang banget didatengin sama para bocah, tapi kadang ada orang yang pengen ngebuktiin sesuatu
Esha Ganeswara
katanya sihh ya, kalo kita dateng ke arah itu ketika perpus lagi kosong kita bakalan disamperin sama jodoh kita
Esha Ganeswara
itu doang sihh yang gua tahu
Rajash Aswangga
terus lu pernah ngelakuin itu?
tiba-tiba ada seseorang yang menimbrung pada pembicaraan mereka
Abizhar Sadipta
seorang Esha pergi ke perpus.... fiks, dunia mau berakhir
Esha Ganeswara
apa maksudmu wahai kisanak!
Abizhar Sadipta
ya ampun, kasian banget.... masih muda udah budek
Esha Ganeswara
AWAS LO YAAA!!!
Abizhar Sadipta
jiahahhaa!!/kabur
Esha Ganeswara
SINI LO KALO BERANI!!/ngejar dipta
Rajash Aswangga
gak ada banget ya hari tenang dalam hidup gua
Rajash Aswangga
/menghela nafas
Rajash menarik kursinya dan duduk di dekat jendela, seakan ingin menjauh dari keributan kelas yang tak ada habisnya. Dengan dagu yang ia topangkan di telapak tangan, pandangannya menerobos kaca jendela yang tertutup rapat.
Beberapa jendela lain sengaja dibiarkan terbuka, membuat angin sore masuk menyelusup ke dalam kelas. Hembusan itu berhembus lembut, menggoyangkan helaian rambut Rajash yang jatuh ke keningnya. Sesaat, hiruk pikuk di belakangnya terasa menjauh, digantikan oleh ketenangan sesaat yang ia ciptakan sendiri.
ia pun terpikirkan apa yang dikatakan Esha tadi
"Kalo kita dateng ke arah itu ketika perpus lagi kosong kita bakalan disamperin sama jodoh kita "
Rajash Aswangga
(nanti istirahat cibay aja kali ya....)
Sementara Rajash berusaha mengalihkan pikirannya dengan membayangkan menu makan siang nanti—entah seblak kantin atau cibay di warung depan—pikirannya terus saja berkelit dari satu hal: takdir.
Namun, di tengah upayanya itu, terdengar samar sebuah tawa pelan di belakangnya. Tawa yang bukan milik teman-teman sekelasnya, melainkan terdengar asing—dingin, menertawakan Rajash yang keras kepala, yang masih enggan menerima benang merah yang telah terikat padanya.
Comments