Eleanor menutup pintu kamarnya perlahan. Denting sendok dan piring di ruang makan tadi masih terngiang, meski sekarang kediaman Ashford sudah tenggelam dalam keheningan.
Ia duduk di tepi ranjang, tapi tubuhnya terasa gelisah. Matanya terpaku pada bayangan tirai yang bergoyang.
Angin malam dari celah jendela seharusnya membawa kesejukan, tapi entah mengapa hawa dinginnya terlalu menusuk.
Tok… tok… tok...
Langkah kaki. Berat. Berirama. Seperti seseorang menyeret sepatu di lorong panjang.
Eleanor menahan napas. Semua kamar sudah terkunci, semua orang sudah masuk ke dalam ruang masing-masing. Lalu… siapa?
Perlahan, ia membuka pintu kamarnya sedikit. Lorong itu kosong. Gelap. Hanya cahaya lampu redup di ujung, bergoyang samar.
Namun di karpet merah yang membentang panjang… ada bekas noda gelap.
Seperti bercak cairan yang masih basah.
Unknown
Eleanor?
Suara berat itu tiba-tiba terdengar di belakangnya. Ia menoleh cepat dan menemukan kakeknya berdiri, menatapnya tajam dengan wajah pucat.
Lord Henry Ashford
Jangan pernah keluar kamar di malam hari. Apa pun yang kau dengar… pura-puralah tidak tahu.
Kakeknya berbalik, meninggalkannya dalam kebingungan dan rasa takut.
Eleanor Vivienne Ashford
*menutup pintu dengan tangan gemetar
Ia baru sadar, noda gelap di karpet tadi bukan sekadar tumpahan… tapi warna merahnya terlalu pekat.
Eleanor Vivienne Ashford
*merebahkan badan
Eleanor menarik selimut sampai ke dada, berusaha mengusir rasa takutnya. Tapi semakin ia memejamkan mata, semakin jelas suara-suara itu datang.
Comments