Begitu keluar dari klub malam, Maura melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan. Pengkhianatan yang dilakukan Alex dan Rina benar-benar membuatnya marah dan kecewa. Padahal dia juga yang sudah merekomendasikan Rina untuk bekerja di perusahaan Alex, tapi Rina malah menusuknya dari belakang dengan menjalin hubungan dengan Alex dibelakangnya.
"Dasar cowok brengsek! Cewek sialan! Memang cocok sih kalian berdua, sama-sama mesum!"
Maura tak henti-hentinya mengumpat sepanjang jalan. Rintik hujan gerimis bahkan tak membuatnya berhenti untuk menepi. Rambut dan dress pendek yang dia kenakan sudah mulai basah karena gerimis mulai lebat.
Maura melepaskan salah satu sepatunya dan melemparkannya sembarangan sambil berteriak kesal, berharap dengan seperti itu kekesalannya dapat sedikit berkurang. Sebisa mungkin dia sudah berusaha untuk tidak menangis tapi akhirnya air matanya lolos juga saat dia merasa tidak sanggup lagi untuk menahannya.
"Brengsek! Bajingan!!" kesal Maura.
Sepatu satunya lagi dia lepaskan, Maura melemparkannya lagi sembarangan. Namun dia terkejut saat sepatunya mengenai kepala seorang pria berpakaian formal yang hendak masuk ke dalam mobil.
"Mampus. Ngumpet dimana ini." Maura melihat sekelilingnya, sayangnya dia tidak menemukan tempat untuk bersembunyi apalagi jalanan yang dilewati sekarang cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang nampak berlalu lalang disekitar.
Sementara itu Elvano yang mendapatkan pukulan sebuah benda dikepalanya menghela napas panjang, matanya terpejam sesaat. Asisten Ryan segera menghampiri dan mengambil sepatu yang menimpuk kepala tuannya dari atas aspal, itu adalah sepatu yang sama seperti sepatu yang dia temukan dibawah mobil barusan.
"Tuan, ini sepertinya ada yang sedang coba-coba bermain dengan kita."
Asisten Ryan mengedarkan pandangannya ke sekitar dan melihat seorang gadis yang sedang berdiri dengan jarak sekitar lima meter dari mobil mereka, gadis itu terlihat panik dan tidak memakai alas kaki.
"Ini pasti milik Nona itu, Tuan." asisten Ryan menunjuk ke arah Maura.
Elvano menatap tajam pada Maura yang berupa-pura mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia merebut flatshoes itu dari tangan asistennya dan berjalan menghampiri Maura.
"Apa sepatu ini milikmu?" tanya Elvano dengan nada dingin sembari menunjukkan sepatu ditangannya.
"Oh," Maura menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berusaha bersikap tenang.
"Tadi aku kepeleset dan sepatuku terbang sendiri. Terimakasih sudah menemukannya." Maura mengambil alih sepatu dari tangan Elvano sembari tersenyum lebar.
Elvano menghela napas, lalu memperhatikan penampilan Maura dari atas sampai bawah. Pakaian gadis itu sudah sangat basah, bahkan dalamannya saja tercetak dengan jelas di dress putih yang dikenakan olehnya. Dengan terpaksa Elvano melepaskan jasnya untuk diberikan pada Maura.
"Pakai ini," ujar Elvano sambil mengulurkan jasnya pada Maura.
"Ah, tidak usah, terimakasih." Maura mengibaskan kedua tangannya menolak jas tersebut.
"Bukan itu maksudnya, tapi bra-mu tercetak dengan jelas," ucap Elvano dengan lugas, membuat Maura langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan.
"Dasar mesum!" pekiknya kesal.
"Aku hanya berniat untuk membantumu, kalau tidak mau ya sudah,"
Maura merebut jas itu dari tangan Elvano saat pria itu hendak menariknya kembali. Dia memakai jas itu untuk menutupi tubuhnya yang basah.
"Terimakasih," ucap Maura pelan.
"Dimana rumahmu? Biar aku antar pulang sekalian," tanya Elvano dengan nada dingin.
"A-aku tinggal di perumahan Puri Indah," jawab Maura.
Elvano kembali melangkahkan kakinya ke arah asisten Ryan yang masih berdiri di sisi mobil. Meskipun sempat ragu, Maura akhirnya berjalan mengikuti dibelakangnya dan naik ke dalam mobil bersama dengan pria asing yang baru dikenalnya.
Selama perjalanan tidak ada obrolan yang terjadi, hingga setengah jam kemudian mobil yang mereka naiki memasuki kawasan perumahan Puri Indah. Maura yang ingin menurunkan jasnya segera ditahan oleh Elvano, pria itu meminta Maura untuk menyimpan jas itu dan tidak perlu mengembalikannya.
Setelah mengucapkan terimakasih, Maura segera turun dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam hunian dua lantai begitu mobil yang mengantarkannya sudah pergi. Kedua orang tuanya yang sedang duduk-duduk santai diruang tengah menyambutnya dengan tatapan bingung saat melihat putri mereka pulang dalam keadaan basah kuyup.
"Maura, kamu kok hujan-hujanan? Nggak pulang sama Alex?" Sandra menghampiri putrinya yang sedang berdiri di bawah tangga.
"Nggak, Ma. Aku tadi dari toko bunga terus langsung pulang," jawab Maura yang terpaksa harus berbohong. "Aku kekamar dulu ya, Ma, Pa. Mau langsung mandi."
Sandra tersenyum dan mengusap wajah putrinya, "Ya sudah sana buruan mandi. Ingat jangan sampai sakit, minggu depan kan kamu sama Alex mau tunangan, jadi kamu harus jaga kesehatan."
Maura hanya menjawab dengan senyuman tipis, lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya dan langsung merendamkan tubuhnya didalam bathtub yang berisikan air hangat. Kedua orang tua dan kakak laki-lakinya memang sudah sangat menyukai Alex karena selama ini Alex menjadi sosok yang baik dimata mereka. Jika mereka tahu Alex sudah berselingkuh dengan Rina, mereka pasti akan sangat kecewa.
"Bagaimana caranya aku membatalkan pertunangan nanti, aku tidak mungkin melanjutkan pertunangan ini setelah mengetahui Alex dan Rina berselingkuh." gumam Maura.
...••••••••••...
Pagi ini, asisten Ryan buru-buru masuk ke ruang kerja tuan mudanya setelah mendapatkan telepon dari Oma Mia. Sebenarnya Oma Mia sudah menelpon Elvano sejak tadi, namun Elvano memilih mengabaikannya karena tahu Omanya itu pasti akan membahas tentang sayembara jodoh yang dibicarakan semalam.
"Tuan, Nyonya besar menelfon," beritahu asisten Ryan.
"Biarkan saja, aku sudah tahu. Oma dan Mama pasti ingin membahas tentang perjodohan dan pernikahan, aku tidak tertarik!" jawab Elvano tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Tapi kali ini urgent, Tuan." asisten Ryan memasang wajah serius. "Minggu depan Anda harus menghadiri acara gala dinner, dan Anda diwajibkan membawa pasangan kesana. Untuk menjaga reputasi perusahaan kita, apa tidak sebaiknya Anda mengikuti sayembara jodoh yang disiapkan oleh Nyonya besar supaya Anda bisa memilih pasangan untuk diajak ke gala dinner nanti,"
Jari-jarinya berhenti di atas keyboard saat mendengar penjelasan dari sang asisten, Elvano mengarahkan pandangannya pada asisten Ryan yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.
"Apa kamu punya solusi lain selain aku harus menuruti sayembara jodoh itu dan supaya aku terlepas dari acara perjodohan ini terus?" tanya Elvano dengan nada serius.
Asisten Ryan nampak berfikir keras, lalu sebuah ide muncul di benaknya. "Ada, Tuan. Kenapa Anda tidak coba melakukan pernikahan palsu saja dengan seorang wanita. Buat persyaratan yang sama-sama saling menguntungkan diantara kalian berdua, dengan begitu Anda akan terbebas dari acara perjodohan yang selalu dibahas Oma dan Ibu, Anda."
"Maksudmu aku harus melakukan fake marriage?" Elvano memastikan lagi.
"Benar, Tuan." angguk asisten Ryan.
"Tapi siapa perempuan yang mau diajak bekerjasama seperti itu?" tanya Elvano. "Kamu tahu sendiri aku selalu membatasi diri dengan wanita."
"Kenapa Anda tidak coba dengan gadis yang Anda temui semalam itu, Tuan. Sepertinya gadis semalam sedang terlibat masalah yang rumit. Jika tidak, mana mungkin dia berjalan sendirian malam-malam sambil hujan-hujanan seperti itu."
Elvano menaikkan kedua sikunya diatas meja, saling mengeratkan jari-jari tangannya untuk menopang dagunya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh asistennya ada benarnya juga, mungkin jika dia melakukan pernikahan palsu maka dia akan terbebas dari tuntutan Oma dan Mamanya yang terus memaksanya untuk segera menikah.
...
...
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Zuri
sudah kuduga,, pasti Maura/Facepalm/
2025-09-04
1