Bagian lima

Clara dibawa ke kamar yang berada di sebelah kamar Sean, gadis itu menatap kamar yang akan ditempatinya.

Sangat luas, bahkan lebih luas dari kamarnya di dunia nyata. Clara pasti betah berada di dalam kamar ini, tetapi pikirannya tertuju pada sosok Sean yang memiliki akses penuh di Mansion ini.

“Nona, untuk pakaian dan keperluan lainnya. Sudah tersedia di walk in closet. Jika Nona membutuhkan sesuatu yang lain, bisa panggil saya,” ujar Lauren, kepala pelayan di Mansion ini.

“Terima kasih, Madam,” ucap Clara yang dibalas anggukan oleh wanita paruh baya itu.

Lauren berlalu keluar, meninggalkan Clara yang masih sibuk memperhatikan isi kamar barunya. Langkah gadis itu kini tertuju pada walk ini closet, dan betapa terkejutnya ia saat melihat pakaiannya sudah ada di dalam ruangan tersebut.

“Kapan dia memerintahkan orang untuk membawa barang-barangku ke sini?”

Clara terdiam sejenak, kini gadis itu mulai mengerti. “Ternyata dia sudah berencana untuk menahanku di sini.”

Gadis itu kini dibuat pusing oleh sikap Sean, apalagi tentang surat perjanjian yang melibatkan nyawanya. Jika Clara salah langkah, maka nyawanya akan melayang di tangan pria itu.

Niat ingin menghindari Sean, malah menjadi dokter pribadi pria itu.

Kalau begini, Clara rasanya sangat menyesal… karena sudah menolong pria itu.

“Setidaknya aku bisa kembali melanjutkan keinginanku untuk menjadi seorang dokter,” gumam gadis itu yang merasa masih ada untungnya juga.

Untuk urusan Sean, mungkin nanti pria itu akan membuangnya. Clara hanya menunggu waktu untuk dibuang oleh Sean, lalu gadis itu akan pergi ke negara impiannya… jika negara tersebut juga ada di dalam novel ini.

“Sepertinya tidur siang tidak terlalu buruk.”

Clara memilih untuk tidur siang, agar kepalanya tidak semakin pusing. Gadis itu hanya perlu bersabar menunggu Sean membuangnya, hanya itu.

Namun, pada kenyataannya… Sean sudah mengklaim Clara sebagai miliknya. Itu artinya, Clara tidak akan bisa pergi ke mana-mana.

...***...

Hal yang tidak pernah dipikirkan Clara adalah makan malam berdua dengan Sean lagi.

“Apa makanannya tidak enak?” Pertanyaan itu hampir membuat Clara tersedak.

“Tidak, ini sangat nikmat,” jawab gadis itu setelah meneguk minumannya.

“Jika ada yang membuatnya tidak nyaman, katakan saja!” Kata pria itu.

Sebenarnya yang membuat Clara tidak nyaman ada sosok Sean yang duduk di hadapannya, gadis itu merasa kesulitan untuk bernapas, karena tatapan Sean yang terus tertuju kepadanya.

“Tidak ada,” jawab Clara sambil melanjutkan makannya.

Gadis itu ingin cepat-cepat kembali ke kamar yang di tempatinya, berada di ruangan yang sama dengan Sean membuat detak jantungnya berkerja dengan keras. Clara tidak bisa menekan rasa takut, apalagi setelah menandatangani surat perjanjian tadi siang.

“Kau bisa kembali ke apartemenmu, setelah luka di perutku sembuh.”

Pernyataan itu membuat Clara menahan senyumannya, karena gadis itu bisa bernapas lega.

“Kau bisa tinggal di sana saat weekend!” Lanjut Sean.

Baru saja gadis itu merasa senang, ternyata Sean masih belum selesai bicara.

“Apa kau tidak menyukainya?” Tanya pria itu dengan tatapan menyeramkan.

Clara menggelengkan kepalanya dengan kaku. “Aku senang,” kata gadis itu sambil menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman manis.

“Selesai makan, aku tunggu di kamar!” Sean beranjak dari duduknya, pria itu berlalu dari ruang makan.

Clara membeku, tiba-tiba ia menyentuh lehernya sendiri.

“Jangan takut, kau sama sekali tidak melakukan kesalahan,” gumam gadis itu untuk menenangkan diri.

...***...

Clara berdiri di depan kamar Sean, dengan tangan yang sedikit gemetar… gadis itu mengantuk kamar Sean.

Tiba-tiba pintunya terbuka dari dalam, ternyata Sean yang membuka pintunya.

“Masuk!” Titah pria itu.

Clara masuk ke dalam, sedangkan Sean masih menutup pintu kamarnya.

“Kenapa ditutup?” Tanya gadis itu.

“Ada apa dengan reaksi? Apa kau berpikir aku akan melakukan hal buruk kepadamu?” Tanya balik Sean.

Clara menggeleng pelan, “Tidak, aku hanya kaget.”

“Duduk!” Titah pria itu sambil berjalan ke arah sofa.

Clara mengikutinya, ia duduk berhadapan dengan Sean yang langsung menyodorkan map berwarna putih.

“Buka!” Kata pria itu.

Clara membuka map tersebut, ternyata isinya adalah berkas-berkas pindah jurusan. Sean sudah menyiapkan semuanya, gadis itu hanya terima beres saja.

Untuk sejenak, gadis itu tersenyum senang. Akhirnya ia bisa menjadi dokter.

“Apa kau senang?” Pertanyaan itu membuatnya menatap Sean.

“Tentu, dari kecil aku sangat ingin menjadi dokter,” jawab Clara tanpa sadar.

Pria itu menganggukkan kepalanya, ia juga sudah tahu kalau awalnya Clara ingin masuk kedokteran… tetapi ditentang oleh keluarganya, karena Bella mengambil jurusan kedokteran.

Bisa dibilang, ada sedikit kemiripin antara Lala dengan Clara. Mereka sama-sama ingin menjadi dokter.

“Kau bisa beristirahat lebih awal, karena besok adalah hari pertamamu.”

Gadis itu menganggukkan kepalanya, tetapi matanya tertuju pada perut Sean.

“Apa lukanya tidak terbuka lagi?” Tanya Clara.

“Untuk sekarang masih aman, tidak tahu besok,” jawab pria itu sambil membuka satu persatu kancing kemejanya.

Sean menatap gadis di depannya, ternyata tatapan Clara biasa saja… waktu melihat tubuhnya yang tidak memakai atasan. Mata hijau gadis itu hanya tertuju pada perban di perut Sean.

“Besok pagi aku akan mengganti perbannya,” ucap Clara, sebelum beranjak pergi dari kamar pria itu.

Sean menatap punggung kecil gadis itu, ia hanya ingin mengetes Clara. Apa gadis itu sama seperti wanita di luaran sana.

“Pilihanku tidak salah,” seringai pria itu.

...***...

Di Mansion Lexander, yaitu keluarga Clara. Terlihat menegangkan, karena Steven—daddy Clara mendapati kabar kalau putrinya tinggal bersama pria asing.

“Anak itu selalu membuat masalah!” Geram Steven.

“Bella, apa benar kamu melihat Clara pergi bersama pria asing?” Tanya Jessica kepada putri angkatnya.

“Benar, Mommy. Aaron juga melihatnya, karena kebetulan dia sedang menemani membeli jam tangan,” jawab Belle dengan kepala menunduk.

“Joan, hubungi Clara dan suruh dia pulang!” Titah Steven kepada sang putra.

Gabriel tidak ada di sana, karena pria itu sedang lembut di kantor. Bahkan Gabriel juga masih belum mengetahui masalah ini.

“Baik, Dad.”

Joan mencoba menghubungi nomor adiknya, tetapi Clara tidak mengangkatnya. Lelaki itu mencobanya beberapa kali dan masih tetap sama.

“Nomornya sudah tidak bisa dihubungi, Dad,” ucap Joan yang sudah tidak bisa menghubungi nomor adiknya lagi.

“Dia selalu membuat Daddy marah, seharusnya Daddy mengurungnya agar tidak membuat masalah!” Steven memijat pangkal hidungnya, karena merasa pusing dengan tingkah sang putri.

“Dadddy, mungkin pria itu hanya teman Clara,” kata Bella.

“Kau masih membelanya? Jelas-jelas dia selalu menyakitinya, jangan terlalu baik Bella,” sendu Joan.

Jessica juga setuju dengan sang putra, Bella terlalu baik dan selalu memaafkan Clara yang sering menyakitinya.

“Kau tidak perlu takut dengan Clara, karena kami akan selalu melindungimu,” ujar Jessica sambil memeluk putri angkatnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi hartika

Dewi hartika

dasar bermuka dua,lihat saja tidak akan lama terbonghar juga kelakuanmu bella,dan siap-siap saja keluarga Klara akan dapat penyesalan karna mempertahankan baru kerikil dari pada berlian,next lanjut semangat🙂🙂🙂

2025-09-01

1

Cia

Cia

kakak semangat updatenya
aku suka sama ceritanya

2025-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!