Bab 2

"Kau yakin mau pergi?"

Sang ibu melihat tetangga seprofesinya yang berdiri di ambang pintu.

"Iya, aku pergi"

"Kemana? Lokasi lain?"

"Tidak. Aku mau bekerja biasa"

"Kau bisa apa memangnya?"

"Apa saja. Asal kami bisa keluar dari sini"

"Sinting!! Kau tidak akan bertahan hidup diluar. Kau tidak punya apa-apa selain wajah dan tubuhmu!"

"Kirana tidak akan tinggal disini! Tidak boleh tinggal disini"

"Anakmu cantik. Dia akan mendatangkan banyak uang untukmu jika tetap tinggal disini"

Mendengar itu, sang ibu yang sangat menyayangi mutiaranya segera mengerti bagaimana pelanggan terakhirnya kemarin tahu tentang Kirana. Dia menekan leher tetangganya sampai menyentuh dinding dan menatapnya penuh amarah.

"Jadi kau bilang keladinya. Sialan! Kalau kau dendam padaku, jangan lampiaskan pada putriku!!" katanya beberapa saat sebelum melepas penekanan tangannya di leher tetangga tidak tahu diri itu.

"Uhuk!! Uhuk!! Dasar gila!! Iya!!! Memang aku yang memberitahunya. Tapi aku tidak tahu kalau dia punya kelainan"

"Omong kosong. Kau memang gila!"

"Tidak!! Aku sungguh tidak tahu kalau dia tertarik pada ... Anak kecil. Pria gila!!"

Sang ibu selesai berkemas, dia menurunkan kopernya ke bawah dan menatap tetangganya dengan ekspresi serius.

"Jangan ulangi lagi perbuatanmu! Kau bisa membunuh seseorang jika terus begini" katanya lalu pergi ke kamar.

Dengan koper di satu tangan dan putrinya di tangan yang lain. Sang ibu mantap pergi dari lingkungan yang sudah menghidupinya selama lebih dari sepuluh tahun itu. Dari kegelapan nyata menuju sinar terang yang belum jelas keadaannya.

"Semua akan baik-baik saja" ucapnya lalu melangkah mantap ke daerah yang sangat berbeda.

Tapi kenyataan tak selalu berjalan seperti yang diharapkan.

Uang yang selama ini ditabung oleh sang ibu tidak dapat bertahan lama. Hanya bisa membiayai tempat tinggal selama satu tahun dengan biaya hidup dan juga sekolah putrinya. Setelah itu, sesuai dengan apa yang telah diperkirakan tetangga tak tahu diri itu.

Tanpa bekal tanda lulus yang resmi dari negara, dia tidak dapat melamar pekerjaan. Meski wajah dan tubuhnya sesuai dengan persyaratan. Yang bisa dia lakukan hanya menjadi buruh kasar tanpa keahlian yang khusus.

Sudah lebih dari tiga bulan dia menjadi pembantu di beberapa rumah. Sang ibu sengaja mengambil pekerjaan ini karena waktunya tidak menuntut. Meski gajinya kecil, dia tidak keberatan. Asalkan bisa mengawasi pertumbuhan putrinya yang menjadi sangat pintar setelah bersekolah.

Dengan guru yang selalu ada.

Tapi semua pekerjaan selalu memiliki resiko tersendiri.

"Kau pasti mencurinya!!" tuduh pemilik rumah di salah satu tempat sang ibu menjadi pembantu.

"Saya tidak mencuri" sangkal sang ibu.

Dia memang miskin dan butuh uang. Tapi dia tidak pernah mencuri.

"Kau pasti mencuri cincin berlian ku. Dan kau gunakan untuk merawat dirimu sendiri. Lihat dirimu!! Kulitnya putih, wajahmu bersih. Sama sekali tidak memiliki keriput atau noda di wajah. Padahal usia kita sama. Itu tidak mungkin!! Tidak mungkin! Kau pasti mendapatkan perawatan mahal dengan menjual cincin berlian ku!" teriak pemilik rumah.

"Saya tidak pernah merawat wajah. Semua yang ada dalam tubuh saya adalah anugerah dari Tuhan!!"

"Tidak mungkin!! Kau pasti merawat dirimu dengan perawatan mahal. Dan itu hasil menjual cincin berlian ku!!"

"Saya tidak pernah mencuri!!"

Keributan itu akhirnya selesai dengan ditemukannya cincin pemilik rumah di salah satu tasnya. Tapi pemilik rumah yang kesal karena penampilan pembantunya lebih cantik memilih untuk memecat sang ibu.

"Sialan!!! Padahal aku butuh uangnya" keluh sang ibu tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa mencari pekerjaan di tempat lain untuk menambal pengeluaran yang terus membesar.

Akhirnya sang ibu mendapat pekerjaan baru. Menjaga sebuah toko kecil. Dia melakukan semuanya dengan baik sampai salah satu pelanggan terus datang ke toko itu tiap malam. Dan tak pernah pulang sebelum diusir.

Karena merasa keberatan, sang ibu mencoba bicara dengan pelanggan itu. Tapi yang didapatnya.

"Aku tahu kau penghuni tempat hiburan itu. Salah satu yang terkenal" ucap pelanggan itu membuat sang ibu merinding. Sudah hampir satu tahun dia meninggalkan dunia itu. Tapi ternyata ada yang mengingatnya.

"Salah lihat" jawabnya tidak ingin memperpanjang obrolan.

"Tidak!! Karena aku mengingat semua wanita yang pernah bersamaku. Tapi ternyata ... Kau melupakan semua pria yang pernah bersamamu?"

Sialan, pikir sang ibu.

Kalau pembicaraan ini terus berlangsung, pasti tidak akan berakhir bagus.

"Ibuuuu!!" teriak anak perempuan yang kini tampak lebih besar dari beberapa bulan lalu. Dan ... Lebih cantik juga.

"Cepat masuk!! Kenapa tidak di rumah?!" tegas sang ibu sedikit ketus. Karena putrinya datang di waktu yang tidak tepat. Dia segera membungkus putrinya dengan selimut, menyembunyikan anak perempuan cantik itu di balik meja counter yang tinggi. Agar pelanggan sinting yang sedang mengamati semuanya itu tidak sempat melihat.

"Ohh, jadi itu alasanmu berhenti" lanjut pria itu tak juga memiliki keinginan pergi.

Sang ibu memilih untuk tidak berkata apa-apa. Dia takut apa yang dikatakannya akan menjadi buah simalakama.

"Kau masih cantik tapi terlihat lusuh sekarang. Aku bisa membuatmu tampak cantik lagi seperti dulu. Dan beberapa pelanggan yang mungkin akan membayar mahal untukmu. Kali ini, jumlah uangnya berbeda. Lebih besar daripada di tempat kumuh itu"

Sang ibu tetap terdiam. Tidak mau berkomentar.

Pria itu menyodorkan sebuah kertas yang ternyata adalah kartu nama.

"Ini nomorku. Hubungi aku kalau kau tak sanggup lagi menjalani kehidupan normal" lanjut pria itu dan akhirnya pergi.

Sang ibu melihat ke arah putrinya. Membuka selimut yang membungkus putri kecilnya dan memeluknya erat.

"Kenapa Bu?" tanya putrinya.

"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa"

Tiga bulan kemudian, sang ibu diharuskan untuk membayar biaya sewa rumah dan juga sekolah. Padahal uang yang ada di kantongnya sangat sedikit. Kalau semua dibayar, maka dia tidak akan punya uang untuk biaya hidup sehari-hari. Dengan pekerjaan yang dia miliki sekarang, tidak akan mungkin bisa membayar semua kebutuhan hidup ini. Bahkan dia tidak tahu apakah setahun kemudian, dia dan putrinya masih bisa tinggal di rumah yang layak.

Apa yang harus dia lakukan?

Sebuah kartu nama tiba-tiba muncul di sudut ruangan. Tepat dimana dia membuangnya dulu. Sang ibu mengambil kartu nama itu dan melihat nomor telepon yang tercatat disana.

Setelah melalui keraguan selama beberapa hari, dia tak bisa lagi membohongi diri. Dia membutuhkan uang yang mudah dan dalam jumlah besar. Dan dia tidak akan mungkin mendapatkannya dengan bekerja biasa.

"Hari Sabtu ini, aku akan menjemputmu" kata pria yang waktu itu meninggalkan kartu nama saat sang ibu akhirnya menghubungi.

"Hemm"

"Kau akan bekerja selama dua hari satu malam setiap minggunya. Aku akan menjemputmu di ujung jalan"

Meski rasanya ragu, sang ibu tak punya pilihan lain.

"Hemm"

"Persiapkan dirimu!!"

Suara mendesah panjang keluar dari mulut sang ibu. Dia melihat putrinya yang sibuk menggambar dan mendekatinya.

"Ibu kenapa?"

"Tidak apa-apa"

Semua akan baik-baik saja, pikir sang ibu yang bersiap menghadapi kenyataan pahit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!