Dengan gesit Adiwijaya menebas semuanya dan memenggal kepala mereka satu persatu. Gerakan Adiwijaya benar-benar seperti kera dia memenggal kepala satu orang kemudian melompat dan memenggal kepala lagi terus seperti itu.
Hingga akhirnya Ki Kelabang Wungu yang berada di kamarnya merasa terusik dengan kegaduhan di luar. Dia keluar dan langsung berteriak, "ada apa ribut-ribut! Kalian berebut tuak lagi?" Teriak Ki Kelabang Wungu.
Betapa terkejutnya ki Kelabang Wungu melihat para anak buahnya banyak yang terkapar dengan kepala terpenggal. Sementara di tengah-tengah tumpukan mayat terlihat seorang pemuda yang memainkan pedang berapi sambil sesekali menggaruk kepalanya.
"Berikutnya kamu bajingan bejat!" Ucap Adiwijaya sambil melesat dan menebaskan pedangnya.
"Keparat!!" Ki Kelabang Wungu langsung menggunakan tapak beracunnya, tangan Ki Kelabang Wungu berselimut Aura hitam keunguan dia kemudian beradu dengan pedang berapi itu.
Bumm.... duar...!!!
Pedang Adiwijaya hancur dan meledak api merambat kemana-mana, sementara Ki Kelabang Wungu terpental beberapa langkah, karena banyaknya api Ki Kelabang Wungu teringat hartanya dia langsung masuk kamar membawa hartanya dan pergi dari sana..
Lastri melihat ki Kelabang Wungu yang keluar melalui jendela kamar.
Ki Kelabang Wungu juga melihat Lastri, "Rupanya kamu kembali lagi, cah ayu. " ucap Ki Kelabang Wungu yang terlihat marah.
Adiwijaya keluar dari rumah yang sudah terlalap api itu, dia kemudian menciptakan bola api besar dan menakut-nakuti ki Kelabang Wungu.
Melihat Hal ini Ki Kelabang Wungu menyadari bahwa dirinya bukanlah tandingan pemuda ini, dia menyadari bahwa ilmunya masih dangkal apabila di bandingkan pemuda ini.
"Ampuni aku Tuan Pendekar, jangan bunuh aku." Ucap Ki Kelabang Wungu.
"Bunuh dia kisanak! Dia yang telah membunuh keluargaku!" Ucap Lastri.
Tiba-tiba muncul seorang pendekar Tua yang merupakan sahabat Ki Kelabang Wungu.
"Wungu, kamu tampak terdesak." Ucap Kakek tua dengan pakaian yang terbuat dari kulit buaya.
"Ki Boyo, mengapa kamu di sini?" Tanya Ki Kelabang Wungu.
"Tadinya aku ingin mengunjunginya karena sudah lama kita tidak bertemu, namun siapa sangka kamu sedang melawan pendekar muda yang sangat tangguh." Jawab ki boyo.
"Bantu aku ki, dia membakar rumahku." Ucap Ki Kelabang Wungu.
"Kenapa kamu tidak gunakan wujud Kelabangmu?" Tanya Ki Boyo heran.
"Kalau aku menggunakannya aku bisa kehilangan tubuh kekarku ini." Jawab Ki Kelabang Wungu.
"Haha!! Itu lebih baik daripada kamu mati sia-sia."
"Sudahi bicara kalian, sudah saatnya aku kirim kalian ke neraka!" Ucap Adiwijaya.
Adiwijaya menggunakan Ajian Anoman Obong, kedua tangannya terselubung api yang membara.
"Ajian Anoman Obong? Dari mana dia mendapatkan Ajian langka yang sudah hilang selama seratus tahun yang lalu?" Ujar Ki Boyo.
Adiwijaya berjalan mendekati kedua kakek tua itu dan bersiap menyerangnya.
"Wungu, berubah wujud sekarang!" Ucap Ki Boyo kepada Ki Kelabang Wungu.
Ki Kelabang Wungu langsung berubah menjadi seekor Kelabang raksasa. Sementara ki boyo berubah menjadi buaya raksasa.
Adiwijaya sedikit terkejut, ternyata apa yang romonya ceritakan dahulu benar di mana ada pendekar yang mampu merubah wujudnya menjadi binatang buas.
Adiwijaya menyemburkan api di tangannya namun api itu tidak berpengaruh di kulit buaya itu dan Kelabang itu.
Ki Boyo menyabetkan ekornya dengan cepat Adiwijaya melompat ke atas. Namun sayang sekali ki Kelabang Wungu menangkap tubuh Adiwijaya begitu saja dengan capitnya.
Ki Boyo dan Ki Kelabang Wungu langsung mencabik-cabik tubuh Adiwijaya hingga terpotong kecil kecil.
Lastri hanya bisa menutup mulutnya melihat hal itu. Kini ki Boyo dan Ki Kelabang Wungu hendak membunuh Lastri.
Tiba-tiba sedikit angin menerpa potongan tubuh Adiwijaya dan tubuh Adiwijaya kembali menyatu, Adiwijaya kemudian berteriak, "Pancasona!!"
"Ajian Pancasona?!!!" Keduanya tampak begitu kaget.
Adiwijaya menggunakan ajian Anoman Obong ke tahap yang lebih tinggi lagi, dia menciptakan bola api raksasa namun bola api itu berwarna hitam.
Blar!
Api hitam itu jauh lebih panas dari sebelumnya, membuat Ki Kelabang Wungu dan Ki Boyo berguling guling mencoba memadamkan api hitam yang menyelimuti tubuh mereka.
Api hitam itu sangat sulit di padamkan. Tidak sampai di situ Adiwijaya menggunakan ajian Bayu Saketi.
"Ajian Bayu Saketi!!" Adiwijaya merapatkan tangannya dan menciptakan badai yang menerbangkan ki boyo dan Ki Kelabang Wungu yang masih terbakar api hitam itu.
Badai itu akhirnya menghilang tubuh ki Kelabang Wungu dan Ki Boyo tampak hangus tubuh mereka menghitam dan mata mereka melotot. Ya mereka berdua mati dengan mata terbuka.
Adiwijaya mengatur nafasnya.
Lastri langsung menghampiri Adiwijaya dan berterimakasih karena kembali menyelamatkannya.
***
Singkat Cerita Adiwijaya dan Lastri berjalan menuju ke desa Banyu Batu. kematian Ki Boyo dan Ki Kelabang Wungu tidak ada satupun pihak yang mengetahuinya karena perbatasan Kadipaten Pangker itu sangat sepi.
Adiwijaya dan Lastri langsung menuju rumah kekasih Lastri, seorang pemuda tampan yang bernama Surya Putra. Dia cukup terpandang di desa itu, Lastri dan Surya Putra berbicara empat mata di ruang tamu, sementara Adiwijaya duduk di luar rumah.
Adiwijaya tampak tersenyum memandangi ramainya desa Banyu Batu ini, Adiwijaya fikir dia akhirnya bisa makan nasi setelah beberapa tahun dia tidak makan nasi dia sangat berharap saat ini dia bisa makan dengan layak.
"Akhirnya..." Batin Adiwijaya dia sudah sangat bosan memakan singkong dan buah-buahan.
Namun semua itu berubah ketika Adiwijaya secara tidak sengaja mendengar bentakan dari kekasih nyimas Lastri.
"Apa kamu fikir aku mau menerima kamu yang sudah tidak suci lagi?!" Bentak Surya Putra setelah Lastri mengatakan bahwa kesuciannya di renggut ki Kelabang Wungu.
"Kang dengarkan aku dulu, aku juga tidak mau ini terjadi. Keluargaku di bunuh oleh perampok dan aku juga tidak bisa apa-apa!" Ucap Lastri.
"Apapun alasannya Aku tidak bisa menerima kamu lagi Lastri, masih banyak kembang desa di desa Banyu Batu yang masih perawan dan layak aku nikahi, keluargaku juga sama terpandangnya dengan keluargamu mereka pasti tidak akan menerimamu aku juga tidak mau menikah dengan wanita yang sudah tidak perawan!" Ucap Surya Putra.
Mendengar ucapan ini dari kekasihnya hati Lastri menjadi sangat sakit seolah terkena ulti Martis.
Adiwijaya yang mendengar ini menjadi sangat iba, tidak seharusnya wanita seperti Lastri di perlakukan secara tidak hormat.
Seketika itu juga Adiwijaya teringat tentang saudari sepupunya yang berada di Kotaraja anak dari pamannya Mahesapati yang pernah menyatakan rasa cintanya kepada Adiwijaya. Namun sejak Mahesapati gila wanita dia meninggalkan keluarganya dan di musuhi oleh penduduk kotaraja.
"Brengsek! Lelaki macam apa dia. Apa dia tidak memikirkan perasaan Lastri bagaimana jika dia memiliki fikiran untuk bunuh diri!" Batin Adiwijaya.
Adiwijaya yang tidak tahan akan kemarahannya langsung nyelonong masuk begitu saja ke dalam rumah Surya Putra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Aqlul /aqlan
tunggu kelanjutanya thor...
2025-09-01
1