"Reee,,, Rereee,,,,," teriak Mas Leo yang tentu saja aku dengar meskipun aku didalam kamar.
"Ada apa sih mas teriak-teriak seperti itu? Ini rumah bukan hutan mas!" kataku dengan kesal.
"Maaf maaf,,, Mas cuma mau tanya, kenapa semua Atm yang ada di Mas terblokir dan tidak bisa di pakai?" Tanya Mas Leo sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"ohh itu,,, kamu tau sendiri kan Mas kalau perusahan itu lagi tidak baik-baik saja, jadi semua keuangan di pantau langsung oleh Papi sebagai pemilik perusahaan resmi. Jadi, mungkin karna Papi rasa pengeluaran sudah tidak wajar mungkin sama Papi semuanya di bekukan sampai proses audit selesai" jawabku dengan santai.
"Ap-Apa?? Audit! Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau ada audit Re,,,, aduuhh bagaimana ini" kata Mas Leo membuatku berpura-pura menyeritkan kening.
"kenapa kamu Mas? Kok sepertinya kamu panik begitu? Bukannya memang hal biasa kalau di sebuah perusahaan mengadakan audit?" kataku kembali membuat Mas Leo kelabakan.
"i-iyaaa,, tapi seharusnya kamu kasih tau aku dulu dong kalau sudah mulai di audit, kan aku yang menggantikan posisi kamu di perusahaan" jawabnya dengan wajah yang sangat jelas terlihat kepanikannya.
"tapi Mas,,, yang mengadakan audit ini itu Papi, pemilik perusahaan langsung. Jadi, tidak perlu menunggu persetujuan kamu ataupun konfirmasi dari kamu. Bahkan jika aku yang masih memegang kendali perusahaan itu, lagian kenapa sih Mas? Bukannya kamu bilang kalau pekerjaan kamu semuanya baik-baik saja?" kataku membuat Mas Leo mendesah kasar.
Mas Leo pun merebahkan dirinya di kursi ruang keluarga yang tak jauh dari dirinya, wajahnya di penuhi dengan kepanikan.
"kenapa sih kamu mas? Kok kayanya panik kaya gitu?" tanya ku dengan nada penasaran.
"gapapa sih,,, aku cuma,,,, Ahh sudahlah, aku bersih-bersih dulu. Sebentar lagi waktunya makan malam, ayoo kita kembali kekamar" kata Mas Leo mengajakku kembali kedalam kamar.
"Aku mau ke bibi dulu sebentar, kamu duluan aja kekamar nanti aku menyusul" kataku membuatnya menganggukkan kepala.
"baiklah kalau begitu aku ke kamar duluan, sebaiknya kamu jangan kelamaan karna kehamilan kamu sudah hampir memasuki bulannya. Bukannya kita hanya tinggal menunggu kelahiran bayi ini?" kata Mas Leo dengan senyuman.
"iyaa Mas, aku tidak akan lama dan akan langsung menyusul kamu ke kamar nanti" jawabku juga dengan senyuman.
"baiklah kalau begitu,, kamu hati-hati" aku pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Setelah kepergian Mas Leo, aku pun menghampiri bibi yang tengah membereskan menu makan malam di meja makan.
"bi,,, nanti tolong bibi masukkan serbuk ini ke kopi Mas Leo ya?" kataku membuat bibi menyeritkan kening.
"ini apa Non?" tanya bibi dengan wajah takut.
"sudah bi tidak usah takut, itu bukan apa-apa kok. Itu cuma obat tidur, malam ini aku akan melakukan rencana pertamaku untuk mengambil semua aset milikku dan beberapa aset yang sudah atas nama Mas Leo. Untuk aset atas nama Mas Leo akan aku balik nama kan menjadi milikku bi, jadi tolong lakukan apa yang aku minta ya bi?" kataku pada bibi.
"baiklah Non, tapi ini tidak berbahaya kan Non?" tanya bibi lagi.
"tidak sama sekali bi, tapi nanti ya bi masukinnya kalau kita sudah selesai makan. Mas Leo kan pasti minta kopi dan di bawakan ke ruang kerjanya, nah saat itu baru bibi masukkan serbuk itu" Kataku yang langsung di angguki oleh bibi.
"baik Non" jawab bibi pada akhirnya.
"kalau begitu aku ke kemar lagi ya bi" kata ku yang langsung di angguki olehnya juga dengan senyuman.
Beruntung, di rumah ini aku masih memiliki bibi yang setia pada ku. Karna memang dulu nya, bibi adalah salah satu asisten rumah tangga paling lama yang bekerja pada Bunda dan juga Papi.
"Mas,,, kamu sudah selesai mandi?" tanya ku pada Mas Leo.
"sudah sayang,,, ada apa?" tanya nya.
"tidak ada apa-apa Mas, aku cuma mau bilang kalau Bunda dan Papi untuk sementara akan tinggal di rumah ini" kataku yang langsung membuat matanya membola.
"tinggal dirumah ini? Memang kenapa dengan rumah Bunda dan Papi?" tanya Mas Leo.
"rumah Papi untuk sementara harus di tangguhkan Mas, jadi mau tidak mau Bunda sama Papi tinggal di rumah ini. Karna hanya rumah ini yang tersisa" kataku dengan wajah menunduk.
"tapi,,,, "
"kamu keberatan ya Mas kalau Bunda dan Papi tinggal dirumah ini untuk sementara?" kataku pada Mas Leo yang langsung menggelengkan kepala.
"ti-tidak sayang, tentu saja tidak!" jawabnya gugup.
"jadi,,, Mereka boleh kan tinggal dirumah ini? Toh, rumah ini kan rumah mereka juga karna rumah ini masih atas nama Bunda" kataku kembali membuatnya terkejut.
"Atas nama Bunda? Bukannya sudah di berikan pada kita sayang?" tanya Mas Leo yang langsung dengan cepat aku angguki.
"iyaa memang sudah di berikan pada kita, tapi sertifikatnya masih atas nama Bunda. Oiyaa rumah yang di tempati oleh ibu dan juga kakak kamu itu juga harus segera di kosongkan, karna rumah itu di beli menggunakan uang perusahaan" Kataku yang langsung kembali membuat Mas Leo terkejut.
"Apa? Terus ibu dan kakakku mau tinggal di mana sayang?" katanya menggusak rambutnya.
"aku juga tidak tau Mas, lagian semua ini kan salah kamu juga,,,,," aku pun langsung menghentikan perkataan ku karna hampir saja kelepasan berbicara jika aku sudah mengetahui semua kelakuannya.
"Apa maksud kamu Re?" tanya Mas Leo.
"tidak apa-apa Mas. Maksudku, kan salah kamu juga kenapa kamu suruh ibu dan kakak kamu menempati rumah itu. Kan kamu tau sendiri kalau rumah yang di beli dengan uang kantor itu biasanya di gunakan untuk rumah dinas, jadi kalau saat ini harus di kosongkan ya kita bisa apa Mas" kata ku.
"tapi kaan,,,"
"sudah lah Mas, itu sudah peraturan nya. Kalau pun kamu memaksa pasti akan kalah Mas" kata ku.
"Apa ibu dan kakak ku boleh tinggal di rumah ini juga sayang seperti Papi dan juga Bunda?" tanya Mas Leo membuatku tersenyum tipis.
"boleh aja, asal bisa mengikuti peraturan yang ada dirumah ini. Bagaimana? Apalagi nanti ada Bunda, kamu tau kan tegas nya Bunda seperti apa?" kataku membuat Mas Leo terdiam.
Tentu saja, apalagi ia pasti tau bagaimana kelakuan ibu dan juga kakaknya yang super pemalas. Pasti setiap hari ia akan di sugukan dengan pertengkaran yang akan terjadi.
"baiklah,,, mau bagaimana lagi, nanti aku yang akan bicara dengan ibu dan juga kakak ku agar bisa mengikuti peraturan dirumah ini" kata Mas Leo pada akhirnya.
"Syukurlah kalau begitu, oiyaa satu lagi Mas. Mulai bulan ini keuangan rumah tangga murni dari kamu ya Mas, mulai dari bayar listrik, gaji bibi sampai kebutuhan dapur dan segala macamnya. Karna aku sudah tidak punya penghasilan lagi dari perusahaan karna saham yang anjlok, kalau kamu kan setiap bulan di gaji dengan nominal yang fantastis. Aku harap kamu bisa memberikan tujuh puluh persen gaji itu untuk aku kelola untuk membeli semua kebutuhan rumah" kataku kembali membuatnya membulatkan mata.
"Tujuh puluh persen? Kamu yang benar saja Re, itu banyak banget loh!" kata Mas Leo.
"memang segitu Mas, bahkan itu hanya untuk keperluan rumah loh Mas. Kecuali, kalau kita berhentikan bibi. Mungkin bisa sedikit menghemat, tapi kalau kita berhentikan nanti siapa yang akan mengurus rumah dan memasak untuk kita?" kata ku membuat Mas Leo terdiam.
"tapi,,,"
"Mas,,, Mas,,, kamu itu kebanyakan tapi deh, atau gini aja deh. Kita suruh bibi berhenti, nanti kita kerjakan semua urusan rumah bersama. Berhubung rumah ini bakalan rame karna ada ibu, kakak kamu, Bunda dan juga Papi. Gimana? Tapi, aku gamau ya kalau ada salah satu di antara nya yang malas-malasan tanpa melakukan tugas nya masing-masing" kataku kembali membuat Mas Leo terdiam.
"bagaimana Mas?" lanjutku.
"nanti lah aku pikirkan dulu" jawab Mas Leo membuatku mendesal kesal.
"ck,, kamu ini Mas, padahal gaji kamu besar loh sampai delapan puluh juta. Masa tujuh puluh persen di kasih ke aku aja ga boleh mas, padahal kamu masih memegang beberapa juta juga itu loh. Cukup untuk bensin dan makan siang sebulan" kataku mendesak
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Uthie
Good 👍🏻😏
2025-09-23
0
arniya
Thor jangan lama update
2025-09-09
0