BAB 3

Sepanjang jalan menuju kembali ke penthouse miliknya, Alex tidak berhenti tersenyum. David yang melihat kelakuan gila tuannya itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Dia tidak pernah membayangkan, bagaimana ide gila itu bisa muncul di dalam pikiran tuannya ini.

"Tuan mengapa anda harus berbuat seperti itu, hanya untuk bertemu dengan nyonya?" tanya David.

Alex menatap David dari arah kaca spion, "Bukankah aku harus meninggalkan kesan? Aku harus membuat istriku, terus mengingat kejadian itu." sambung Alex santai.

David menggeleng kepalanya pelan. "Aku tidak tahu bagaimana tanggapan nyonya nanti, semoga saja dia tidak memukul tuan." batin David.

Alex menggigit apel yang di berikan oleh Elena, rasanya sangat manis. "Persiapkan semuanya, aku akan segera bertemu dengan istriku. Pastikan semuanya aman terkendali." perintah Alex.

"Baik tuan." jawab David.

·–·–·–·–·

Ini adalah hari minggu, dan Elena menghabiskan waktunya dengan memandang laptop miliknya, mengetik beberapa kata dan mengisi formulir tambahan dari fakultas miliknya, sebelum hari senin dirinya resmi menjadi mahasiswa S2. Elena telah menyelesaikan S1 di Stanford University, di California, Amerika Serikat, dengan mengambil School of Medicine dan berhasil lulus dengan predikat terbaik. Dan itu adalah sebuah keberhasilan untuk Elena, karena dirinya sudah mau berusaha.

Namun ia berpikir, ia baru berusia 21 tahun. Apakah itu hal normal untuknya? Elena dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Setelah mengisi formulir tambahan dan mengirimnya, Elena langsung menutup laptopnya dan meletakkaannya kembali di sana, lalu menuju ke dapur untuk memasak makan siang, karena dirinya sudah sangat lapar. Aroma bawang putih dan jahe yang harum memenuhi ruangan, bercampur dengan aroma rempah-rempah lainnya yang menggoda selera. Elena bersemangat memasak hidangan favoritnya, nasi goreng.

Saat Elena melihat apel yang ada di keranjang buah meja makan itu, dirinya langsung teringat dengan kejadian semalam, Elena tidak tahu siapa pria itu, namun Elena sangat penasaran dengan senyuman misterius yang pria itu perlihatkan saat Elena fokus mengobati lukanya.

"Apakah pria itu sengaja?" gumam Elena, sambil menyajikan nasi gorengnya di piring.

Elena melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul 9 pagi, berusaha untuk menghilangkan bayangan pria itu, Elena membawa nasi goreng miliknya dan duduk di sofa dekat jendela lalu menyantapnya dengan lahap.

·–·–·–·–·

Alex melangkah masuk ke dalam mansion megah itu, jantungnya berdebar kencang. Suasana mencekam, aroma bunga melati yang menyengat terasa aneh di hidungnya, seolah menandakan ada sesuatu yang tak beres. Alex sebenarnya tidak ingin pulang ke mansion ini, tapi neneknya yang memaksanya untuk kembali. Jika di lihat dari reaksi semua pelayan di rumah, neneknya pasti mengundang seseorang untuk datang ke sini. Dan itu, tidak akan jauh dari perjodohan.

Benar sekali, semua orang tidak ada yang mengetahui pernikahan Alex dan Elena, hanya ayah dan ibu Alex juga orang tuan Elena yang mengetahui pernikahan ini, bahkan kakek dan neneknya tidak tahu sama sekali. Begitu juga dengan keluarga besar Hamilton dan Castellio. Alex ingin menjaga pernikahan ini tetap rahasia, tapi jika neneknya sudah bertindak di luar batas, maka dia juga tidak akan menahan diri. Selama ini Alex sudah cukup bersabar.

Alex melirik para pelayan yang berlalu lalang, wajah mereka dipenuhi dengan senyum palsu yang membuat bulu kuduknya berdiri. Alex bisa merasakan tatapan mereka menembusnya, penuh dengan rasa ingin tahu, penilaian, dan mungkin saja, kekecewaan.

"Alex, cucuku...kamu sudah datang." sapa Liu, nenek Alex.

Alex hanya memandang dingin, dengan keberadaan selain neneknya yang ada di ruangan itu, seorang wanita dengan wajah cantik yang dihiasi kerutan halus, duduk di sofa mewah berbalut beludru merah. Di sampingnya, duduk seorang wanita cantik dengan gaun elegan, senyumnya terukir manis, saat melihat keberadaan Alex.

"Nenek," sapa Alex sambil mencoba mempertahankan sikap sopan.

"Kemarilah dan duduk di sebelah Lily, dia adalah cucu dari teman baik nenek, kalian berdua akan cocok bersama." kata Liu dengan bangga.

"Nenek aku sudah mengatakan berulang kali padamu, jangan pernah menjodohkan diriku, aku bahkan tidak tertarik sama sekali dengan wanita yang kamu panggilkan untukku." tanpa mendengarkan protes Liu, Alex langsung kembali ke kamarnya di lantai 3.

"Lily maafkan cucu nenek, mungkin dirinya yang belum terbiasa," kata Liu menenangkan Lily yang memasang wajah sedih dan muram.

"Tidak apa - apa nenek, aku akan berusaha untuk mendekati Alex," kata Lily lembut seperti kapas.

Tanpa mereka berdua sadari, Alex memantau mereka berdua dari CCTV yang ada di ruangan itu, bahkan Alex menatap keberadaan Lily dengan dingin.

"Ingin mendekatiku? Kamu bahkan tidak pantas untuk itu," kata Alex dengan dingin.

Ia harus bersiap - siap, malam ini ia akan bertemu dengan istri, yang sudah dirinya rindukan selama 4 tahun.

·–·–·–·–·

Malam telah tiba menyapa bumi, semua orang sudah kembali ke rumahnya untuk beristirahat, Elena berdiri dan menatap keluar jendela apartemen miliknya, yang memperlihatkan keramaian dan keindahan di malam hari ibukota Rusia. Ia baru saja membersihkan dirinya beberapa menit yang lalu, saat sedang fokus melihat keramaian kota, telepon yang ada di apartemen itu berbunyi, Elena memandang telepon itu, biasanya di gunakan untuk menghubungi penghuni apartemen jika seseorang ingin bertemu dengannya di bawah.

Elena melangkah dan menerima telepon itu, "Halo?"

"Apakah ini dengan penghuni apartemen 188?" tanya penelepon di seberang sana.

"Itu aku, apakah ada sesuatu yang penting?" tanya Elena.

"Anda mempunyai tamu, tamu anda berkata ingin bertemu di taman di lantai bawah gedung ini." jelasnya.

Kerutan halus muncul di kening Elena, tanpa menjawab apapun, Elena langsung menutup telepon itu. Dirinya melihat jam, dan sudah pukul 8 malam, menurut Elena itu adalah waktu yang paling mepet untuk menerima tamu.

Elena menatap penampilan dirinya, yang hanya memakai gaun hitam setengah lutut. Tidak ada waktu untuk mengganti gaun itu, dirinya langsung memakai sepatu miliknya dan keluar dari apartemen miliknya. Elena masuk ke lift dan menekan lantai 1 untuk turun ke bawah, di dalam lift Elena hanya menarik dan menghembuskan napasnya pelan, saat lift itu tiba di bawah Elena sedikit terkejut, lantaran banyak pengawal berjas hitam berdiri di sepanjang lobby apartemen itu.

"Apakah ada syuting?" gumam Elena, berjalan santai melewati para pengawal itu.

Elena langsung menuju ke taman yang di beritahukan padanya, dirinya melangkah dengan pelan bagaimana pun juga, ini pertama kalinya dia datang ke taman penthouse ini. Saat Elena menuruni tangga, dirinya melihat pria yang sedang berdiri membelakangi dirinya, dengan memakai setelan jas hitam. Di samping pria asing itu, seseorang berdiri di sampingnya, sambil memegang sesuatu seperti sebuah map di tangannya.

"Siapa?" batin Elena.

·–·–·–·–·

to be continue...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!