BAB 5. WANITA GILA?

Udara sore itu terasa berat, seolah kabut kelabu yang turun dari langit tak hanya menutupi jalanan kota, melainkan juga menindih dada siapa pun yang melangkah di bawahnya. Davian Meyers menyalakan rokok yang sejak tadi terjepit di bibirnya, sementara Peter, sepupu sekaligus asistennya, duduk di kursi samping dengan pandangan penuh perhitungan. Mobil hitam yang mereka tumpangi meluncur pelan menuju kediaman keluarga Morgan, salah satu keluarga tua yang namanya sering diperbincangkan dalam kalangan elit, meski di balik nama itu tersembunyi banyak kisah yang jarang diungkapkan.

Davian pernah bertemu dengan sang kepala keluarga dari nama Morgan itu, tapi untuk beberapa tahun terakhir entah kenapa Davian tidak lagi pernah melihat kepala keluarga yang ambisius dalam bidang bisnis itu.

"Jadi kau yakin wanita itu, Olivia Morgan, bisa jadi jawaban untuk Cassandra?" suara Peter pecah dalam keheningan yang tebal.

Davian menghembuskan asap perlahan. "Aku tidak tahu, Peter. Tapi instingku mengatakan iya. Aku butuh seorang wanita yang bisa mengisi peran itu untuk putriku. Cassandra tidak bisa terus seperti ini dan entah kenapa, nama Olivia Morgan berulang kali muncul dalam pikiranku. Cassie hanya tenang dalam gendongan Olivia ini bahkan setelah puluhan wanita aku datangkan untuk merawat Cassie."

Peter hanya mengangguk tipis. Ia tahu, sekalipun Davian terlihat seperti pria dingin yang penuh perhitungan, di balik itu tersimpan hati seorang ayah yang sedang terbelah dua. Cassandra kecil, bayi mungil yang ditinggal pergi ibunya sejak lahir, telah menjadi pusat dunia Davian. Dan demi bayi itu, Davian rela menembus kabut rahasia apa pun.

Ketika mobil berhenti di gerbang megah kediaman Morgan, keduanya terdiam sejenak. Gerbang besi tinggi itu berdiri angkuh, seakan menjadi pembatas antara dunia nyata dan dunia kelam yang tersembunyi di dalamnya. Seorang penjaga membuka pintu gerbang setelah menerima isyarat dari interkom. Mobil hitam itu pun meluncur masuk ke halaman luas yang ditata dengan taman bergaya klasik, patung-patung marmer berdiri kaku seperti saksi bisu.

Davian dan Peter turun. Sepatu mereka beradu dengan bebatuan koral putih, langkah demi langkah menuju pintu utama. Tak lama, seorang wanita muncul menyambut mereka, anggun, berkelas, dengan senyum yang nyaris tak menyentuh matanya. Dialah Natalie Morgan, istri kedua dari mendiang Mr. Morgan, sekaligus ibu tiri Olivia. Peter telah memasukkan informasi tentang Natalie pada hasil pencarian tentang Olivia kemarin.

"Selamat datang di rumah Morgan," ucap Natalie, suaranya lembut namun menyisakan nuansa dingin. "Tentu tak kusangka dua pria seperti kalian datang mencariku. Atau ... bukan aku yang kalian cari?"

Davian menatapnya lurus. "Kami datang untuk bertemu Olivia Morgan."

Sekilas, mata Natalie berkilat aneh. Senyumnya masih bertahan, namun ada getaran kecil dalam nada suaranya ketika ia menjawab, "Olivia ... oh, gadis malang itu. Apakah kalian yakin ingin bertemu dengannya?"

Peter mencondongkan tubuh sedikit. "Kami harus."

"Apa kalian datang ke sini karena mendengar tentang rumor manis mengenai Olivia ini?" tanya Natalie yang jelas tidak senang ada yang mencari Olivia.

"Kami ada urusan dengannya," jawab Davian.

Natalie terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah. Tapi kalian harus tahu dulu Olivia tidak lagi seperti yang kalian dengar dalam cerita manis orang-orang." Ia menundukkan kepalanya, pura-pura bersedih, lalu melangkah masuk. Davian dan Peter pun mengikuti dari belakang.

Rumah itu megah, tapi sepi. Koridor panjang dihiasi lukisan keluarga Morgan dari generasi ke generasi. Semuanya memancarkan kesan aristokrat, tetapi dingin, seakan tak ada tawa yang pernah mengisi ruangan. Suara langkah mereka menggema, hingga Natalie berhenti di depan sebuah pintu kayu besar di lantai dua.

"Olivia ada di dalam kamar ini," katanya dengan suara nyaris berbisik. "Sejak bercerai dari Raymond Holland, hidupnya hancur. Lebih tepatnya, sejak bayi yang baru dilahirkannya dinyatakan meninggal dua bulan lalu. Sejak saat itu ... Olivia menjadi gila."

Davian dan Peter saling berpandangan, tidak tahu akan kabar ini. Ada bayangan keraguan yang melintas di wajah mereka. Namun sebelum salah satu dari mereka bisa bertanya, Natalie sudah memutar kunci pintu dan mendorongnya perlahan.

Pintu terbuka dengan bunyi berderit. Aroma lembap dan debu menyeruak keluar. Pemandangan di dalam kamar membuat keduanya terdiam: dinding penuh coretan tak beraturan, kertas-kertas sobek berserakan di lantai, kain tirai tercabik, dan perabotan terbalik. Di tengah kekacauan itu, duduk seorang wanita dengan rambut kusut tergerai, tatapannya kosong menembus jendela yang tertutup tirai setengah robek.

Itulah Olivia Morgan.

Namun ketika Davian melangkah lebih dekat, wanita itu tiba-tiba menoleh. Matanya merah, wajahnya pucat, tetapi dalam pandangan itu ada sesuatu yang menusuk. Begitu melihat Davian, bibirnya bergetar, lalu wanita itu mengucapkan satu kata dengan suara lirih, penuh getir:

"Bayi ...."

Davian terhenti. Suara itu menusuk dada, seakan Olivia sedang memanggil putrinya yang hilang.

Natalie segera menyela dengan nada getir. "Lihatlah! Dia tidak bisa melupakan anaknya. Sejak bayi itu meninggal, dia berhalusinasi, menyerang siapa saja yang mendekat. Dia gila!"

Belum sempat kata-kata itu sepenuhnya jatuh, Olivia meraih sebuah vas pecah di lantai dan melemparkannya ke arah Natalie dengan teriakan marah. Vas itu menghantam dinding, pecah berkeping-keping, dan Natalie berteriak kecil sambil mundur. Olivia meraung, tubuhnya gemetar, matanya menyalakan bara dendam yang sulit dijelaskan.

Peter spontan menahan Davian agar tidak maju sembarangan. Keduanya hanya bisa menatap, bingung, antara iba dan kengerian.

Namun berbeda dari Davian, mata Peter menyipit. Ia memperhatikan sesuatu dalam tatapan Olivia, sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Davian dan berbisik, "Bawa dia. Tidak masalah, percaya padaku."

Davian terdiam. Kata-kata Peter mengakar dalam benaknya. Sementara itu, Olivia masih menatapnya dengan sorot liar, seakan mengenali sesuatu dalam diri Davian yang tak dipahami siapa pun.

Dengan suara tegas, Davian akhirnya berkata, "Aku datang untuk satu urusan, Mrs. Morgan. Aku ingin membawa Olivia bersamaku."

Natalie menatapnya kaget, lalu tertawa getir. "Membawa Olivia? Kau bercanda? Dia bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri, apalagi orang lain. Kau tak tahu betapa berbahayanya dia!"

Davian melangkah maju, tatapannya dingin. "Aku serius. Berapa pun harga yang kau minta, akan kubayar. Bahkan jika harus membelinya darimu."

Mata Natalie melebar mendengar soal harga yang dikatakan oleh Davian, lalu perlahan senyum licik muncul di wajahnya. "Membeli Olivia? Hmm bagaimana mungkin kau bisa membeli anak dari keluarga orang lain?"

Davian dan Peter menatap Natalie, jelas di balik ucapan itu menyiratkan satu hal: Berapa uang yang akan kau keluarkan untuk wanita ini.

Natalie Morgan menatap Davian dengan sorot mata yang sulit ditebak. Ada keterkejutan, ada pula ketamakan yang segera muncul dari balik topeng kesedihan yang semula ia kenakan. Senyum tipisnya mengembang, seolah tawaran Davian telah membuka celah yang sejak lama ia tunggu.

"Kalau kau sungguh berniat membawa Olivia," ujar Natalie perlahan, seakan tengah menimbang, "kau harus tahu bahwa kau sedang mengambil beban besar. Gadis itu bukan hanya gila, dia adalah bencana yang merusak apa pun yang disentuhnya. Tapi jika kau ... benar-benar mau membayar, mungkin aku bisa mengizinkannya. Aku sudah lelah merawat anak ini."

Peter mengamati wajah Natalie, membaca gerak matanya yang penuh kalkulasi. Ia tahu tipe wanita seperti itu, yang hanya menakar segala hal dengan nilai materi. Namun ia tetap diam, membiarkan Davian yang berbicara.

Walau dalam hati Peter sangat membenci kenyataan bahwa ada orang tua yang rela menjual anaknya demi uang dengan alasan sederhana: tidak mah merawatnya lagi.

Tapi mungkin ini justru akan lebih mudah.

Terpopuler

Comments

Ir

Ir

kakanya ini bukan tipe e orang yg percakapan, atau konflik ga pernah penting di jadikan alur cerita yaa, jadi kalo kira² itu ga penting yaudah skip, aku suka penulis yg begini, bukan malah konflik yg ga perlu malah di ada²in, bahkan sengaja di panjangin sampe ke anak²nya

2025-08-23

1

Supryatin 123

Supryatin 123

lnjut thor.kemungkinan ibu tiri Olivia mengarang cerita saja.bawa Olivia dari wanita serakah itu dav.lnjut Thor 💪💪💪

2025-08-20

1

Jelita S

Jelita S

Olivia GK mungkin gila,,,cuma mama tirinya yg makin memprovokasi atau yg membunuh anaknya olovia

2025-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!